Happy reading 💕
Pagi ini di rumah Tio Alfarras. Di kamar pasutri Tio dan Jelita masih sunyi senyap. Bukan karena penghuninya masih terlelap di balik selimut mereka, sudah ada yang bangun tidur, tetapi memang sejak tadi setiap pergerakannya dilakukan tenang tanpa membuka mulutnya sedikitpun.
Tio naik ke atas ranjangnya. Membuka selimut hingga menciptakan decak sebal dari Jelita yang semula masih terpejam.
"Bangun Ta aku udah siapin sarapan."
"Bentar lagi."
Kalau sudah di rumah mereka seperti tukar peran, di mana Tio yang banyak mengerjakan kegiatan rumah tangga sedangkan Jelita enak bersantai-santai. Namun, ini pun memang inisiatif sendiri dari Tio sebab ia bisa dikatakan obsesi dengan kebersihan. Berbanding terbalik dengan Jelita yang fokus pada pekerjaannya yang cukup padat.
Didekapnya sang istri, dengan manja Tio mencium bibir dan pipi Jelita yang sontak melenguh keras dan berusaha menghindari sentuhan suaminya.
"Tio ah!"
"Makanya bangun kalo gak mau aku ganggu terus."
Mereka sudah kenal hampir sepuluh tahun. Dari hanya teman, naik level yakni pacaran, dan kini sudah berubah status jadi suami-isteri. Keduanya tidak ada yang menyangka bilamana mereka dapat sampai pada pernikahan. Namun, karena Tio ingin menjadikan Jelita miliknya seutuhnya ia pun membuat keputusan untuk menikahi wanita itu. Mungkin mereka satu-satunya pasangan yang terhindar jauh dari konflik seperti perselingkuhan, adanya bertengkar justru karena hal-hal sepele.
"Kamu belum pumping ASI buat Tirta, Ta."
Jelita hanya berdeham sebagai tanggapan.
"Dih."
Lelaki sarjana hukum itu pun turun dari ranjang, berjalan ke baby box anaknya, di mana Tirta ternyata sudah membuka matanya, tampak menggemaskan sedang mengusap-usap wajah dengan tangan kecilnya itu. Lekas Tio pun menggendong sang anak keluar dari sana.
"Gangguin tuh Mama dek." Meletakkan bayi yang diberi nama Tirta itu di samping Jelita yang masih tidur pulas.
Tio mengangkat lengan kecil putranya, memukul-mukulkan ke wajah Jelita, "Ayo Mama bangun Tirta mau nenen nih."
Setelahnya Tio terkikik geli melihat Jelita yang menggaruk-garuk pipinya.
"Mama bangun!!" ujarnya lagi kini lebih memberi emosi pada kalimatnya. Sontak menciptakan tawa di mulut anaknya. Karena Jelita pun belum kunjung bangun lantas Tio menggendong Tirta lagi. Masih duduk bersedekap di kasur empuk itu. "Dicuekin Mama ya dek? Gak papa ya ini kan sama Baba. Oke?"
Ditepuk-tepuk bokong putranya yang anteng dalam pelukannya itu.
Tio bersenandung agar putranya tetap tenang.
Good morning Mama~
Good morning Baba~
C'mon wakeup!
Let's play with Tirta~"Iii senengnya nyanyi bareng Baba ya."
Tirta lagi-lagi tertawa di depan ayahnya.
"Yo jam berapa?" Suara halus Jelita masuk ke indera pendengaran Tio yang sontak menoleh.
"Udah mau jam delapan nih. Bangun yuk. Kamu emang gak ada kerjaan hari ini?" tanya si kepala keluarga sembari membelai rambut istrinya yang masih berusaha membuka kelopak matanya.
Jelita menghela nafas panjang. Lengannya bergerak mencari keberadaan ponselnya. Ketemu tepat di bawah bantal.
"Cuman endorse produk basreng, makaroni, sama skincare set kepunyaan kak Felicia. Siangnya ada meeting persiapan launching brand kosmetik aku. Minggu depan aku udah mulai syuting FTV lagi, Yo," jawab Jelita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ideal Papa✔️ [END]
Roman d'amour[SUDAH TAMAT] PLAGIAT DILARANG MENDEKAT!!! Judul sebelumnya "So, Let's Love!" Di umurnya yang masih muda, Dika sudah dibebankan oleh tanggung jawab besar. Yakni, seorang anak. Sekalipun Ara bukanlah anak kandungnya, tapi Dika sangat menyayanginya...