CHAPTER 24

99.4K 5.8K 345
                                    

"jalani takdirnya dan nikmati lukanya."

"Kita di keluarkan dari sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kita di keluarkan dari sekolah."

Mata Aleesha membulat sempurna, bahkan saking terkejutnya ia tidak sengaja menjatuhkan sendok bubur yang masih berada di genggaman tangannya

"M-maksudnya kita.."

Rafael menatap Aleesha penuh rasa bersalah, lalu menghela nafas pelan "kita gak bakalan bisa lanjutin sekolah lagi" tuturnya pada Aleesha

Aleesha terdiam, entah perasaan aneh apa ini. Ia merasa begitu sedih, marah dan juga kecewa. Jadi impian nya hanya berakhir sampai di usia 17 tahun saja?

"Kayaknya karena kamu pendarahan tadi, para guru jadi curiga dan nyari tau." Ucap Rafael menerka nerka, ia memandangi handphone nya lagi lalu terlihat sedang menghubungi seseorang "besok kita disuruh buat ke ruang kepala sekolah"

Aleesha memandang Rafael yang terlihat sedang sibuk mengetik pesan kepada Devan, ia menunduk penuh rasa bersalah. Ini semua karena dirinya sendiri, kalau saja saat itu Aleesha tidak pernah berpura pura keguguran.

Mata Aleesha mulai berkaca kaca "Maaf.."

Rafael menolehkan pandangannya pada Aleesha yg masih termangu di brangkas

"Karena aku bohong dan ikut olahraga basket tadi.. semuanya jadi kacau" tuturnya dengan suara gemetar "s--sekarang semua orang yg ada disekolah udah tau segalanya"

"Hey.." Rafael menghampiri Aleesha lalu mengusap usap rambutnya pelan "ini gak sepenuhnya salah kamu, kita jalani semua nya bareng, ya?" Rafael menghapus air mata yg mengalir pada kedua pipi istrinya

Tanpa Rafael sangka, Aleesha berhambur memeluknya dengan erat "apa mimpi aku udah berakhir di umur 17 tahun?" Tanya Aleesha pelan sambil menyembunyikan wajahnya pada dada bidang Rafael

Rafael membalas pelukan Aleesha dengan hangat, lalu menggeleng perlahan "semuanya bakalan baik baik aja, esha"

"Karena aku, kamu juga ikut dikeluarin dari sekolah"

Rafael terkekeh sambil mengusap punggung aleesha lembut "memang nya kenapa? Ini semua juga salah aku, jadi aku pantas buat dapetin ini juga"

"Besok kita kesekolah bareng, ketemu kepala sekolah buat tanda tangan putus sekolah."

Aleesha menggeleng tidak mau "takut"

"Ada aku, katanya mau lewatin semuanya bersama?" Balas Rafael menenangkan Aleesha

---

Deretan lorong kelas dengan siswa siswi yang ramai berkeliaran bebas membuat suasana sekolah tersebut semakin ramai

Rafael menggandeng tangan Aleesha dengan erat melewati kerumunan siswa siswi yang tengah menatap mereka aneh. Tentu saja, semua rumor tentang Aleesha dan juga Rafael sudah menyebar dan menjadi perbincangan hangat sejak kemarin disekolah tersebut.

R A F A E L (Young papa!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang