Bab 28: Ospek

18 6 0
                                    

Pukul 7 kurang 15 menit, Ali dan semua MABA ( mahasiswa baru ) berlarian ke arah parkiran untuk mengikuti Apel Universitas. Semua Mahasiswa baru Universitas Islam Negeri ******* tumpah ruah di parkiran tersebut.

Layaknya pasar kliwon. Ejek-ejekan antar fakultas pun terjadi. Fakultas Tarbiyah adalah tempat ngumpulnya guru Tk, Fakultas SainTek adalah bayi tabung, Fakultas ISOSHUM adalah tempatnya orang frustasi. Fakultas Ushulludin tempatnya orang-orang gila (yang satu ini ada benarnya juga, karena fakultas ini cukup ekstrim karena memikirkan agama-agama bahkan sampai mengkritisi Agama sendiri). Fakultas Syariah adalah tempat kongkownya para penghulu.

Ejek-ejekkan antar fakultas tersebut berlangsung selama beberapa menit, hingga akhirnya semua mulut MABA bungkam ketika beberapa dosen dan panitia OSPEK berdiri di hadapan mereka.

Setelah apel selesai, para MABA digiring untuk memasuki gedung Multi Purpose, atau umumnya GOR serbaguna. Di dalam gedung tersebut dilakukan acara, pembukaan, gema wahyu illahi, sambutan-sambutan, dan acara pokoknya adalah Display UKM ( Unit Kegiatan Mahasiswa ) yaitu salah satu acara untuk mempromosikan UKM kepada MABA.

Ali tergiur untuk ikut dalam Himpunan Qari'-Qari'ah Mahasiswa. Ah, pria itu tersenyum bahagia ketika tau hobinya melantunkan ayat suci Al-Qur'an bisa tersalurkan di tempatnya berkuliah.

Setelah OSPEK hari pertama selesai, Ali mengunjungi kosan tempat Bilal tinggal. Keduanya berkuliah di kampus yang sama dengan fakultas yang berbeda.

Saat tiba di kamar berukuran 3×3 yang dilengkapi furniture minimalis yaitu kasur lantai yang diletakkan di bagian pojok kamar, lemari kayu satu pintu dan meja belajar lipat, keduanya langsung berbaring di atas kasur untuk melepas simpul-simpul rasa lelah yang terpintal di tubuh mereka.

Setelah beberapa menit keduanya hening dan memejamkan mata, Ali yang tubuhnya berbaring di samping Bilal, menghadapkan tubuhnya ke arah pria itu.

"Mabar kuy." Ali menepuk-nepuk pipi Bilal.

"udah bebas ge-game sekarang, udah ngga kaya pas di pondok lagi" lanjutnya.

"Males ah," jawab Bilal tanpa membuka matanya sedikitpun.

Ting Ting Ting Ting

"Eh, suara tukang bakso. Kebetulan gue laper"

Ali langsung berlari ke depan pagar gedung kosan mengejar gerobak bakso.

"Bakso...bakso...bakso!!" Seru Ali dengan suara lantang memangil seorang bapak tua yang sedang mendorong gerobak bakso hampir meninggalkan gang gedung kosan. Namun akhirnya bapak itu mendengar suara teriakan Ali dan berbelok mendatangi pria itu.

Dari kejauhan seorang gadis bergamis unggu berlari tergopoh-gopoh mendekati tukang bakso.

"Beli satu bungkus bakso, jangan pake sayur, sambel 3 sendok, pak!!" ucap gadis itu.

"Bentar ya, saya bikin pesanan si mas ini dulu" kata bapak tukang bakso sambil menunjuk ke arah tubuh Ali.

"Dia dulu aja, pak" ucap Ali sambil menunjuk gadis di sampingnya dengan gerakan dagu.

"Lho? Kan masnya lebih dulu"

"Ladies first..biar dia dulu"

Bapak tukang bakso pun menganggukkan kepalanya.

Abidah Al-azizah, gadis yang berdiri di samping Ali itu mengembangkan senyum manisnya, ia menoleh ke arah pria jangkung di sampingnya.

"Makasih ya," ucap Abidah.

Sekilas Ali menengok ke arah gadis itu, lalu tatapannya kembali ke depan.

"Sama-sama"

AzzahraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang