Bab 21: Untung cantik!

19 6 0
                                    

Cinta adalah getaran terindah, tak peduli bentakkan dialamatkan, wajah masam ditampakkan. Namun, bagi pecinta sejati, getarannya sama, mengguncang yang makin menggelorakan cinta.

(Muhammad Ali Al hafidz)

********

Di sebuah kamar dengan wallpaper dinding berwarna pink, hiasan lampu kelap kelip, ranjang dan furnitur berwarna pink lainnya, terlihat seorang Zahra sedang duduk di depan meja rias bergaya vintage klasik.

"Kebanyakan nangis dan kurang tidur, mata gue jadi kek mata panda!" Keluh Zahra dengan bibir cemberut.

Gadis itu menatap pantulan dirinya di cermin berbentuk bulat dengan hiasan bunga-bunga yang mengelilingi cermin tersebut.

"Jelek banget!"

Zahra meraba lingkaran gelap di bawah matanya.

Tangan gadis itu bergerak untuk membuka laci meja riasnya, diraih olehnya tiga item makeup yaitu pelembab, conceler dan bedak, untuk menutupi mata pandanya.

Tak lama setelahnya, Zahra sudah tiba di hadapan Ali.

Melihat kehadiran Zahra, Ali yang masih duduk di gazebo pun bangkit.

Pandangan Ali menyoroti tubuh Zahra dari atas kepala hingga kaki. Gadis itu tampil cantik dengan pashmina syar'i, gamis dan tas selempang, yang semuanya berwarna pink. Seketika kedua mata Ali meleleh melihat pancaran indah di depan matanya. Ah, pesona gadis itu sungguh seperti bidadari, keanggunannya mampu menggetarkan jiwa Ali.

"Yuk berangkat!" ajak Zahra. Namun Ali bergeming, kedua matanya tak berkedip memandang wajah Zahra, seakan tak ingin rugi melewatkan keindahan yang terpancar dari wajah gadis itu.

"Ayo berangkat? Kok diam aja?!" bentak Zahra.

Ali membeku mendengar ucapan dari bibir mungil di wajah Zahra. Pandangan pria itu yang sebelumnya selalu terjaga, kini tenggelam dalam linangan keindahan di hadapannya, Kedua kakinya bergetar, Ia terbius oleh cantiknya sosok karya tuhan

Zahra melepas tas selempangnya, lalu,

"Awhh ...." Ali merintih ketika wajahnya dipukul oleh Zahra dengan tas selempang di tangan gadis itu.

"Jaga mata lo!" gertak Zahra, lalu melengos pergi.

"Sakit tau! Kasar banget sih jadi cewe!" Gerutu Ali sambil meraba wajahnya.

Pria itu pun melangkah mengikuti langkah Zahra.

"Untung cantik!"

Ali tersenyum manis menatap punggung Zahra. Bunga-bunga cinta berbondong-bondong mengetarkan hati Ali.

Ya, Cinta adalah getaran terindah, tak peduli bentakkan dialamatkan, wajah masam ditampakkan, namun bagi pecinta sejati seperti Ali, getarannya sama, mengguncang yang makin menggelorakan cinta.

********

Setibanya di panti asuhan bernama Muaz bin Jabal, yang merupakan Panti asuhan milik Muaz, ayahnya Ali. Zahra langsung mengendong baby Zahra yang sedang merangkak di aula panti.

"Sayang ... Cups ... Cups."

Kedua pipi chubby balita berumur 9 bulan itu langsung diserbu oleh ciuman dari bibir Zahra.

Baby Zahra yang merasa geli pipinya diciumi oleh Zahra, tertawa cekikikan.

"Main sama Kakak, yuk?"

Zahra membawa baby Zahra ke taman belakang panti.

Kini keduanya duduk berhadapan di hamparan rumput hijau, tangan mungil baby Zahra memegang tanah dan meraba rerumputan disekitarnya.

"Ada kupu-kupu tuh." Zahra mengangkat kepala baby Zahra agar bisa melihat kupu-kupu yang terbang di atas kepala baby itu.

"Pupu-pupu," ucap Baby Zahra dengan jari menunjuk ke arah kupu-kupu yang terbang tinggi menjauhi mereka.

"Yah ... Kupu-kupu pergi deh."

"Pupu-pupu!!!" Baby Zahra bubling dengan suara kencang.

Merasa sangat gemas, Zahra mencubit kedua pipi chubby baby Zahra.

"Bukan pupu-pupu, sayang, tapi kupu-kupu."

"Pupu-pupu."

"Lihat bibir kak Zahra." Zahra mendekat wajahnya ke depan wajah baby Zahra, lalu memperagakan kata kupu-kupu dengan benar.

"Kuuu-puuu kuuu-puuu."

"Pupu-pupu!" Baby Zahra berteriak girang.

"Bukan! Tapi kupu-kupu!" Zahra gemas tak kepalang.

Zahra bangkit dan mengangkat tubuh mungil Baby Zahra lalu melempar Baby itu ke atas dan menangkapnya lagi. Baby Zahra tak sedikitpun takut, ia tertawa riang.

Sementara itu, Ali yang duduk di kursi teras tampak tersenyum manis memperhatikan Zahra. Hatinya lega memandang bidadarinya kini tampak bahagia.

Azzahra, sang bunga itu tak lagi layu. Gadis itu kini bak bunga mawar yang bermekaran, pesona indahannya mengalir mengikuti irama jantung Ali. harum kelopaknya, membuat naluri Ali bergejolak.

Muaz yang baru tiba di panti asuhan untuk mengantar barang-barang dari donatur, berjalan ke arah Ali.

"Ali?"

Ali menoleh ke samping, ditatap olehnya kehadiran Muaz.

Pria itu pun bangkit, lalu mencium punggung tangan Muaz.

"Kok kamu ada disini? Enggak sekolah?" tanya Muaz heran.

Bola mata Ali bergerak ke kanan dan kiri, pria itu gelagapan mendengar pertanyaan dari Muaz.

"Ada ... ada rapat dadakan di sekolah, jadi semua murid bebas. Terus Ali izin deh ke guru piket untuk ke panti."

"Beneran?"

AzzahraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang