14

335 31 2
                                    

🔞⚠️‼️

Terdapat adegan adu fisik dan umpatan.













Ia menyilangkan kaki duduk di sofa itu penuh keangkuhan. Sorot matanya terpaku pada wanita tua yang duduk di kursi roda ada di depan dapur tengah fokus membuat jus jeruk yang jelas ia tahu pasti wanita tua itu kesulitan melakukannya sendiri. Lewat tatapannya saja bagai senapan yang mengeluarkan peluru mematikan.

Emosinya memuncak. Ditendangnya meja yang ada di depannya. Berjalan menuju wanita tua itu.

"Lama banget sih lo bikin minuman buat gue doang! Pantes ya suami lo udah gak mau sama lo lagi, orang udah gak berguna gini" Edgar Marcelino sedang berteriak penuh amarah di depan wanita tua yang tidak lain adalah ibunya Jeff.

Ibu Jeff tidak dapat menggerakkan bibirnya untuk membela diri. Hanya menggenggam erat gelas berisi jus jeruk yang sebetulnya sudah siap untuk disajikan.

"Selagi lo masih hidup gak akan gue biarin hidup lo tenang. Mau serutin apapun lo terapi jalan gue akan pastiin lo akan berakhir di kursi roda terus bahkan sampe lo meregang nyawa. Lo gak boleh menikmati indahnya dunia disaat lo udah bikin satu keluarga hancur, dasar pembunuh."

Diambilnya jus jeruk itu. Edgar tidak meminumnya. Namun, apa yang ia lakukan, ia terlihat memasukkan satu klip obat bubuk lalu diminumkan secara paksa pada ibu Jeff yang terus memberontak.

Ini bukan pertama kalinya. Hampir setiap hari Edgar memperbudak ibunya Jeff lalu berakhir meminumkan obat tidur seperti itu padanya. Jeff tidak pernah tahu penyiksaan apa saja yang ibunya dapatkan di rumah sementara ia sedang fokus berkuliah.

Jeff hanya tahu saat sampai di rumah ia melihat ibunya tertidur di kursi roda. Berpikir ibunya hanya kelelahan saja.

"Semua orang terdekat Jeff akan gue buat menderita,"ucap Edgar.

Ibu Jeff mengulurkan tangannya untuk meraih lengan Edgar seolah ada yang ingin dibicarakan. Masih bisa berbicara meski hanya sebatas satu sampai dua kalimat saja.

"Ja-ngan sa-ki-ti a-nak sa-ya. C-cu-kup sa-ya saja kkka-mmu sa-ki-ti," katanya terbata-bata. Karena untuk bicara memang sulit melihat kondisinya yang sudah betul-betul memprihatinkan.

"Gue gak peduli, jalang!!" teriak Edgar tidak peduli usianya sangat jauh dari ibunya Jeff.

Rasa benci sudah terlalu mendominasi.

Edgar dari umur delapan tahun sudah menjadi seorang anak yatim. Ayahnya menjadi korban tabrak lari. Ibu dan dirinya mencoba mengikhlaskan kepergian kepala rumah tangga, tetapi beberapa bulan setelah hari duka, mereka mengalami kejanggalan karena tidak ada itikad baik dari orang yang menabrak. Mengingat pelakunya ditemukan dan katanya mau meminta maaf pada keluarga korban dan bertanggung jawab dengan membiayai pendidikan anak korban sampai tamat pendidikan sekolah dasar. Namun, itu semua seperti hanya sebuah kebohongan.

Tersangka bahkan tidak mendapatkan hukuman pidana apapun. Sejak itu Edgar bersikeras jika nanti ia dewasa akan mencari pelaku untuk meminta pertanggung jawaban minimal kata maaf itu yang tidak pernah didengarkannya bersama sang ibu dari mulut pelaku sampai detik ini. Di sini ibunya Jeff tersangka utama. Edgar masih ingat betul wajah wanita yang waktu itu dibawa oleh polisi di depan ia dan ibu di mana wanita itu mengakui bahwa ia tidak sengaja menabrak ayah Edgar karena dibawah pengaruh alkohol. Stress berat karena kurang mendapatkan perhatian dari suaminya yang sangat sibuk di rumah sakit. Maka, tiga tahun yang lalu Edgar bertemu dengan wanita itu—penabrak ayahnya sampai beliau kehilangan nyawanya—kala sang ibu untuk pertama kalinya datang ke kediaman rumah Wijaya sesaat ibunya dengan ayah Jeff sudah resmi menikah.

Ideal Papa✔️ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang