Pukul dua siang Dika baru saja pulang kuliah. Sampai di rumah ia mendapatkan pemandangan baby sitter yang tengah bermain dengan baby Ara di ruang tengah.
Orang tua Dika tidak ada di rumah. Mereka jarang pulang karena terus ke luar negeri atas tuntutan pekerjaan. Sementara kini Dika cuma terfokus pada kuliahnya dan mengurus baby Ara.
Dika dilarang keras oleh Fatih untuk bekerja, dan sepertinya semua orang sudah tahu akan hal tersebut. Ayahnya itu takut kalau Dika terlalu banyak berkegiatan, itu akan membuat fokus anaknya terbagi. Berujung kesehatan Dika pun pasti bisa menurun. Sesayang itu Fatih pada putra satu-satunya itu.
"Araa~~ Papa pulaaanggg." Gemas. Dika berbicara di depan baby Ara menggunakan nada bicara yang sengaja mendayu-dayu.
Baby sitter yang berumur sekitar tiga puluh tahunan itu ketika melihat Papa muda itu mengajak ngobrol anaknya otomatis tersenyum.
"Mas Dika, kalo mau gendong baby Ara jangan lupa cuci tangan dulu. Mas kan abis dari luar," ucapnya dan Dika mengangguk.
Dika menaruh ranselnya di sofa. Berlari menuju wastafel dapur untuk mencuci tangan. Kulit bayi masih sangat sensitif jadi harus selalu ingat untuk mencuci tangan dengan sabun antiseptik sebelum memegangnya.
Setelahnya, Dika balik ke depan sang anak.
Tiap ingin mencoba menggendong baby Ara Dika selalu gemetaran. Masih ada rasa takut karena baby Ara masih sangat kecil. Dika tidak ingin melukainya.
"Gapapa Mas sini kalo mau gendong baby Ara," kata baby sitter itu yang biasa Dika panggil Mbak.
"Masih takut saya Mbak," balas Dika gugup padahal ingin sekali mendekap erat tubuh mungil bayi perempuan itu.
"Mas Dika rileks aja. Kan Masnya udah ngerti cara gendong baby Ara." Iya, sebenarnya Dika bisa, tapi ya gitu.. dia masih takut-takut.
Awalnya Dika tidak paham cara menggendong bayi yang benar itu seperti apa. Namun, saat Ara masih di rumah sakit Dika sempat mendapatkan bekal dari bidan. Mulai dari cara menggendong bayi, membersihkan kotorannya saat buang air, sampai cara-cara menenangkan bayi ketika menangis.
Dika mengambil nafas panjang, mencoba menepis rasa cemasnya.
Ia meminta bantuan si pengasuh bayi itu untuk mengoreksi apabila caranya menggendong baby Ara salah.
Secara perlahan, Dika menempatkan kepala baby Ara saat baby sitter mendekatkannya pada Dika di lekuk lengannya. Kini sebagian tubuh baby Ara sudah berada di sepanjang lengan laki-laki tampan itu, masih tidur dengan tenang. Tangan Dika yang satu tetap berada di bagian bawah tubuh baby Ara untuk menopang beratnya. Ia mengayunkan bayinya berharap tidurnya semakin nyenyak.
"Gini kan gendongnya? Udah bener?" tanya Dika dengan kali ini berbicara sambil berbisik-bisik pada Mbak baby sitter.
"Udah deh ini udah ketemu Papanya pasti tidurnya makin pulas," kata Mbak baby sitter itu yang secara tidak langsung menjawab pertanyaan Dika bahwa cara menggendong laki-laki itu sudah benar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ideal Papa✔️ [END]
Romantik[SUDAH TAMAT] PLAGIAT DILARANG MENDEKAT!!! Judul sebelumnya "So, Let's Love!" Di umurnya yang masih muda, Dika sudah dibebankan oleh tanggung jawab besar. Yakni, seorang anak. Sekalipun Ara bukanlah anak kandungnya, tapi Dika sangat menyayanginya...