Bab 35: Janji Ali

24 5 0
                                    

Ting...

Bunyi oven terdengar nyaring. Pertanda kue di dalamnya sudah matang.

Ali yang duduk di kursi yang terletak di belakang meja makan, menaruh handphone yang sedari ia mainkan di atas meja, lalu melangkah menuju oven.

Ali membuka pintu oven listrik yang memiliki material stainless steel, aroma cokelat yang begitu lezat menguar saat pintu oven tersebut dibuka, lalu dengan ceroboh ia langsung meraih loyang di dalamnya.

Prangggg!!!!

Ali menjatuhkan loyang aluminium yang ada di genggamannya.

"Awhh..panas!!" ia meniup-niup jari-jari tangannya yang terasa sangat panas.

Tiba-tiba terdengar suara derap langkah kaki. Zahra membulatkan matanya ketika menatap loyang dan cookies nya berserakan di lantai.

"Awhh...panas!!!!" Ali masih meniup-niup tangannya yang masih panas, lalu berlari ke wastafel.

"Ceroboh banget sih!" Zahra mendekati Ali.

"Panas banget, Ra!" Ali merintih, lalu menoleh ke arah Zahra.

"Kalau mau ngambil loyang dalam oven harus pakai sarung tangan! Jangan main ngambil aja! Loyang kan panas! dasar ceroboh!" Zahra menggerundel kesal, tapi Ali bisa menangkap sorot mata khawatir dari gadis itu.

Sementara itu, Rita yang baru tiba di dapur, melangkah mendekati Ali dan Zahra.

"Ada apa sih ribut-ribut?" tanyanya. "Lho? tangan kamu kenapa, Ali?" Rita menyerngitkan dahinya melihat satu tangan Ali yang memerah.

"Ceroboh dia, Tan!" cibir Zahra. "Lihat deh cookies nya jadi berceceran di lantai."

Rita menundukkan kepalanya, menatap cookies-cookies cokelat yang berhamburan di lantai.

"Maaf, Tante. Ali nggak sengaja." Ali menatap Rita dengan raut wajah bersalah.

Rita tersenyum. "Nggak apa-apa. Ali." Adik dari Johan---Ayah Zahra-- itu memang memiliki sifat yang lemah lembut dan baik hati.

"Sayang banget jadi mubazir!" Zahra mencak-mencak sambil memunguti cookies-cookies di lantai.

"Nggak apa-apa, itukan masih ada satu loyang lagi di dalam oven." ucap Rita.

Setelahnya, Zahra, Ali dan Rita duduk di ruang TV sambil melahap cookies yang tadi dibuat.

Rita dan Zahra duduk di sofa panjang berwarna marun, sedangkan Ali duduk di sofa terpisah yang terletak di sebelahnya.

Mereka melahap cookies sambil menonton film populer di Netflix dari TV yang memiliki resolusi 4K UHD.

Raut wajah Zahra tampak kusut karena Rita memilih film dengan Genre drama. Gadis itu lebih menyukai Genre film petualangan. Sedangkan Ali memilih untuk bermain game online di handphone nya.

"Makan rujak enak kali ya," ucap Rita ketika melihat tokoh dalam film yang sedang memakan rujak.

"Kayaknya Tante ngidam buah jambu deh," ucapnya lagi. Seketika Zahra dan Ali menoleh ke arah wanita berusia 26 tahun itu.

"Tante ngidam? berarti hamil dong?" Zahra mengerutkan keningnya. Rita menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.

"Serius?" ucap Zahra dengan raut wajah tak percaya. Rita kembali mengangguk.

"yey!! rumah ini bakalan diramein sama tangisan bayi dong!!" raut wajah Zahra tampak berbunga-bunga. Ali tertawa kecil melihat keceriaan menghiasi wajah manis Zahra.

"Tante pengen buah jambu air yang ada di halaman belakang. Pak rahmat lagi pulang kampung lagi! Ngga ada yang bisa manjat pohon." Rita tampak cemberut. Pak Rahmat adalah Sopir pribadi Rita.

AzzahraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang