Bab 50: peran menantang

26 4 0
                                    


Di kamar Ali, Zahra tertidur pulas di pangkuan Ali. Kepala bagian kirinya bersandar di dada bidang Ali. Sedangkan Ali duduk di tempat tidur dengan punggung bersandar di sandaran tempat tidur. Satu tangan Ali melingkari punggung belakang Zahra, dan tangannya yang lain mengusap lembut perut sang istri.

Ali membacakan ayat ayat Alqur'an yang telah ia hafal kepada Zahra dan sang jabang bayi.

Tartil dan begitu meresapi. Ya, pendamping hidup Azzahra itu melantunkan Al-Qur'an dengan sangat syahdu dan memberikan ketenangan bagi Ibu hamil dan janin di dalam kandungan.

Dengan gaya bacaan yang cepat. Namun, tetap menjaga tajwid, dua juz Al-Qur'an selesai Ali murojaah dalam waktu satu jam.

Dibelai oleh Ali pipi bening Zahra. Terdengar suara napas yang teratur dari istrinya, seolah ia sedang tidur nyenyak. Ya, bumil itu benar-benar hanyut dalam mimpinya.

Beruntung, siang tadi, setelah tragedi Zahra ditabrak bahunya oleh Abidah hingga membuatnya jatuh dan ia dibawa ke dokter kandungan. Keadaan janinnya masih aman. Janin itu hanya sedikit terguncang sehingga memberikan efek nyeri. Dokter kandungan hanya memberikan suplemen yang akan menguatkan kandungan.

Ali menaruh perlahan tubuh Zahra di atas kasur, lalu menyelimuti bumil itu hingga sebatas leher. Disingkirkan olehnya beberapa helai rambut Zahra yang menutupi sebagian wajahnya.

Ali berbaring di samping Zahra. Pandangannya menerawang ke langit-langit kamar. Ia mengembuskan napas panjang lalu mengusap kasar wajahnya. Tragedi yang dialami Zahra menyadarkan dirinya yang telah lalai dalam menjaga istrinya.

Disaat pemuda seusianya masih dalam tahap mencari jati diri dan asik nongkrong. Sosok Muhammad Ali, yang usianya belum genap 20 tahun, sudah memikul tanggung jawab berat sebagai suami dan calon ayah yang menjadi pelindung utama di dalam keluarga.

Sungguh, bukan perkara mudah. Ali baru menyadari hal itu sekarang.

Ali mengubah posisi tidur menjadi menyamping ke arah Zahra. Dielus lagi olehnya perut Zahra.

Terbayang olehnya wajah mungil bayinya, sekaligus terpikir olehnya peranan menantang yang akan ia hadapi. Ya, menjadi seorang ayah lebih dari sekedar menyumbang sperma kepada istri untuk kemudian memiliki keturunan. Menjadi ayah berarti pula memikul tanggung jawab kehidupan manusia baru. menyingkirkan ego untuk kehidupan anak yang lebih baik.

*******

Pagi ini, di depan gerbang akademi kebidanan. Ali memberikan arahan kepada Yuna, gadis yang paling dekat dengan Zahra di kampus itu.
Arahan untuk mengawasi dan menjaga Zahra. ya, hal itu ia lakukan karena ia tak bisa menjaga Zahra saat ia kuliah.

Ali berhadapan dengan Yuni, sedangkan Zahra berdiri di samping Ali dengan tatapan heran, tapi takjub.

"Pas jam kosong, lo ajakin Zahra istirahat. Jam 12 siang, ajakin Zahra makan siang. Lo marahin Zahra kalau dia jajan yang pedes-pedes. Kalau kelas Zahra berada di lantai atas, bantuin Zahra naik tangga dan hindari gerakan yang tergesa-gesa untuk mengurangi goncangan yang bisa berefek pada kandungan Zahra," terang Ali.

Yuna mengangguk patuh. "Siap 86!" seru Yuna.

-----------

Pendek dulu, ya

Makasih :)

AzzahraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang