Bab 13: Malu sama Allah

35 6 0
                                    

Gejolak asmara terkadang membuat manusia lupa terhadap Tuhan yang selalu mengawasi gerak-gerik setiap makhluk.

******

Ali dan Bilal menyusuri lorong panjang, memasuki ruangan kelas satu persatu dan bertanya kepada setiap penghuni kelas untuk menemukan murid yang memiliki nama Ibnu. Keduanya bak sedang berburu, tak akan menyerah sebelum menemukan hasil buruannya.

Kini keduanya menaiki anak tangga untuk mendatangi ruangan kelas terakhir di lantai tiga. Ali yang dikerubungi amarah tampak melangkah cepat, kedua buah bibirnya menyatu diikuti dengan lubang hidung yang melebar.

Ali memasuki ruangan kelas 12-IIS 5.

"Di kelas lo ada yang namanya Ibnu?" tanya Ali pada sekumpulan murid yang sedang mengobrol di meja barisan pertama.

"Enggak ada," jawab salah satu dari mereka. Ali mengembuskan napas panjang. Pria itu menyeka keringat yang bercucuran di pelipisnya.

Setelahnya, Ali dan Bilal memutuskan untuk duduk di anak tangga menuju rooftop sekolah. wajah keduanya tampak lelah dan kusut, Sekusut simpul-simpul amarah Ali yang dipintal Ali dalam diam.

Pencarian mereka sia-sia karena di Madrasah Aliyah tak ada murid yang memiliki nama depan, tengah atau belakang Ibnu.

Setelah beberapa menit keduanya membisu, Bilal akhirnya bersuara. "enggak ada yang namanya Ibnu di MA, gue yakin pasti kak Ibnu anak SMK yang ngasih surat buat Zahra."

wajah Ali berubah tegang, kekhawatiran mulai menyelinap ke dasar jiwanya. Pria itu takut dara jelitanya jatuh ke pelukan pria lain.

Ali mengusap wajahnya dengan gusar. "Zahra itu punya gue! Gue harus bisa dapetin dia!"

Begitulah Ali, pria yang tumbuh dengan sifat keras kepala serta selalu berusaha untuk mendapatkan apa yang ia inginkan, bahkan sampai titik darah penghabisan.

************

Pukul 13.00, bel terdengar pertanda kegiatan belajar mengajar di kelas telah usai.

Zahra, Lulu dan Reta berjalan beriringan menuju pondok putri. ketiganya bercakap-cakap dan sesekali diselingi gelak tawa akibat ocehan Lulu.

Beberapa saat kemudian, ketiga gadis itu telah tiba di depan pagar pondok putri. pandangan Lulu tertuju ke arah para santri putra yang berkerumun di gerobak pedagang bakso yang mangkal di depan pagar pondok putra.

"Beli bakso, yuk?" Lulu mencengkeram lengan Zahra dan mencegah gadis itu berjalan ke dalam pagar.

Zahra mengikuti arah pandangan Lulu. "malas, ah! Banyak cowok."

"Tapi Lulu pengen banget bakso!" rengek Lulu.

"Pengen bakso atau pengen modus?" sindir Reta ketika pandangannya mendapati sosok Ibnu di antara kerumunan itu.

"Ayo anterin Lulu!" Lulu menarik lengan kanan Zahra.

"Enggak mau!" Zahra berusaha menahan tubuhnya dan melepas cengkeraman tangan Lulu.

"Jangan bawa Zahra!" Reta menarik lengan kiri Zahra. jadilah kini Reta dan Lulu saling tarik menarik untuk mendapatkan Zahra.

"Lepasin!" pekik Zahra. Tubuh gadis itu terombang-ambing ke kiri dan ke kanan.

"Zahra harus anterin Lulu!" Lulu menarik lengan kanan Zahra dengan sekuat tenaga. Gadis itu berhasil membawa Zahra berlari.

Tak lama Lulu dan Zahra tiba di kerumunan para santri putra.

"Abang beli bakso!" Lengkingan suara Lulu terdengar membahana. Para santri secara spontan menyumbat kedua telinga mereka dengan jari telunjuk mereka.

"Kalau mau ngomong volume yang standar aja, gak usah pake high volume!!" Ketus salah satu santri.

AzzahraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang