"orang tulus tidak akan pernah menang, dia akan mengalah dengan rasa bersalah."
Udara sore berhembus cukup kencang, membuat beberapa dedaunan beterbangan terbawa oleh angin. Disinilah Aleesha sekarang, sebuah caffe yang cukup ramai dengan para pengunjung.
Memang Aleesha memiliki kerja sampingan menjadi seorang pelayan caffe, hal ini dilakukannya agar ibu panti tidak terlalu banyak menanggung biaya hidup nya. Aleesha juga tidak enak jika harus menjadi beban seseorang.
"Sha, lo pulang aja biar piring kotornya gue yanf cuci." Ucap seorang gadis lalu mengambil alih piring kotor yang hendak dicuci oleh Aleesha.
"Thanks." balas Aleesha lalu tersenyum kecil "ibu panti pasti nyariin aku kalau pulang kemaleman, aku pulang duluan ya" Sambungnya lalu segera beranjak mengambil tasnya.
"HATI HATI SHA!" Teriak gadis itu lagi, ketika melihat Aleesha yang sudah berlari menjauhi area caffe, jam sudah menunjukkan pukul 18.24 malam.
Sedikit informasi, Aleesha bekerja ketika pulang dari sekolah. Dari jam 3 sore sampai dengan jam 6 atau 7 malam. Aleesha juga sering pulang dengan berjalan kaki, alasannya untuk menghemat uang pengeluaran nya setiap bulan.
"Jalannya kenapa sepi banget, ya?" Aleesha mengusap kedua telapak tangannya yang terasa dingin, tidak biasanya jalan untuk menuju panti se sepi ini. Hanya ada beberapa motor yang lewat, membuat perasaan Aleesha sedikit tidak tenang.
"Hai cantik, sendirian aja nih?"
Aleesha sontak menoleh disaat mendengar suara bariton dari arah belakang, ia melihat segerombolan lelaki yang memakai sepeda motor mendekati dirinya. Tubuhnya sudah gemetar tak karuan, ketika seorang lelaki turun dari motor untuk menghampiri dirinya. Satu kata yang terlintas di benaknya hanyalah...
KABUR!
Gadis itu mengambil ancang ancang untuk lari, namun naasnya cowok itu menyadarinya dan menarik tangan Aleesha untuk mendekat.
Tentu saja gadis itu memberontak, namun nihil, tenaganya tak sebanding dengan lelaki itu.
"LEPAS!" Cowok itu menyungging senyum remeh, ia semakin mempererat cekatan tangannya pada lengan Aleesha
"Lepas? Nanti kita dapet apa kalau ngelepasin lo, hm?" Rasanya Aleesha ingin menangis saja saat ini, jalanan benar benar sudah sepi. Tidak ada satupun kendaraan maupun pejalan kaki yang lewat. Membuat perasaan Aleesha semakin kacau.
BUGH!
BUGH!
Dua pukulan sukses mendarat pada rahang tegas milik lelaki yang sedari tadi menghadang Aleesha, gadis itu mengerjapkan matanya berkali-kali ketika lelaki itu tumbang di hadapannya.
"Cemen." Ucap lelaki itu dengan nada mengejek, sementara yang dipukul hanya meringis kesakitan. Pukulan milik Rafael memang tidak main main. Ya, lelaki itu adalah Rafael yang entah kebetulan atau tidak lewat disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
R A F A E L (Young papa!)
Teen FictionBagaimana jadinya jika seorang pria dingin menjadi ayah di usia 17 tahun? 𝕽𝖆𝖋𝖆𝖊𝖑 𝖘𝖊𝖗𝖎𝖔𝖓 𝖆𝖉𝖒𝖆𝖏𝖆 𝖆𝖓𝖉 𝕬𝖑𝖊𝖊𝖘𝖍𝖆 𝖈𝖍𝖆𝖓𝖙𝖎𝖐𝖆 𝖘𝖙𝖔𝖗𝖎𝖊𝖘 ----- Kesalahan satu malam berhasil membuat seorang ketua osis bernama Rafael mau...