Bab 2: Mondok

91 12 0
                                    

Malam tak pernah gagal membunuh jiwa yang sunyi.

(Azzahra)

*******

"Lulu seneng banget Zahra mau ikutan Lulu mondok, yey, seneng banget, banget." Lulu tampak heboh sendiri. Zahra mengeleng-gelengkan kepalanya karena tak mengerti dengan kelakuan temannya satu ini. Kini mereka berdua sedang berjalan beriringan menuju kelas 11-MIA 2.

"Zahra juga seneng 'kan?" tanya Lulu sumringah. Gadis tersebut mengenggam jemari Zahra sejak mereka keluar dari gedung pondok pesantren Al-ghazali Putri.

Jam 6 pagi tadi Zahra dan ibunya menemui pengasuh pondok pesantren Al-ghazali putri untuk mendaftarkan Zahra menjadi santriwati. Tak perlu berbincang lama akhirnya Zahra diterima menjadi santriwati di pondok pesantren tersebut dan diperbolehkan hari itu juga membawa barang-barangnya ke pondok.

"Zahra juga seneng 'kan bisa temenan sama Lulu?" tanya Lulu lagi.

Zahra membisu. Pikiran gadis itu melayang memikirkan keputusannya menjadi santriwati Al-ghazali adalah keputusan yang benar atau salah. Pasalnya, gadis itu ingin mondok dengan alasan muak tinggal di rumah ibunya. Dalam hati kecil, gadis itu belum siap untuk mondok.

"Zahra, jawab!" pekik Lulu sambil menghentakkan kakinya ke tanah.

"Iya, Lulu," jawab Zahra dingin.

"Eh, ada kak Ibnu." Lulu mengarahkan jari telunjuknya ke arah seorang pria yang akan berpapasan dengannya. Seketika jantungnya bergedup sangat kencang memandang pria kelas 12 di depan matanya.

"Sehat, Lu? " pria bernama lengkap Ibnu Abdillah menghentikan langkahnya ketika tiba di hadapan Lulu dan Zahra.

"Lulu selalu sehat kalau liat kak Ibnu." Lulu tersenyum centil sambil mengedip-ngedipkan matanya ke arah Ibnu.

Ibnu hanya membalas dengan senyum tipis dan anggukkan kepala.

Beberapa detik kemudian Ibnu melanjutkan langkahnya melewati tubuh Zahra dan Lulu.

"Kak Ibnu, tunggu! Lulu mau kenalin Zahra ke ka Ibnu!" pekik Lulu.

Ibnu menghentikan langkahnya, kemudian membalikkan tubuhnya menghadap Lulu dan Zahra. Lulu menarik lengan Zahra untuk membawa gadis itu mendekati Ibnu.

"Ini Azzahra. Temen sehidup semati Lulu. Best friend forever!" suara Lulu melengking. Zahra membelalakkan kedua matanya menatap Lulu. Sedangkan Ibnu tersenyum geli.

"Salam kenal, ya, Azzahra," ucap Ibnu dengan pandangan menelisik wajah Zahra.

"Iya, salam kenal," ucap Zahra dengan pandangan menatap ke bawah.

"Zahra, senyum dikit napa!" Lulu menarik kedua ujung bibir Zahra dengan tangannya agar Zahra mengembangkan senyuman.

"Apaan sih, Lulu!" Zahra membuang kasar tangan Lulu.

"Hehe, harus senyum kalau ketemu kak Ibnu." Lulu nyengir tak berdosa. "iya 'kan kak Ibnu?" Lulu melirik ibnu dengan senyum dibuat sok imut.

"Zahra yang sabar aja temenan sama si Lulu," ucap Ibnu lembut.

Zahra mengangkat kepalanya. Mata cokelat Ibnu bertubrukan dengan mata hazel Zahra. Zahra meneguk ludahnya susah payah. Tatapan maut Ibnu melelehkan matanya.

**************

Suasana kelas berubah gaduh semenjak guru bahasa arab keluar dari kelas karena ada keperluan mendesak. Hanya sedikit murid yang sibuk mencatat materi yang sudah di tulis di papan tulis, sedangkan kebanyakan murid lainnya jajan dan mengobrol.

"Kok malah jajan sih, bukannya nulis!" Zahra menatap sinis temen-temannya yang terlihat sedang mengantre untuk membeli gorengan yang dijual oleh salah seorang temannya.

AzzahraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang