Dika harus ke luar kota lagi karena tuntutan pekerjaan. Alhasil Alisha sedih dan sempat ada drama ringan di mana ia dan Ara menahan si kepala keluarga. Namun, mau tak mau, tetap harus memperbolehkan Dika ke luar kota. Selama tidak ada Dika, Alisha benar-benar merasa kesepian dan seringkali cemas saat menjaga anak-anaknya tanpa didampingi oleh suaminya itu. Pekerjaan menjadi lebih berat sebab tidak ada candaan yang ia dapatkan dari lelakinya.
"Ke rumah Nenek yuk," ajak Alisha pada Ara yang sedang mengajak ngobrol Alika di atas kasur empuk itu. Adiknya yang masih bayi hanya tertawa dan mengangkat-angkat kakinya sebagai respon dari tiap candaan yang kakaknya lontarkan.
"Ayuk! Papa pulangnya kapan, Mama? Ara kangen banget. Dari tadi Ara telepon Papa tapi gak dijawab mulu," cerita Ara sambil mencebikkan bibirnya.
Ini sudah hari keempat Dika berada di Makassar. Selama LDR satu keluarga ini intens komunikasi lewat chat, voice call, dan video call. Namun, pagi ini Dika belum ada memberi kabar satu pun. Ara sudah mengirim foto, voice note, sampai video call Papanya tapi Dika belum kunjung ada memberi jawaban.
Alisha mengusap rambut putri pertamanya. "Mungkin Papa lagi sibuk Sayang pagi ini jadi belum sempet untuk megang hp. Pasti kok Papa ngabarin ke sini, yakali Papa gak kangen sama kita kan. Udah yuk ganti baju, Kak."
"Iya Mama." Balita itu turun dari ranjang. Memerhatikan lekat ibunya yang sedang menggendong sang adik. Namun, dahi Ara mengernyit bingung saat ekspresi ibunya seperti gelisah. Didekapnya pinggang sang ibu dengan kepala yang mendongak. "Mama, kenapa?"
"Badan adek kamu agak anget deh, Kak," jawab Alisha.
Ara seketika wajahnya sendu. "Adek sakit? Tapi tadi seneng terus kok main sama Ara."
"Adeknya kamu tau lagi main sama kakaknya jadi gak boleh rewel. Pinter ya dek ya? Nanti abis gantiin baju Kakak kita nen ya." Didalam gendongan sang ibu Alika hanya tertawa kecil. Anak itu jarang sekali menangis. Termasuk bayi yang anteng. Alisha pun meraih pergelangan tangan Ara, menuntun putrinya itu menuju kamarnya.
"Mama nanti ke rumah sakit ya beli obat buat Adek," pinta Ara.
"Gausah Sayang nanti ke apotek aja, Mama masih simpen resep obat Adek kalo biasa demam, kata dokter diminumin obat itu aja gapapa kok. Soalnya rumah Nenek jauh nanti kita kelamaan di jalan Nak. Nanti Ara sama Alika bosen lagi," jelas ibunya.
Ara manggut-manggut mengerti.
"Kan biasa Mama seringnya ke rumah Oma. Kenapa kita ke rumah Nenek sekarang?""Mama gak mau sering-sering repotin Oma, Sayang. Kakak cuci muka sama cuci kaki dulu gih biar seger dikit, tadi pagi udah mandi kan ya." Alisha dan Dika selalu memposisikan diri saat di depan anak-anaknya sebagai teman. Bukan orang tua yang kesannya selalu harus galak sama anaknya agar ditakuti. Mereka tidak seperti itu, justru ingin anak-anaknya senantiasa nyaman ketika bersama mereka.
"Oke, Mama," jawab Ara.
Sembari membantu Ara bersiap, tiba-tiba Alisha dikejutkan dengan tangisan Alika yang membludak.
"Uuuu kenapa ini nangis? Sayang sayang cup cup cup. Mimi ya? Iya, Mama. " Alisha duduk lebih ketengah di ranjang Ara, membuka kancing dressnya untuk menyusui sang anak. Namun, ia merasa ada sentakan pada jantungnya saat menyadari ada yang tidak lancar untuk keluar pada payudaranya sehingga tangis Alika kembali pecah. Ibu dari dua anak itu seketika gelisah, ada bulir-bulir air yang menggenang di pelupuknya. "Alika minum susu formula aja ya kali ini. ASI Mama macet Nak. Maafin Mama Dek."
Ia merapikan pakaiannya. Turun dari ranjang tersebut. Menghampiri Ara sebentar yang masih di kamar mandi.
"Astaga Ara ngapain sih?!" Nada bicaranya refleks naik mendapatkan putri pertamanya yang justru bermain air di kamar mandi itu. Dimatikan shower yang menyala. "Tadi kan Mama mintanya apa coba? Kok malah main air gini, nanti kamu masuk angin. Lihat nih bajunya udah basah juga."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ideal Papa✔️ [END]
Romance[SUDAH TAMAT] PLAGIAT DILARANG MENDEKAT!!! Judul sebelumnya "So, Let's Love!" Di umurnya yang masih muda, Dika sudah dibebankan oleh tanggung jawab besar. Yakni, seorang anak. Sekalipun Ara bukanlah anak kandungnya, tapi Dika sangat menyayanginya...