18

309 30 12
                                    

Itu yang vote doang gak komen kenapa sih? Aku kan jadi gaktau opini kalian tentang cerita ini:((

Happy reading 💓








Pertanyaan Dika mungkin terlalu sensitif hingga membuat Alisha hari ini kelihatan semakin murung dan tatapannya kosong. Terlalu mudah Dika baca air mukanya sekalipun Alisha terus menyibukkan diri.

Seolah-olah sangat menghindari Dika yang justru takkan mempermasalahkan bila Alisha mau berbagi cerita dengannya.

Pukul sepuluh tepat. Tampak Dika sudah bersiap-siap akan kembali ke Jakarta. Setidaknya Ara sudah kembali ceria dan hiperaktif setelah bertemu dengan Alisha. Lelaki itu menyimpan koper ke bagasi mobil. Karena pergi mendadak sekali, Dika tidak membawa banyak barang.

Saat pria itu memutuskan masuk ke rumah anak bungsu Surendra itu, sudah menemukan si tuan rumah berdiri di depan pintu sembari membawa cangkir. Tidak tahu itu teh atau kopi.

"Ara mana, Sha?"

"Masih main-main di dalam. Jangan buru-buru ya takutnya nanti kalau Ara dipaksa ikut pulang malah bikin dia rewel lagi. Ini kopinya, Mas Dika."

"Terima kasih."

Diterimanya secangkir kopi itu. Menurutnya, kopi buatan Alisha sangat enak. Rasanya pas dan aromanya pun menyegarkan. Alisha pembuat kopi rumahan terbaik yang Dika temui.

Membiarkan Ara bermain-main di dalam rumah Alisha. Lantas kini tampak Dika dan Alisha duduk di teras.

"Maaf kalau aku sudah membuat kamu tidak nyaman karena pertanyaan semalam."

Setelah Dika bertanya apakah Alisha mengenalnya dan juga Ara, itu menjadi obrolan terakhir mereka begitu sampai di rumah setelah seharian keliling Bandung. Alisha tidak keluar dari kamarnya.

"Gakpapa, aku gak mikirin juga," jawab Alisha.

"Alisha, kamu sulit percaya dengan seseorang?" tanya Dika.

Mau sekeras apapun ia meminta Alisha berbagi cerita takkan mampu membuat wanita itu luluh kalau sudah tidak percaya dengan seseorang. Mungkin ia pernah mendapatkan luka yang sangat besar sehingga alasannya ini yang mendasarinya menutup diri.

Praktis perempuan itu mengangguk jujur.

"Maaf."

"Buat apa minta maaf ke aku? Aku bisa memahami perasaan itu, Alisha. Mungkin dulu kamu begitu mudah memberi kepercayaan kepada orang lain, bahkan orang yang baru kamu kenal sekalipun, lalu sekalinya kamu dikecewakan oleh mereka, hati kamu patah, tidak akan mudah lagi buat kamu mempercayai seseorang. Jadi, jangan cerita ke aku kalau kamu emang gak mau. Aku tidak memaksakan," jelas Dika.

Sudah mewakili hal yang ingin Alisha ingin ungkapkan terkait dirinya terus menghindar dari pria itu.

Namun, tidak mungkin Alisha menutupi semuanya dari Dika. Lama-kelamaan pria itu pun harus mengetahui semuanya.

"Nanti aku akan cerita kalau sudah lebih siap, Mas. Aku hanya masih menyesali kebodohanku. Setiap malam aku tidak bisa tidur nyenyak seolah-olah takkan diizinkan untuk melihat hari esok. Ini semua salahku," ucapnya.

Trauma yang Alisha miliki Dika duga pasti terlalu besar.

Dika memandangi lekat Alisha yang membisu. Tatapannya lurus kedepan. Entah apa yang saat ini tengah wanita itu pikirkan. Namun, yang jelas wajah Alisha yang tanpa ekspresi seperti ini saja sudah sangat cantik meski aura sedih begitu melekat padanya.

"Kamu cantik."

"Mas Dika!"

Aneh. Kenapa Alisha tiba-tiba marah? Harusnya seorang wanita dipuji jadi senang.

Ideal Papa✔️ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang