29

283 27 10
                                    

Tepat di depan kantor keluarga Fathailah lantas Jeff memarkirkan mobilnya. Perlu menunggu beberapa menit lagi sampai Rere keluar dari sana.

Belakangan ini Jeff benar-benar aneh dan sangat bajingan. Terlepas dari ia yang menolong Rere mengendalikan dirinya saat mabuk, nyatanya Jeff setelah insiden itu gencar mendekati Rere padahal masih berstatus pacarnya Jihan yang sama sekali belum mengetahui kelakuan bejat lelaki itu.

Perubahan yang lebih menonjol dari kepribadian Jeff ketika sudah mengenal Rere yakni dia jadi tidak banyak bicara serta membatasi sekali pergaulannya. Seolah-olah dengan bersikap sangat tertutup seperti itu tidak akan ada yang menyadari bahwa Jeff sedang mempunyai masalah dengan pasangannya. Orang-orang mengira hubungan Jeff dan Jihan sedang baik-baik saja, tetapi tidak bagi mereka yang menjalani yang sudah hampir menyerah tapi tidak tahu cara bagaimana harus mengakhiri hubungan tersebut.

Tok!Tok!

Jendela mobil diketuk membuat Jeff sontak menoleh. Ia keluar dari mobil hanya untuk membukakan pintu mobil untuk Rere yang sebenarnya tidak dikunci dari dalam.

"Let's go, beauty."

Rere tersenyum. "Thank you."

Lalu wanita itu masuk ke dalam mobil Jeff.

Jika Rere diperlakukan sangat manis, sedangkan Jihan justru dibiarkan oleh Jeff bebas dengan dunianya.

"Mau makan dulu, by?" tanya Jeff.

Rere menggeleng. "Tadi aku udah makan sama Dika dan klien, Jeff. Kalau aku makan lagi nanti gendut dong?"

Tidak ada penyangkalan. Jeff hanya mengiyakan kalau Rere tidak bisa makan malam bersamanya. Rere sangat memerhatikan penampilannya yang harus selalu cantik dan langsing mengingat bekerja sebagai seorang sekretaris dari direktur utama di perusahaan besar.

Perut Jeff sudah berbunyi, sengaja merelakan tidak mengambil jatah makan malam di rumah sakit demi ingin keluar makan dengan Rere. Kalau bersama Jihan pasti Jeff makan terus.

Keduanya pun meninggalkan tempat itu. Langsung bergegas menuju apartemen milik Rere.

Lengan Rere terulur menyentuh rambut Jeff yang sudah mulai gondrong seperti tak diurus.

"Jeff, rambut kamu lho ini udah mulai gondrong. Potong ya? Kamu juga belum cukur jenggot, by?" tanya Rere.

Refleks Jeff melirik rear view mirror. Bercermin sebentar tapi tetap konsen dengan kemudinya.

"Iya nih, lagi ribet di rumah sakit. Mana dokter senior aku galak banget," cerita Jeff.

Rere menghela nafas.
"Ah kamu mah gitu doang, aku nih ya, tiap hari diomelin Dika mulu, dia kalo ngasih kerjaan gak ngotak tau. Emang aku robot!"

Kita kalau curhat sama teman atau pasangan pasti diberi solusi atau paling tidak didengarkan saja sudah cukup, bukan?

Tapi itu tidak berlaku saat Jeff membagi cerita dengan Rere yang justru membanding-bandingkan cerita mereka berdua. Seolah-olah ia seorang saja yang mempunyai masalah pelik dalam hidupnya sehingga paling pantas untuk diberi rasa iba dan dukungan.

"Ya udah sabar aja ya by itu kan emang pekerjaan yang porsinya pasti udah sesuai dengan kemampuan kamu makanya Dika amanahin langsung ke kamu-nya," ucap Jeff.

Rere manggut-manggut. "Makasih ya."

Keduanya sampai di apartemen Rere.

"Ayo ikut," ajak wanita berambut coklat panjang itu. Ia sudah memeluk lengan Jeff dengan manja.

Praktis Jeff melirik jam tangannya. Sudah hampir pukul sembilan malam. Tidak tahu Jihan sudah ada di rumah atau masih di kantornya. Tidak tahu wanita itu sudah makan atau belum. Akhir-akhir ini keduanya sangat minim komunikasi.

Ideal Papa✔️ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang