Bab 49: kekurangan

30 4 0
                                    


Menikah itu mencintai ketidaksempurnaannya seumur hidup.

-Azzahra-

**********

Setelah menikah, Ali menunjukkan kebiasaan-kebiasaan yang Zahra rasa menganggu. Zahra yang terbiasa hidup rapi dan teratur, harus tinggal sekamar dengan Ali yang biasa awut-awutan.

Pada kenyataannya, Cinta akan diuji ketika semakin dalam mengenal pasangan dan mengetahui hal-hal yang selama ini dia sembunyikan.

Seperti pagi ini, cinta Zahra kepada Ali diuji, pakaian yang telah ia setrika dan ia tumpuk rapi di dalam lemari, menjadi acak-acakan karena Ali dengan ceroboh menarik cepat pakaian yang berada di bawah tumpukan, otomatis tumpukan pakaian yang berada diatasnya menjadi berjatuhan ke lantai.

Zahra duduk di lantai sambil melipat pakaian yang berjatuhan di lantai. Bibir ranumnya cemberut. Beberapa kali bumil muda itu menghela napas agar tidak emosi.

Ali yang duduk di sampingnya berkali-kali meminta maaf. Namun, Zahra diam seribu bahasa dan sama sekali tak menengok ke arah suaminya.

"Maaf, Dek. Jangan marah, ya."

Zahra mengambil napas dalam-dalam lalu mengembuskannya perlahan. Mulutnya mengucapkan istighfar dengan suara sangat pelan dan tidak terdengar oleh Ali. Zahra akhirnya sadar tindakan mendiami suami akan menjauhkan ia dari ridha ilahi.

Zahra bangkit lalu menaruh kembali tumpukan baju ke dalam lemari. Ali pun ikut bangkit.

"Aku enggak marah. Cuma lagi badmood aja."

Kini, wanita pemegang status istri itu menatap manik mata suaminya datar. Sang suami membalas tatapan itu dengan sorot mata penuh cinta, seperti biasanya.

"Siapa saja istri yang mencium suaminya dengan suka rela, maka, dia bagaikan menghatamkan Al-Qur'an dua belas kali, dan dengannya Allah akan mencatat dari setiap ayat dalam Al-Qur'an lima puluh kebaikan, dan dari setiap ciuman dibangunkan sebuah kota disyurga untuknya. Sumber kitab Uqudul Lujain Syaikh Nawawi al-Bantani."

Ali mengeluarkan jurusnya untuk mendapatkan morning kiss dari Zahra. Zahra memutar bola matanya malas. Bukan tak mau melakukan ibadah itu. Namun, seperti yang tadi Zahra katakan, suasana hatinya sedang tidak baik-baik saja. Sangat wajar, karena secara ilmiah, ibu hamil dapat mengalami suasana hati yang buruk  mulai trimester pertama kehamilan.

Zahra memalingkan pandangannya, mahasiswi calon bidan itu menghela napas, dan bertarung keras melawan badmood-nya.

"Mau pahala?" tanya Ali.

Zahra menatap kembali wajah manis suaminya. Ia melangkah dan menepis jarak antara dirinya dan Ali. Ali menundukkan kepalanya, agar Zahra dapat dengan mudah melakukan ibadah itu. Zahra menatap mata Ali dalam-dalam, kemudian pandangannya beralih ke bib*r suaminya. Ia menarik kerah baju Ali dengan lembut agar tubuh Ali semakin mendekat, lalu, ya, tak usah dijelaskan lagi.

"Mau jalan-jalan," pinta Zahra ketika keduanya telah selesai sarapan. Di meja makan bundar itu hanya ada mereka berdua. kemarin, Muaz dan Asiyah terbang ke luar kota untuk menghadiri acara rekan bisnis mereka.

Setelah berpakaian rapi. Keduanya menuruni tangga menuju gerbang depan.

"Jalan-jalannya mau pakai mobil atau motor?" tanya Ali menghentikan langkahnya di ujung anak tangga.

Zahra ikut berhenti melangkah. "Namanya jalan ya pakai kaki lah,"

Zahra kembali melangkah lalu menggeser gerbang berwarna putih di rumah itu.

Ya, Zahra ingin jalan-jalan dengan kaki. Alias jalan kaki. Ali geleng-geleng kepala melihat punggung istrinya yang keluar dari gerbang.

Pusat perbelanjaan yang berada tak jauh dari kawasan perumahan tempat Ali dan Zahra tinggal, menjadi tempat yang mereka kunjungi.

AzzahraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang