Happy reading ❤️
Tampaknya setelah Jeff yang menikah lantas Joseph pun akan menyusul. Joseph sudah menyebar undangan ke seluruh kerabat dan teman-temannya. Pun, nantinya acara pernikahan akan diselenggarakan secara mewah nan meriah.
Dari empat pria ini Joseph adalah personil terakhir yang naik ke pelaminan. Tiap ada yang menikah memilih kado pernikahan entah kenapa adalah hal tersulit. Satu sama lain seperti berlomba untuk memberi kado termahal.
Namun, kali ini sepertinya Jeff memberi kado paling kacangan. Semua tabungannya sudah diperuntukkan untuk memenuhi perlengkapan bayinya dan biaya persalinan sang istri. Alhasil, Jeff dan Jihan hanya memberi satu hampers berisi handbag dan voucher belanja senilai sepuluh juta lalu adapula tambahan yakni sebuah microwave. Jeff yakin hadiahnya kalah telak dengan Tio dan Dika.
"Gak papa Ayang yang penting kita kan ada niat ngadoin. Bukan dateng dengan tangan kosong." Jihan mengusap-usap kepala Jeff yang tengah fokus pada kemudinya. Habisnya sejak tadi Jeff menggerutu kalau hadiah darinya paling terkecil. Padahal kalau sudah ditotal ia merogoh kocek hampir empat puluh juta. Mahal di harga tasnya.
"Harga diri nih mau taroh di mana? Anak direktur rumah sakit ngasih microwave dahlah malu abis. Apalagi inget Bang Dika seroyal apa ke temen-temennya, kebanting bangetlah kado dari aku. Pas di nikahan Bang Tio dia ngasih duit cash seratus juta, pas di nikahan aku ngasih apartemen, nanti feelingku di nikahannya Bang Jo ini nih mobil sih kalau gak apartemen juga," ujar Jeff.
"Orang kaya kalau gabut begitu ya," celetuk Jihan.
Jeff meliriknya sekilas, "Jangan mulai deh."
"Ya kan bener, aku yang paling miskin. Kamu malu ya Jeff punya istri kayak aku? Apalagi kalian ramean udah pernah nolongin aku buat basmi lintah darat si Adhitama itu," balas Jihan.
"Aku kan cinta sama kamu gak mandang hartanya, Yang. Aku suka sama kamu karena cerdas, pekerja keras, dan independen. Apalagi sebentar lagi akan jadi ibu dari anak-anakku, cintaku makin bertambah buat kamu," kata Jeff berhasil mengundang tawa sang istri.
"Ketularan virus alaynya Kak Dika ya," ejek Jihan.
"Justru yang suka sama kamu malah cowok-cowok berduit semua. Kuat banget susukmu, Yang," ledek Jeff gantian.
"Ayang!!" rengek Jihan kesal.
Jeff tertawa. Kalau lelaki itu sudah tertawa pasti sangat menggelegar ditambah dengan pundaknya yang bergetar.
Tangannya terulur mengusap perut sang istri, "Tapi ini si my baby peach oke kan masih diajakin kondangan udah sembilan bulan gini?"
"Gak papa Papi. Kata dokternya kalau dari minggu ke-37 sampai minggu ke-42 belum ada juga merasakan tanda-tanda persalinan baru deh ambil tindakan pengeluaran bayi lewat operasi. Sedangkan si kembar kan masih masuk minggu ke-38 nih, dan aku emang belum ngerasain apapun," jawab istrinya. Jihan sudah mulai mempersiapkan barang-barang yang akan dibawa ke rumah sakit. Karena kehamilannya sudah masuk bulan ke sembilan dan bisa lahir kapan saja. Jihan lebih rutin periksa kandungan, lalu ia dan Jeff beberapa hari belakangan rutin berhubungan suami-istri untuk induksi alami, pun Jihan rajin jalan kaki, serta makan-makanan manis untuk merangsang kontraksi. Namun, sampai detik ini belum ada tanda-tanda persalinan yang ia dapatkan. Masih santai. Perasaan Jihan menjelang persalinan jantungnya berdetak kencang dan rasanya campur aduk, antusias banget tapi disatu sisi juga ada rasa takut.
"Baguslah. Kalau mulai kontraksi segera ngomong ke aku ya, Han," pinta Jeff dan Jihan pun mengangguk mengiyakan.
Mereka pun sampai di hotel berbintang lima tersebut. Pernikahan Joseph digadang-gadang tak kalah fantastis seperti pernikahan artis kenamaan Feli dan Hito. Bahkan souvernir untuk tamu undangannya saja emas batangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ideal Papa✔️ [END]
Romance[SUDAH TAMAT] PLAGIAT DILARANG MENDEKAT!!! Judul sebelumnya "So, Let's Love!" Di umurnya yang masih muda, Dika sudah dibebankan oleh tanggung jawab besar. Yakni, seorang anak. Sekalipun Ara bukanlah anak kandungnya, tapi Dika sangat menyayanginya...