Happy reading 💓
🔞‼️
Pukul 09.30 Jihan terjaga. Matanya menyipit kala mentari masuk ke ventilasi kamar. Sudah satu bulan dia dan Jeff memutuskan tinggal bersama. Mengingat ibu Jeff sudah tiada maka rumah pemberian ayahnya kini sepenuhnya Jeff yang menguasai. Namun, sekalipun membawa pacarnya untuk tinggal bersama, Wijaya, ayah Jeff, selalu memantau anak dari isteri pertamanya itu.
"Jeff, bangun." Menepuk-nepuk pipi pacarnya yang masih tidur pulas. Sembari memakai kimono untuk menutupi tubuhnya yang hanya memakai pakaian dalam.
Jihan tidak masalah jika Jeff meminta untuk mereka melakukan hubungan intim. Meskipun jelas ini sangat tidak boleh dibenarkan. Namun, keduanya sama-sama mau dan selalu memakai pengaman.
Ia keluar dari kamar mereka. Bergerak untuk membuat sarapan.
Hanya ada keheningan yang menemani. Rumah itu cukup mewah namun tidak banyak ruangan yang didatangi. Pergerakan Jeff dan Jihan seputar dapur dan kamar mereka saja.
Di dapur. Jihan mengambil bahan-bahan makanan dari dalam sana bersiap untuk memasak. Ia berkonsentrasi pada kegiatannya.
"Si Jeff pasti suka nih dimasakin ini." Bicara sendiri menatap sepiring nasi goreng yang sudah disajikan. Senyum Jihan mengembang cantik. Senang kini hubungannya bersama Jeff sudah membaik.
Tok.. Tok.. Tok...
Jihan spontan terkejut. Pandangannya mengedar dengan cepat menatap sekitar dapur. Tidak mungkin suara ketukan itu berasal dari pintu depan yang jauh.
Tok.. Tok.. Tok...
"Siapa ya?" tanyanya tapi tidak ada sahutan apapun. "Jeff? Itu kamu yang mau isengin aku?"
"AAA!!" Berlari secepat mungkin menuju kamar. Ya, yakin tidak salah lihat bahwa tadi ada bayangan hitam muncul meski hanya sekelebat. Kegilaan macam apa yang pagi ini ia temukan?
Jihan naik ke atas tempat tidur. Dia memeluk erat tubuh Jeff yang masih memejamkan mata. Tubuh Jihan betul-betul bergetar ketakutan.
Pergerakannya membuat Jeff terusik. Cowok itu mendengus kesal.
"Kenapa sih, Han?"
"J-jeff itu t-tadi ada-"
"Ada apa?!" potong Jeff. Sama sekali tidak mengerti ucapan Jihan yang tergagap.
"Ada yang ngetok-ngetok jendela dapur, trus aku lihat jelas ada orang pake baju hitam lewat di dekat jendela itu!" jelas Jihan.
"Hah?" Sulit untuk Jeff mempercayainya. Udah lama sekali Jihan tidak aneh seperti ini lagi. Rasa takutnya kembali muncul. Lelaki itu membenarkan posisi yang kini sudah duduk di samping kekasihnya. Digenggamnya tangan sang puan seolah ingin melindungi. "Tenang, oke? Mungkin kamu salah lihat aja, Yang. Kamu pasti masih kecapekan. Jadi lebih baik sekarang kamu pergi mandi ya biar segar."
Jihan mengusap wajahnya frustasi.
"Aku serius, Jeff!" tekannya.
Ucapan Jeff justru tidak membuatnya merasa tenang, yang ada Jihan malah semakin takut.
"Itu pasti si Edgar!" ucapnya lagi.
"Kenapa jadi bawa-bawa bajingan itu sih! Kamu harus bisa kendaliin rasa takut kamu, Han! Suara ketukan, sosok hitam misterius, itu semua gak ada! Lagian Edgar belum bisa ditemui di mana keberadaannya, jadi udah jelas dia gak ada sangkut pautnya sama apa yang kamu bilang tadi," kata Jeff panjang lebar. Pria itu membawa kekasihnya dalam pelukannya.
"Aku yakin Edgar masih ada di sekitaran sini," lirih Jihan entah Jeff akan percaya atau tidak.
"Ssst. Sekarang kita bersih-bersih ya, aku juga mau ke kampus soalnya." Jeff menarik lengan Jihan mengajaknya mandi bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ideal Papa✔️ [END]
Lãng mạn[SUDAH TAMAT] PLAGIAT DILARANG MENDEKAT!!! Judul sebelumnya "So, Let's Love!" Di umurnya yang masih muda, Dika sudah dibebankan oleh tanggung jawab besar. Yakni, seorang anak. Sekalipun Ara bukanlah anak kandungnya, tapi Dika sangat menyayanginya...