Bab 20: Irama cinta

25 5 0
                                    

Sebiasa apapun bentuk kehilangan, tetap saja akan menyakitkan. Tidak ada kata sederhana dalam kehilangan. Sebab hati manusia tidaklah sekuat batu karang.

(Azzahra)

**********

Tes

Tes

Tes

Kilauan bulir bening yang berasal dari kedua mata Zahra berjatuhan membasahi mushaf Al-Qur'an, gadis itu menyeka air mata di pipinya dan mengatur nafasnya agar tetap tenang, setelah merasa tenang ia pun kembali melantunkan ayat suci Al-Qur'an.

Namun, air mata sialan itu luruh kembali dan membanjiri wajahnya. Kepergian sang ayah membuat dunia gadis itu mendadak runtuh dan menyisakan duka nestapa yang bersarang di hatinya.

Tapi, bukankah kehilangan adalah hal yang biasa dalam hidup?

sebiasa apapun bentuk kehilangan, tetap saja akan menyakitkan. Tidak ada kata sederhana dalam kehilangan. Sebab hati manusia tidaklah sekuat batu karang.

Dibalik sifat dingin layaknya es batu, gadis itu memiliki hati yang halus dan lembut layaknya salju. Pemilik nama Azzahra yang memiliki arti bunga dan keindahan yang mekar, bersinar dan cemerlang, kini tampak lunglai dan layu.

Tapi sungguh, sosok Azzahra bukan tidak mengikhlaskan sebuah kepergian, bukan tidak memberikan ruang di hatinya untuk berlapang dada, bukan tidak menerima ketetapan yang telah digariskan Tuhan. Namun, gadis itu hanya butuh waktu untuk menata hatinya yang berantakan dan menghabiskan air mata kesedihan, sebelum kembali mengarungi kerasnya kehidupan.

Tiba-tiba terdengar suara pintu berderit dan derap langkah kaki.

"Belum tidur, Sayang?"

Rita mendekati keponakannya yang duduk di tepi ranjang.

Zahra menutup mushaf Al-Qur'annya, lalu menyeka air matanya dengan kain bagian lengan bajunya.

Rita mengambil posisi di samping Zahra, lalu mendekap gadis itu. "Ikhlas ya, Nak. Kehidupan dan kehilangan itu satu paket. Orang yang hidup di dunia pasti akan kehilangan sesuatu yang ia Sayang, karena semua yang ada di dunia hanyalah titipan."

"Kenapa Papa sembunyikan penyakitnya dari Zahra, Tante?" Zahra mendongakkan kepalanya, ditatap olehnya wajah Rita yang tampak selalu tegar.

"Karena Ayahmu tak tega melihatmu bersedih. airmatamu sangat berharga, Nak. Ayahmu tak pernah Sudi memberikan jalan bagi satu tetes air itu untuk jatuh."

Rita mengeratkan pelukannya, seketika Zahra merasakan kehangatan menjalar di sekujur tubuhnya.

"Papamu memang dulunya pernah terjerumus dalam pergaulan bebas, tapi, ketika melihatmu tumbuh menjadi gadis yang cantik dan baik, Papamu mulai memperbaiki kehidupannya."

"Tante percaya, Allah sudah menerima penyesalan Papamu dan memberikan tempat untuk terbaik untuk Papamu beristirahat dengan tenang."

Keesokan harinya, sosok Ali dengan outfit t-shirt polos yang dibalut dengan jaket jeans, celana jeans hitam dan sneakers putih, turun dari taksi.

Pagi ini penampilan Ali si cowok berambut ikal itu tampak keren, ia berharap dengan penampilannya yang maskulin bisa membuat bidadarinya tersenyum.

Ali berjalan mendekati gerbang rumah Zahra.

Sambil mengumpulkan semua nyali, Ali menekan tombol bel di rumah tersebut, berharap Zahra menerima kedatangannya.

Ting tong

Ting tong

Ting tong

Beberapa detik kemudian, muncul seorang wanita berdaster biru.

"Mas siapa, ya? Ada perlu apa?" tanya Bi sari kepada Ali dihadapannya.

"Saya Ali, teman dekatnya Azzahra. Saya ada keperluan penting dengannya." Ali menyuguhkan senyuman ramah.

"Kalau begitu, mari masuk."

Ali berjalan mengikuti langkah Bi Sari.

"Duduk di sini dulu, ya, Den, biar saya panggilkan dulu Non Zahra," ucap Bi Sari saat tiba di ruang tamu, Ali pun duduk sofa yang ada di sampingnya.

Bi sari melangkah menuju kamar Zahra.

Tak lama kemudian, muncul sosok Zahra dari tikungan rumah. Ali tersenyum manis memandang bidadarinya yang pagi ini memakai baju tidur bermotif bunga-bunga dan jilbab instan berwarna pink.

Lagi-lagi, hati Ali dibuat remuk ketika kedua matanya disuguhkan pemandangan pucat dari wajah Zahra.

Zahra berhenti tepat di hadapan Ali. "Ikut gue!"

Tak lama gadis itu berbalik badan dan melangkah menjauhi Ali, dengan cepat Ali mengikuti langkah gadis itu.

Sejurus kemudian, mereka telah duduk di gazebo kayu yang terletak di taman belakang rumah. Zahra sengaja memilih tempat itu agar obrolannya dengan Ali, yang hobi ngomong aneh-aneh itu, tidak terdengar oleh Rita, tantenya.

"Ada perlu penting apa?" tanya Zahra kepada Ali yang duduk di sampingnya. Tatapan gadis itu menerawang ke arah lain, tak sedikitpun melirik ke arah Ali.

"Apa kabar Zahra?"

"Baik," jawab Zahra dingin. Ia benci dengan basa-basi.

"Alhamdulillah, kalau udah baik berarti besok bisa masuk sekolah, ya?"

"Insya Allah."

Ali tersenyum manis, wajah pria tampan itu tampak berseri-seri.

Beberapa menit keduanya mengunci mulut, hanya terdengar suara gemericik dari air terjun mini yang terletak di samping gazebo tersebut.

Zahra menoleh ke arah Ali, ditatap olehnya bibir tipis Ali yang tertarik membentuk senyuman, seketika gadis itu merasakan jantungnya berdetak lebih cepat, hal ini karena adanya hormon adrenalin yang keluar ketika berhadapan dengan seseorang yang dicintai.

"Katanya ada keperluan penting? Kok diam aja?" tanya Zahra.

"Jantung gue detaknya cepet banget, Ra! sampai gue lupa mau ngomong apa!"

Ali menempelkan satu telapak tangannya di depan dadanya. " Lo tau enggak, Ra. Penyebabnya karena apa?"

"Enggak tau."

"Sumpah lo enggak tau?"

"Lo bolos, ya? Kenapa bisa pagi-pagi ke sini?" Zahra mengalihkan topik obrolan.

Ali menggigit bibir bawahnya, pria itu gelagapan mendapatkan pertanyaan dari Zahra.

"Umm ... Itu ada ...." Ali berpikir keras.

"Ada rapat dadakan di sekolah, jadi semua murid bebas!"

"Masa?" Alis Zahra terangkat dan melengkung.

"Serius, Ra."

Zahra memalingkan wajahnya ke arah lain.

"Kita ke panti asuhan, yuk, Ra? Lo pasti butuh hiburan 'kan? Kita main sama baby Zahra."

Mendengar kalimat baby Zahra, sontak Zahra memandang ke Ali Kembali dengan mata berbinar.

"Lo tunggu disini, gue mau mandi dan siap-siap."

Zahra bangkit lalu melangkah cepat memasuki rumahnya.

Ali memandang punggung Zahra yang memasuki rumahnya,

Ali mengusap dada kirinya, telapak tangan pria itu merasakan irama cinta yang berdetak sangat kencang dalam jantungnya.

"Dear jantung ...."

"Kuat-kuat ya!"

--------------

Terimakasih banyak, :-)

AzzahraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang