15

386 38 19
                                    

Maaf baru update lagi.

Jangan lupa vote comment sebanyak-banyaknya yaaaaaaaaaa

Happy reading 🖤







"Jeff, sekali lagi gue turut berduka cita, ya." Dika memijat pundak Jeff yang masih terdiam di depan sebuah pusara. Satu persatu para petakziah meninggalkan pemakaman San Diego Hills itu. Ibu Jeff telah berpulang kepada Sang Pencipta karena terkena serangan jantung akibat kericuhan kemarin. Kali ini Jeff merasa dunianya benar-benar sudah hancur. Setelah ayahnya menikah lagi kini ibunya malah pergi meninggalkannya untuk selamanya.

Jeff sekedar mengangguk. Mulutnya tidak kuasa untuk bicara. Hatinya terlalu perih karena kepergian ibunya ini.

Di sana menyisakan hanya beberapa orang saja. Terkhusus sahabat Jeff dan kekasihnya yang terus menemani.

Lantas Dika pamit mengundurkan diri setelah serangkaian kegiatan menguburkan jenazah ibu Jeff telah selesai. Ia harus pulang saat ini mengingat Ara di rumah ditinggalkan sendiri. Tepatnya dititipkan ke rumah tetangganya. Iren sedang pergi untuk mengirim paket ke kampung halaman.

Ia tidak mengetahui bahwa keluarga Jeff punya masalah sangat rumit seperti ini. Selama ini Jeff terlalu rapi menutupi luka yang didapat dari dalam rumahnya. Nyatanya hidupnya menderita. Tidak ada anak yang ingin punya keluarga yang berantakan. Itupun berlaku pada Jeff. Akan tetapi cowok itu tidak bisa mengendalikan semua sesuai keinginannya. Takut-takut kalau Jeff dulu menentang semua keputusan ayahnya yang ingin menikah lagi, ia sudah dapat dipastikan akan ditendang bersama ibunya secara kejam.

Dika berpamitan pada keluarga yang ditinggalkan. Di sana tersisa: Jeff, Jihan, Joseph, Tio, dan Jelita. Ayah Jeff sudah pulang lebih dulu karena setelah ini ia akan berusaha untuk mencari Edgar karena istri mudanya terus mengkhawatirkan putranya itu. Tadi, ayah Jeff berpesan pada Jeff bahwa setelah dari makam harus segera pulang. Ia tidak ingin Jeff berpikir jauh. Misal, ikut pergi dari rumah seperti yang Edgar lakukan. Hanya akan menambah pekerjaan.

Putra sulung Fatih dan Vita pun menjauh dari tempat itu. Kacamata hitam yang semula tersimpan rapi di antara kancing kemeja kini sudah dipakainya kembali. Dalam balutan serba hitam itu entah mengapa aura Dika jauh lebih memancar. Ketampanannya tidak bisa dianggap angin lalu saja.

Mempersingkat waktu, Dika sudah sampai di rumahnya. Lelaki itu langsung dibuat bingung.

Ia menemukan sebuah mobil yang asing dilihat. Maka langsung menuju ke rumahnya.

Dalam benaknya hanya terbesit tanda tanya siapa yang bertamu ke rumahnya padahal jelas-jelas sedang tidak ada orang. Seharusnya staff keamanan rumah tidak ceroboh seperti ini.

"Alisha kamu ngapain nemuin Ara lagi?"

Sedang asyik bermain dengan Ara maka Alisha tercekat. Ia menoleh dan mendapati Dika sudah di rumah.

Wajah pria itu terlihat menakutkan seperti terakhir kali Alisha lihat. Selalu dingin tak berekspresi.

"Dika, maaf aku cuma mau pamitan ke Ara aja."

Tampak Alisha terus menunduk sekarang.

"Sebenarnya punya urusan apa kamu sama anak saya? Kenapa terus ingin ketemu dia?" tanya Dika sinis.

Alisha sempat tergagap untuk lekas menjawab.

"Ara lucu, aku gemes banget sama dia, Dika."

Jawaban macam apa itu?
Betul-betul mampu membuat Dika mengeluarkan lava dari kepalanya. Alisha tidak jelas. Tujuan wanita itu terlalu patut dicurigai jika ingin terus melihat Ara.

"Banyak tuh di luar sana anak-anak kecil. Kamu bisa datang ke mal pasti di sana kamu menjumpai banyak anak-anak kecil yang mungkin lebih gemesin dari Ara. Saya gak bisa kasih kamu toleransi terus buat ketemu Ara. Kemarin kamu bawa dia ke rumahmu tanpa sepengetahuan saya, lalu kini kamu masuk ke rumah saya disaat orang rumahnya tidak ada. Harusnya tadi Ara masih ada di rumah tetangga samping sini tapi kamu udah ambil Ara sebelum saya pulang. Ini anak saya bukan anak kamu, Sha!"

Ideal Papa✔️ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang