22

298 34 9
                                    

Dika memarkirkan mobilnya di sebuah rumah mewah di kawasan Jakarta Selatan. Tepatnya, rumah keluarga Surendra. Kedatangannya ke sana untuk bertemu Alisha yang dikabarkan pulang ke Jakarta pagi tadi.

Saat tahu Dika sudah datang maka Ana menyambutnya. Sangat penuh semangat. Ini sudah kedua kalinya Dika mendatangi rumah keluarga Alisha.

"Dika Sayang!! Akhirnya kamu sampai ke sini juga!! Mama udah nungguin kamu lho dari tadi. Udah makan siang? Yuk makan dulu, Mama masak banyak khusus buat Dika," ucap Ana.

Sontak Dika syok. Ibunya Alisha berlebihan dalam menyambutnya. Itu justru membuat Dika merasa sungkan.

"Tante Ana saya udah makan kok di kantor sebelum kemari." Dika datang ke kediaman keluarga Alisha memang setelah jam istirahat kantornya berakhir. Tadi, Dika sudah menyempatkan waktu untuk makan siang dan sholat Dzuhur di kantor.

"Yahh. Padahal Mama udah masak enak tuh. Mubazir deh." Ana wajahnya berubah sedih.

Membuat Dika tidak tahu harus apa. Ana ibu yang sangat baik tapi cukup menyedihkan ia malah terpisah dengan anak-anaknya. Entah karena si sulung yang ada dinas kerja, sedangkan Alisha sudah menetap di Bandung.

Maka Dika cuma menggaruk tengkuknya. "Lain kali ya, Tante. Alisha sendiri gimana Tante sudah makan siang dia?"

"Manggilnya Mama aja ah," tegur Ana. Tampak sudah sangat merestui Dika menjadi calon menantunya. "Alisha belum ada keluar dari kamar. Begitu nyampe Jakarta langsung pengin istirahat katanya. Samperin gih, Dika Sayang."

Mendengarnya maka Dika termenung. Ragu kalau Alisha tidak mau bertemu dengannya sekarang.

"Mari Mama anterin ke kamarnya Alisha. Ajakin ngobrol aja ya, biar kalian semakin dekat," pinta Ana.

"Iya Tant- eh, iya Mama." Sungguh, belum resmi menjadi suami Alisha tapi sudah disuruh memanggil Mama oleh Ana. Dika mana mungkin cepat terbiasa. Namun, kalau-kalau Dika tidak menuruti perintah Ana bisa-bisa nanti tidak direstui.

Saat sudah di depan sebuah kamar maka Dika ditinggalkan begitu saja oleh Ana. Jantung Dika berdebar. Gila, hanya orang seperti Alisha yang bisa membuatnya gugup seperti ini. Setelah beberapa menit mempersiapkan diri, Dika memutar kenop pintu lalu melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar itu.

Pemandangan pertama yang ditemuinya adalah Alisha yang duduk di depan jendela kamarnya.

Dika mendekati Alisha yang seperti belum menyadari kedatangannya.

Kini ia sudah berdiri tepat disampingnya.

"Sha," panggilnya pelan.

Tidak ada sahutan. Anak bungsu Surendra dan Ana masih tenggelam dalam dunia lamunannya.

Lengan Dika terulur menyentuh pundak Alisha sembari kembali memanggil namanya.

"Alisha."

Berhasil membuat Alisha tersentak kaget.

"Kamu ngapain masuk ke kamar aku!" Iya, tiba-tiba saja Alisha sudah menaikkan nada bicaranya ketika mendapati Dika ada di hadapannya.

Dika sempat terkejut.
"Hei, tenang, aku Dika, Sha."

"Dika?" Lalu setelahnya Alisha terlihat mengusap wajahnya. Tidak seharusnya membuat Dika ketakutan seperti tadi. Dika ayahnya Ara bodoh sekali hampir melupakan fakta tersebut. "Maaf, Mas."

Di sini Dika paham sedikit sepertinya Alisha pun mempunyai trauma bila bertemu dengan laki-laki selain ayah dan kakaknya.

"Ara gak dibawa, Mas?" tanya Alisha.

Dika menggeleng.
"Aku dari kantor langsung ke rumahmu."

Lalu, Alisha menuntun Dika untuk duduk di sofa yang tersedia di kamarnya itu.

Ideal Papa✔️ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang