Bab 6: I love u Mama.

65 9 0
                                    

Sore ini, sinar senja tampak mengintip di balik jendela sebuah kafe. Seorang pria tampan dengan wajah blasteran Indonesia-Belanda duduk di salah satu kursi kafe dengan tampang gusar. Pasalnya, Wanita yang ia tunggu belum tampak batang hidungnya.

Johan menyeruput kopi yang tersaji di atas meja.

Tak lama seorang Wanita berperawakan tinggi dan langsing bernama lengkap Julia Lorelle tiba di hadapan Johan.

"Maaf telat ...." Julia menarik sebuah kursi lalu duduk di atas kursi tersebut. Johan menaruh kembali cangkir kopi di atas meja ketika mendapati sosok wanita jelita di hadapannya.

"Mau bicara penting apa?" tanya Julia. Wanita itu menatap mata hazel mantan suaminya.

"Jaga sikap kamu sama Zahra!" Johan menunjuk wajah Julia dengan jari telunjuknya. "Jangan sekali-kali kamu sakiti dia dengan ucapanmu!" Wajah pria itu berubah sangar.

"Hah? nyakitin?" Julia tertawa lalu menepis telunjuk Johan. "Kamu yang lebih dulu nyakitin anak itu!" gertak Julia dengan mata melotot.

"Kenapa kamu mengata-ngatai Zahra anak haram?" Johan mencoba mengatur napasnya yang tak beraturan. Pria itu mencoba untuk tak tersulut emosi.

"Kamu amnesia ya?" Julia tertawa getir.  "Memang begitu kenyataannya! kamu yang menghamili aku waktu SMA dan dengan terpaksa aku harus menikah muda. Lalu tak lama kamu menceraikan aku! dasar pria hidung belang!"

PLAK.

Spontan telapak tangan Johan menampar keras pipi tirus Julia.

Julia bangkit dengan memegangi pipinya yang memerah dan berdenyut nyeri. Saking kerasnya tamparan itu, telapak tangan Johan tercetak di pipi Julia yang putih.

"Aku akan balas perbuatan kamu, Mas!" Julia melangkah pergi berbekal dendam kesumat.

"Bodoh!" Johan menatap telapak tangannya. Pria itu merutuki perlakuan kasarnya.

**********

Denting sendok dan garpu yang beradu dengan piring terdengar dari sebuah ruangan. Sinar matahari pagi yang penasaran mengintip kegiatan di dalam melalui celah-celah jendela. Terlihat di dalam ruangan tersebut barisan meja makan berukuran panjang yang menjadi tempat para santriwati melahap jatah makanan mereka.

"Enggak nafsu makan, ya?" tanya Olivia kepada Zahra disampingnya yang sedari tadi bengong dan mengaduk-aduk nasi gorengnya.

"Mana suka si Bule makan makanan kaya kita! dia biasanya sarapan roti, burger dan kentang! nasgor gak level buat dia!" cibir seorang gadis di hadapan Olivia. Gadis bernama Shanum itu menatap sosok Zahra dengan tatapan mata sinis dan benci.

Zahra melirik Shanum dengan mata menyipit, sebagai ungkapan ketidak setujuaan. "Bukan enggak suka sama makanannya, tapi lagi enggak enak makan," ucap Zahra. Gadis itu bisa menangkap kebencian dari tatapan shanum, tapi ia tidak tau penyebab tatapan Shanum semengerikan itu.

"Alesan! enggak ngehargain banget sih! di dapur mbak-mbak udah capek dari sebelum subuh masakin makanan buat kita!" ucap Shanum dengan tatapan yang masih sama.

Zahra memilih diam lalu memalingkan pandangannya ke arah lain, gadis itu tak suka memperlebar ucapan.

***********

Suara bel terdengar nyaring melewati lorong teras sekolah menuju ke penjuru kelas.

Seorang guru fiqih memasuki kelas 11 MIA-2. Kegiatan belajar mengajar pun dimulai.

"Ada yang ingin ditanyakan pada materi di Bab pernikahan dalam islam, sebelum kita membahas Bab berikutnya?" tanya pak Yusuf.

"Saya pak, ingin bertanya." Ali dengan antusias mengacungkan tangannya.

AzzahraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang