Bab 24: 17 : 32

21 6 0
                                    



Dan janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya zina itu suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.

(Qs. Al-isra ayat 32)

************


Langkah Zahra tiba di ruangan perpustakaan, salah satu ruangan yang berisikan buku buku sebagai literatur, panduan dan ruang belajar bagi murid-murid.

Perpustakaan dengan ornamen didominasi bahan kayu itu tampak sepi.

Gadis itu melangkah ke meja pustakawan, ditatap olehnya wajah seorang pustakawan yang ramah.

"Mau mengembalikan buku, Dek?" tanya pustakawan itu ketika melihat sosok Zahra berdiri di depan mejanya.

Zahra menaruh sebuah buku di atas meja yang ada dihadapannya. "Iya, Pak. tapi telat."

"Jangan diulangi lagi, ya."

Setelahnya, Zahra melangkahkan kedua kakinya dan mengelilingi rak-rak buku. pandangannya menyoroti setiap judul-judul buku dan mencari judul yang menurutnya menarik.

Baginya perpustakaan adalah surga!

Sejak kecil di rumahnya sudah ada perpustakaan, sejak kecil pula ia sudah menjadi bibliomania.

Bibliomania atau dalam kamus Hassan Shadily disebut bibliophile artinya penggemar atau pecinta buku.

Jemari lentik Zahra meraih sebuah buku tebal di atas rak, lalu hidungnya menghirup aroma lembaran-lembaran kertas di buku tersebut. Aroma buku yang berasal dari kertas, perekat, dan tinta bersatu padu memanjakan Indra penciumannya.

Menghirup aroma lembaran-lembaran kertas sebelum membaca buku adalah ritual yang digemari gadis itu.

Aneh?

Aroma buku sudah ditetapkan oleh UNESCO sebagai aroma warisan tak benda. Hal ini karena bau bisa menjadi cara untuk memicu ingatan. Seorang yang terbiasa mengirup aroma buku akan teringat judul dan isi buku yang pernah ia baca hanya dengan menghirup aromanya, karena setiap buku memiliki aroma yang berbeda-beda

Tak lama Zahra melangkahkan kedua kakinya untuk duduk di kursi baca.

Beberapa menit gadis itu hanyut dalam dunia literasi, hingga tiba-tiba ia merasakan sebuah hembusan angin yang menerpa pipi kirinya, ia pun menengok ke samping.

"Ali?"

Ali mengipasi gadis itu dengan sebuah buku.

Zahra meraih buku di tangan Ali. "nggak usah ngipasin gue!"

"Ngga usah deket-deket. Pergi sana!"

Zahra kembali melahap buku fiksi dan menyelam ke dalam ceritanya, sedangkan Ali menulis sesuatu di atas selembar kertas.

"Baca, Ra."

Kertas di atas meja itu diseret oleh Ali agar mendekat ke arah Zahra. Zahra  melirik ke tulisan di atas kertas tersebut.

MAAFIN GUE, AZZAHRA.

Zahra meraih pulpen di dalam tasnya, lalu menulis sesuatu di kertas yang disodorkan oleh Ali.

IYA.

Gadis itu menyeret kertas itu agar mendekat ke arah Ali.

Ali menulis sesuatu di atas kertas yang disodorkan oleh Zahra.

LO UDAH TAU SOLUSI DARI PERASAAN CINTA GUE KE LO?

Pria itu menyeret kertas itu agar mendekat ke arah Zahra.

Ia tersenyum berseri-seri saat jemari lentik Zahra meliuk-liuk merangkai kata-kata di atas kertas yang ia sodorkan.

KENAPA SIH LO DEKET-DEKET GUE MULU?

DIMANA HAFALAN AL-QUR'AN LO?

LUPA SAMA 17:32?

LO NYANTRI LEBIH LAMA DARI GUE! LO HARUSNYA UDAH HAFAL BANGET AYAT ITU!!

SOLUSI UNTUK RASA CINTA LO KE GUE YAITU JAUHIN GUE, NGOBROL KALAU ADA KEPENTINGAN AJA, PUASA DAN JAGA PANDANGAN!!

KALAU LO MASIH DEKET-DEKET DAN GOMBALIN GUE, GUE AKAN BENCI LO!!

GUE AKAN BENCI LO!!

GUE AKAN BENCI LO!!

Zahra menyeret kertas itu agar mendekat ke arah Ali.

Tak lama gadis itu bangkit dan beranjak dari tempat itu.

tangan Ali meraih kertas itu. seketika tangan pria itu bergetar membaca kalimat yang ditulis oleh Zahra.

17:32?? apa maksudnya?

"Dan janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya zina itu suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk"

Ali menunduk kepalanya dan mengembuskan napas panjang.

Kalimat tersebut sangat menampar jiwanya, seketika jiwanya terpelosok dalam rasa bersalah dan penyesalan.

kalimat terakhir dalam tulisan tersebut mengusik hatinya. Kekhawatiran mulai menyelinap ke dasar jiwanya. Rasa gundah mengendap di aliran darah.

Azzahra, dara cantik yang membuat naluri Ali membara, kini telah berhasil menyadarkan Ali pada kubangan dosa.

Pria itu mengusap wajahnya dengan gusar, "kenapa gue nggak sadar kalau selama ini gue terjebak dalam cinta yang ditunggangi syahwat? Arghhh..."

Penyesalan terus menyergap jiwa Ali.

"Astagfirullah..."

La Taqrabuzzina!!!

Kalimat yang selama ini musnah dalam ingatan Ali, kini terngiang-ngiang di benaknya, menyudutkan jiwa pria itu pada dinding berlapis duri. Rasa nyeri tak henti membekap dadanya, ia dilukai oleh rasa penyesalannya sendiri.

Ali bangkit lalu melangkah dengan memanggul beribu penyesalan. Awan mendung penyesalan menjadi pengiring langkahnya.

AzzahraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang