Bab 29: Comel

20 6 0
                                    

Seorang wanita bergaun putih berjalan di sebuah lorong dengan dinding berwarna putih.

"Aku dimana ya?"

Julia mengedarkan pandangannya ke segala arah, " tempat apa ini? Aku mau pulang!"

Tiba-tiba wanita itu merasakan sebuah sentuhan di pundaknya, ia pun berbalik badan.

"Mom?"

Julia langsung menghambur ke pelukan Ibunya.

"I miss u so much"

Tangis wanita itu pecah.

"Bagaimana keadaan Azzahra?"

Wanita bernama Dyana itu melepaskan pelukan Julia.

Julia menggelengkan kepalanya, "tidak tau"

"Kamu rawat dan didik anak itu, jangan pernah membencinya"

"Dia anak haram! Aku benci kehadiran nya!!"

"Jangan sekali-kali kamu membenci Azzahra. Dia tidak bersalah. Ayahnya yang bersalah"

"Aku benci anak itu! Dia anak haram!"

"Jangan membenci anak itu, sebab dialah salah satu orang yang kelak bisa memberimu pertolongan di akhirat nanti"

"Nggak! Aku benci anak itu! Benci! Benci! Benci!"

"Jangan benci dia"

"BENCII!!!!"

"Jangan"

"BENCIII!!!"

Tak lama Julia terbangun dari mimpinya. Jantungnya berdetak sangat cepat dan tubuhnya dibanjiri keringat dingin.

sejenak, ia memejamkan matanya dan memikirkan mimpinya tadi.

"Kamu mimpi buruk ya, honey?" pria yang berbaring di samping Julia mengelap keringat yang membasahi dahi istrinya.

"Aku mimpi bertemu dengan Mom"

Julia merubah posisinya menjadi duduk dan menyandarkan punggungnya di sandaran tempat tidur.

Mario turun dari kasur untuk mengambil air minum untuk Julia.

"Aku rindu Mom"

Air mata Julia luruh, kerinduan akan sosok Mom menyesakkan dadanya.

*******

Mendung bergelayut pagi ini, semburat mentari tak terlihat karena tertutup awan yang menghitam.

Zahra yang duduk di Gazebo taman belakang rumahnya mendongakkan kepalanya ke langit, ditatap olehnya sang surya yang tampak redup.

rasa rindu tiba-tiba menyergap gadis itu. rindu cinta dan kasih sayang dari Ibu kandungnya.

Sudah setahun ia tak bertatap muka dengan Julia, Ibunya pindah rumah entah kemana dan memblokir nomornya. Ia hanya bisa memandang ibunya melalui sosial media.

Sungguh, rasa rindu semakin memberontak dan memporak-porandakan sanubarinya.

Oh Tuhan, bisakah engkau beri gadis itu kesempatan sehari saja untuk menikmati pelukan hangat seorang ibu? Jika tidak bisa sehari, sedetik pun tak mengapa, Tuhan.

Miris!

Harus seperti inikah nasib seorang anak hasil Zina?

Zahra menunduk dalam, bulir bening yang berasal dari kedua mata gadis itu berjatuhan ke permukaan bumi.

Oh Bumi, apakah engkau tidak merasakan sebuah kepedihan dari tetesan air mata Zahra yang engkau serap?

Zahra meremas dadanya yang terasa sesak. Ia mengigit bibir bawahnya untuk menahan rasa pedih di hatinya.

AzzahraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang