28

280 29 3
                                    

Ku gaada ide hiks

Maaf ya baru update lagi

Happy reading 💖








ALISHA POV

Aku menangis tersedu-sedu di dalam pelukan Dika yang sejak tadi hanya diam sembari mengusap-usap rambutku. Tidak merasa risih sama sekali terus mendengar suara tangis dan rengekanku yang akan ditinggalkan oleh Dika pergi ke Kalimantan sebab suamiku ada tuntutan pekerjaan di sana.

Status kami masih pengantin baru, tetapi aku dan Dika sudah LDR-an seperti ini tanpa kami duga-duga. Pekerjaan pria itu sebagai seorang pengusaha memang sangat padat. Bahkan tak jarang aku mendapati Dika sampai begadang demi menuntaskan pekerjaannya.

Sebelum menuju bandara tadi Dika sudah berpamitan dengan orang tuanya-alias mertuaku, begitu pula kami sempat pulang ke rumah kediaman rumah Surendra untuk menemui Mama dan Papaku itu. Mamaku dan Mama Vita terus menenangkanku untuk ikhlas membiarkan Dika pergi ke Kalimantan karena selama ini itupun mereka rasakan dan sudah terbiasa. Kalau tidak ingin ditinggal aku disarankan lebih baik ikut, tetapi kutolak mengingat di sini ada Ara yang harus kujaga.

"Ih gak usah pergi kenapa sih kamu Mas!! Boleh gak sih?!" kataku masih dengan nada merengek bak anak kecil. Aku melupakan citra Alisha yang dulu yang dingin dan tertutup semenjak menikah dengan Dika.

Dika menertawaiku.
"Ya gak boleh dong kan sudah diatur semuanya, Ca. Udah hari H-nya masa dibatalin sih? Aku loh bos-nya. Kalo aku batalin gitu aja berarti aku tidak bertanggung jawab sama pekerjaanku dan tidak bisa untuk dijadikan panutan yang baik untuk bawahanku."

Bener sih. Tapi kan tetap saja nanti aku pasti jadi kangen banget dengan Dika.

"Gakpapa ya Sayang kan cuman seminggu loh. Masih bisa juga intens komunikasi lewat whatsapp dan vidio call," kata suamiku itu sekali lagi masih berusaha menenangkan.

Kami berdua mengendurkan pelukan. Dika memegangi kedua pipiku yang semakin berisi. Aku jadi punya semangat untuk hidup sejak mengenal Dika. Pola makanku mulai teratur, lebih produktif, dan mulai suka berbaur di keramaian.

"Mas jangan aneh-aneh ya di sana!" pintaku sangat menuntut.

Dika berdecih.
"Gak mungkinlah!! Aku di Kalimantan cuman buat pekerjaan, seminggu itu sibuk terus, gakkan sempat untuk cuci mata."

Kalau bukan karena pekerjaan berminat untuk mencari pemandangan baru yang lebih indah dari yang di rumah, begitu maksudmu?

Tetap saja sebagai istri kalau ditinggal jauh oleh suaminya pasti akan uring-uringan.

Aku mengambil tangan Dika lalu menciumnya cukup lama.

"Jaga kesehatan ya, Mas. Nanti pokoknya aku setiap hari akan ingatkan kamu makan, minum air putih yang banyak, minum vitamin, sama jangan sampai begadang. Jadi kamu gak boleh kesal kalau aku teror terus!" ujarku.

Kurasakan sedikit nyeri ketika Dika mencapit pipiku.

"Iya deh, gak mungkinlah aku marah kalo istriku lagi perhatian kayak gitu."

"Ya sudah aku pergi ya. Dadah istriku! Kamu jaga kesehatan juga, jangan sedih-sedih, makan yang banyak!" titah Dika tak kalah posesif dari aku yang kini manggut-manggut mengiyakan.

Aku pergi berdua saja dengan Dika ke bandara itu-alias aku sendirian saja yang mengantarkan suamiku ini. Ara tidak ikut sebab sudah pergi ke playgroup-nya. Dika pergi memang belum berpamitan dengan Ara sebab tahu anaknya itu kalau sudah menangis sangat dramatis dan terkadang sampai tantrum. Itulah yang Dika alami setiap hari kalau akan pergi bekerja. Butuh waktu lama untuk membujuk anaknya.

Ideal Papa✔️ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang