Jihan mengetuk pintu ruang kerja direktur utama kantornya. Jantungnya berdetak cepat, sekalipun sudah beberapa kali mengobrol dengan Adhitama, tetap saja namanya ketemu dengan petinggi perusahaan jelas akan sangat gugup.
"Iya, silahkan masuk." Suara nge-bass Tama terdengar. Semakin panas dingin Jihan rasanya.
Kaki wanita itu dengan selaras melangkah maju. Perasaannya sedikit campur aduk untuk berhadapan dengan lawan bicaranya.
Mendapatkan Jihan yang datang sontak Tama menghentikan kegiatan yang semula berkutat pada komputernya.
Senyumnya terbit dengan sendiri.
"Jihan? Ada urusan apa kemari?" tanya Tama.
Sedikit mengenal tentang pria itu, Adhitama Binar, akrab disapa Tama. Lelaki berusia tiga puluh lima tahun ini tinggal satu provinsi bersama Jihan yakni di Lampung, ia sosok yang dijodohkan oleh orang tua Jihan pada putrinya itu, Tama banyak membantu keluarga Jihan tiap kali membutuhkan uang pinjaman. Baru-baru ini ia menangani perusahaannya yang berpusat di Jakarta. Tama yang meminta kepada Jihan untuk kembali bekerja di kantornya saat keduanya sempat bertemu di Lampung. Pun, keduanya ada di penerbangan yang sama ketika ke Jakarta pada satu bulan yang lalu.
Kembali ke obrolan mereka. Tama menatap Jihan yang justru sengaja mengalihkan pandangannya.
"Mau ngapain nemuin saya, Han?" tanya Tama melepaskan keformalan agar terkesan Jihan lebih santai di depannya.
"Maaf jika tidak sopan, Pak. Apa Bapak keberatan bila saya membahas hal yang di luar pekerjaan?" tanya Jihan.
"Tentu saja boleh. jangan panggil saya Bapak, ngobrol santai seperti biasanya saja kalau kita berdua," pinta Tama. Ia menyuruh Jihan memanggilnya Mas bila di luar kantor, ataupun sedang bicara empat mata seperti ini.
Jihan mengangguk patuh. Dirinya menyodorkan tangannya yang sedari tadi sebenarnya disembunyikan. Amplop coklat yang tebal yang dibawanya sudah di depan mata Tama yang jelas langsung terheran-heran.
"Mas, saya mau bayar hutang ibu saya. Di dalem sini ada tiga puluh juta," jelas wanita dari pacarnya Jeff itu.
Tama terperangah.
"Uang dari mana kamu sebanyak ini, Jihan? Bahkan gajian pun belum, kan?"Nada bicaranya jelas sedang meremehkan.
Semula Jihan pun tidak menyangka akan mendapatkan rejeki sebanyak itu dalam waktu singkat. Namun, ini semua berkat Jeff yang membantunya. Lelaki itu menunjukkan perubahan sifat yang mengarah ke hal baik akibat perselingkuhannya sudah terbongkar bahkan mereka sempat putus. Jeff seolah-olah sudah kapok merasakan menjadi pria brengsek.
Jihan mendapatkan uang nominal segitu dengan cuma-cuma. Semua fasilitas kemewahan yang sempat ditahan oleh papanya, kini Jeff sudah bisa memanfaatkannya kembali. Caranya? Cukup mengatakan Jihan sudah di Jakarta Papanya itu benar langsung percaya.
"Mas Tama gak perlu tahu. Tidak sampai bulan depan saya bisa pastikan semua hutang ibu saya lunas ya, Mas," kata Jihan dengan kepercayaan diri yang tinggi.
"Kenapa terburu-buru?" tanya Tama.
Jihan menghela nafas. "Jelas karena saya gak mau nurutin perjodohan itu! Lebih baik saya mati-matian kerja buat bayar hutang daripada nikah sama laki-laki yang gak saya kenal dan cintai."
"Ibu kamu udah kenal baik sama saya, Han," kata Tama.
"Udah ya Mas urusan saya sudah selesai." Jihan ingin bergegas keluar dari ruang kerja Tama. Namun, tidak berjalan mulus, Tama malah sudah mencekal pergelangan tangannya. Jihan melirik mata Tama. "Lepas, saya mau balik kerja, Mas."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ideal Papa✔️ [END]
Romance[SUDAH TAMAT] PLAGIAT DILARANG MENDEKAT!!! Judul sebelumnya "So, Let's Love!" Di umurnya yang masih muda, Dika sudah dibebankan oleh tanggung jawab besar. Yakni, seorang anak. Sekalipun Ara bukanlah anak kandungnya, tapi Dika sangat menyayanginya...