Sejak Jihan sudah tidak lagi tinggal di rumahnya, maka Jeff kini memilih satu rumah dengan sang ayah. Mengartikan ia terpaksa tidur satu atap yang sama dengan ibu dan saudara-saudara tirinya.
Jeff saat berpapasan dengan Bella maupun Edgar ia akan praktis memalingkan wajahnya. Serta tak sudi mengajak mereka berbicara. Bagi Jeff, mereka benalu di dalam keluarganya.
Ketika menyadari anaknya begitu angkuh pada istri dan anak sambungnya, Jaya pasti marah besar. Tidak ingin Jeff seperti itu lagi menghadapi mereka yang jelas-jelas kini sudah terkumpul menjadi satu keluarga.
"Dari banyaknya ruangan kosong di rumah gue, ngapain lo ikutan duduk di sini?" Sorot mata Jeff sinis menatap Edgar yang baru datang di ruang tengah itu. Mengacaukan ketenangannya yang semula asyik bermain playstation di sana.
Namun, yang diajak bicara malah menyeringai remeh lalu lanjut pada laptop dan kumpulan berkas yang dibawanya. Besok Edgar akan berangkat ke Amerika untuk menetap di sana mengurus bisnis Wijaya yang baru dirintis. Ini menjadi keputusan dari ayah angkatnya itu agar ia dan Jeff tidak terus bersitegang mengingat keduanya sama-sama belum menerima fakta bahwa mereka saudara.
"Enyah lo dari hadapan gue," pinta Jeff.
"Ribet banget sih lo kayak cewek! Kalo lo gak suka gue di sini ya lo yang pergi sono," sungut Edgar.
Jeff membanting stik game itu. Ia berjalan ke arah Edgar, cepat langsung menarik kerah cowok yang pahatan wajahnya sangat tampan itu. Kadangkala Jeff saja cemburu pada visual Edgar yang sangat mematikan. Ketar-ketir sebab kekasihnya akrab dengan pria itu.
"Ini rumah Papa gue berani banget lo ngusir anaknya!" bentak Jeff.
Edgar menepis tangan Jeff. "Anjing ya lo! Santai aja kenapa sih! Kalo gak karena kamar gue lagi berantakan karena si Mbak pada packing barang-barang gue buat besok gue pasti gakkan kemari, bangsat!"
Maka Edgar yang memilih melenggang pergi dari ruangan itu. Ia berjalan menuju ruang makan yang kosong memilih untuk melanjutkan pekerjaannya di sana.
Anak pertama Bella itu sejujurnya sudah tidak lagi ingin bermusuhan dengan Jeff. Melihat pria itu layaknya sang adik. Namun, karena sikap Jeff yang masih saja sering meremehkannya dan sang ibu, Edgar tak bisa mentolerir hal tersebut. Musuh menegakkan bendera peperangan, tentu saja ia dengan senang hati akan melawannya.
Hening di rumah itu pun menyapa. Mungkin hanya suara berisik dari game Jeff yang terdengar. Namun, lama-kelamaan Jeff bosan, terpengaruh oleh kedatangan Edgar yang rasanya terus memancing emosinya.
Jeff berjalan ke arah dapur. Ia mencuri pandangan ke arah Edgar sambil menuangkan air pada gelas.
"Ngapain lo ngelihatin gue terus? Gue emang ganteng banget tapi sorry Jeff gue masih normal," ledek Edgar. Ia sempat melirik Jeff sebentar. "Udah bosen lo sama Jihan sampe segininya ya. Suka sama cowok."
Jeff meremas gelas itu.
"Omongan lo sampah banget," ujarnya.
Tampaknya Jeff akan menurunkan harga dirinya sedikit. Pasalnya, ada beberapa hal yang ingin ia tanyakan pada Edgar.
"Lo udah minta maaf sama Jihan?" tanyanya.
Edgar anehnya terperangah.
"Serius lo nanyain pacar lo ke gue? Gak cemburu?""Buat apa cemburu toh Jihan gak mau sama lo. Mimpi lo kejauhan, bangun-bangun," ejek Jeff.
Sukses menyulut emosi Edgar yang masih menyimpan perasaan untuk Jihan. Namun, karena ia sudah akan meninggalkan Indonesia, setelah berpikir panjang pula, Edgar memilih menyerah. Ia akan mengikhlaskan bila Jihan memang hanya akan bahagia dengan adiknya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ideal Papa✔️ [END]
Romance[SUDAH TAMAT] PLAGIAT DILARANG MENDEKAT!!! Judul sebelumnya "So, Let's Love!" Di umurnya yang masih muda, Dika sudah dibebankan oleh tanggung jawab besar. Yakni, seorang anak. Sekalipun Ara bukanlah anak kandungnya, tapi Dika sangat menyayanginya...