Bab 40: overprotektif

22 4 2
                                    


Acara potong kue dan doa bersama telah selesai. Kini para tamu undangan di acara syukuran ulang tahun Lulu diperbolehkan untuk menyantap menu apapun yang tersedia di restoran itu.

Zahra duduk termangu dan tak nafsu memakan apapun. Nama seorang pria berputar-putar dalam otaknya. Ada benang-benang resah yang ia sembunyikan dalam diam.

Ali, kenapa pria itu tak kunjung datang? Ah, Zahra baru teringat kalau kemarin malam, saat Ali mengunjungi rumahnya, pria itu terlihat pucat, bahkan muntah-muntah hebat.

Zahra menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi dan menghela nafas kasar. Dalam hati, ia merutuki dirinya sendiri karena telah menelfon Ali untuk datang ke tempatnya kini.

Pandangan Zahra jatuh ke pintu masuk restoran. Ia berdoa dalam hatu, semoga Ali tak muncul dari sana dan tidak jadi kesini. Ah, tapi, bukankah Ali itu nekat dan berkemauan keras?

Oh God! Zahra semakin jatuh dalam lubang kecemasan yang membuatnya tak tenang.

Sesaat kemudian, Zahra merasa dunia berubah hening padahal teman-temannya yang lain sedang mengobrol riuh. Ia melihat sosok Ali muncul dari balik pintu dan berdiri di ambang pintu. tatapan mata mereka bertemu membuat mereka saling tatap dalam diam.

Ali merasa kakinya menjadi kaku saat menatap wajah Zahra. Tak lama Zahra melambaikan tangan agar Ali mendekat ke mejanya.

Diiringi degup, Ali yang memakai jaket varsity biru dongker berjalan ke meja panjang yang diisi oleh Zahra dan teman-temannya.

"Assalamualaikum, guys!" sapa Ali dengan senyum lebar dan renyah. Melihat senyuman Ali, seketika kepingan hati Zahra menjadi kriuk-kriuk.

Tapi, Zahra bisa menangkap sesuatu yang pucat di balik wajah manis Ali. Ia merasa dugaannya benar, bahwa Ali telah nekat datang padahal kondisinya sedang sakit. Oh God! Apakah sudah ada ikatan batin antara Zahra dan Ali? Karena pada kenyataannya dugaan Zahra memang benar, Ali kini sedang menyembunyikan rasa sakit di perutnya.

Beberapa orang menghentikan kegiatan makannya dan mendongak menatap Ali.

"Wa'alaikumussalam! Doktor kiyai haji Al hafidz Muhammad Ali akhirnya dateng juga!" Celetuk Rama.

"Lho? Bukannya lo lagi sakit?" Bilal menatap heran sosok Ali. "Siang tadi gue nanya ke temen kelas lo, lo enggak kuliah karena sakit?"

Ali beringsut duduk di kursi kosong yang ada di hadapan Zahra. "Udah sembuh karena obatnya ada disini." Ia menatap Zahra dan memancarkan cahaya cinta lewat senyumannya.

Bilal yang duduk di samping Ali menggeleng takjub. "Unbelievable!"

Zahra meraih ponsel di dalam tasnya, lalu mengirim pesan whatsApp ke Ali. Merasakan sebuah getaran dalam saku celananya, Ali mengambil ponselnya lalu membaca pesan dari Zahra.

Zahra kutub Utara ❤️ :
Ikutin langkah gue, Ali!

Tanpa kata, Zahra bangkit dan berjalan ke luar restauran. Tak lama Ali menyusul gadis itu.

Melihat tingkah Zahra dan Ali. Beberapa orang disana menyerngitkan dahi.

Kenapa keduanya pergi?

Zahra berbalik badan menghadap Ali. Keduanya telah sampai diluar bangunan restauran.

"Lo nekat lagi?!" tanya Zahra dengan ekspresi wajah yang sangat Zahra. Menusuk dan dingin.

Tapi, sungguh, gadis ayu itu sedang meredam gemuruh cinta sekaligus kilatan cemas dihatinya.

"Apanya yang nekat?" Ali menyerngitkan dahinya.

"Lo lagi sakit tapi lo nekat datang?!"

"Gue dateng demi lo, Azzahra. Lo kan tadi nelfon gue dan nyuruh gue datang."

"Gue enggak tau kalau lo lagi sakit. Sekarang lo mendingan pulang. Istirahat di rumah!" perintah Zahra yang makin membuncah kepedulian.

"Enggak, gue udah sembuh!"

"Muka lo enggak bisa bohong. Lo pucat."

Ali meraba wajahnya sendiri. "Emang iya?" ucapnya dengan tampang polos.

"Gue mau sekarang lo pulang naik taksi, jangan naik motor. Biar gue nyuruh orang buat bawa motor lo. Gue enggak mau lo tambah sakit." Rasa cinta semakin memupuk kekhawatiran di hati Zahra.

"Enggak mau!" Ali berbalik badan dan hendak melangkah, namun tangan Zahra menarik tudung jaket Ali dan membuat langkah Ali tertahan.

"Ali bin batu paleolithikum! Jangan jadi batu deh! Apa susahnya, sih, nurut? demi kebaikan lo!"

Ali berbalik badan. "Lo terlalu overprotektif sama gue!"

sifat overprotektif adalah rasa khawatir, curiga dan cemas yang berlebihan sehingga ingin selalu melindungi seseorang yang dicintai.

Zahra membisu. Ia memejamkan matanya kuat-kuat dan merutuki dirinya sendiri yang overprotektif saat ini.

Melihat ekspresi Zahra yang aneh, Ali tergelak. "Lo overprotektif, tapi gue suka kok."

Zahra menunduk malu. Ah, ruhnya seperti sedang mengawang-awang di angkasa. Ia kehilangan dirinya sendiri.

'bagi para pecinta, menjaga orang yang mereka cinta adalah misi utama'

AzzahraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang