Bab 14: cup cake Happiness

24 6 0
                                    

definisi cinta yang tulus: sekalipun disakiti tetap akan menyayangi.

*********

Waktu terus mengiris hari, detik senantiasa berdetak lincah. Hari-hari ditenggelamkan bersama ragam cerita manusia.

Tak terasa, Ujian akhir semester telah selesai dilaksanakan minggu lalu. Kini sosok Ali telah duduk di kelas 12.

Pria berambut ikal dengan hidung mancung itu tampak memasukkan satu per satu buah kancing baju gamisnya. Hari ini Ali dan tim marawisnya akan tampil di acara perpisahan Madrasah Aliyah dan sekolah menengah kejuruan Al-Ghazali.

"Pake minyak wangi dulu, biar memikat" Bilal menyemprotkan parfum ke bagian-bagian tubuh Ali.

"keteknya belum nih." Ali mengangkat kedua tangannya ke atas, memberikan ketiak untuk Bilal.

Srottt...

Parfum aroma maskulin disemprot oleh Bilal ke bagian ketiak Ali.

"Kopiah jangan lupa." Bilal meraih kopiah songkok di atas meja, lalu memakaikannya di kepala Ali.

"Syukron!"

Indahnya persahabatan mereka. Seperti Kaka dan adik yang dekat. Walau tak jarang dikemas dengan perdebatan, tapi berkat rasa sayang yang tanpa diundang selalu bermunculan, membuat persahabatan mereka tetap berjalan aman.

Ali yang memiliki sifat nekat, ceroboh dan keras kepala, dikirimkan Tuhan sosok bilal yang penyabar, pemikir dan penasihat. Keduanya saling melengkapi, menjadikan hidup keduanya terasa berarti, dalam merajut persahabatan hingga ke Jannah nanti.

"Yuk, ah!"

Ali dan Bilal melenggang keluar kamar.

*********

Acara perpisahan diselenggarakan di gedung serbaguna milik Yayasan Al-Ghazali.

Tampak gadis-gadis manis memakai gamis brokat dan pria-pria gagah memakai jas hitam melenggang ke dalam gedung.

Di depan gedung terlihat deretan stand-stand pedagang yang menyuguhkan berbagai macam camilan. Diantara puluhan stand tersebut, terdapat stand yang paling mencolok dikarenakan stand tersebut terpajang unik dan manusia penjaga stand terpajang cantik.

Stand itu dipasang spanduk bertuliskan Azzahra Bakery. Stand milik ekstrakulikuler Tata Boga itu sengaja dinamai Azzahra, karena nama itu sangat tersohor di sekolah berkat kecantikan pemilik nama, dengan begitu akan lebih mudah memancing para penghuni sekolah untuk mampir ke stand mereka.

Sosok Zahra dan ketiga temannya tampak kompak dengan kostum senada yaitu gamis merah muda bertaburkan pita, dan Khimar jumbo dengan warna senada.

Ketiganya terlihat seperti bidadari-bidadari bumi yang anggun memikat hati. Siapapun yang melihatnya akan tergiur untuk mendekati.

Ali dan tim marawisnya berjalan melewati stand-stand yang berjejeran. Langkah Ali terhenti ketika mendapati sosok Zahra yang tampak ceria mengobrol dengan ketiga temannya.

Beberapa menit pria itu mematung, menikmati suguhan langka di wajah Zahra. Gadis idaman yang selama ini pelit tersenyum itu, kini tampak tersenyum memunculkan lesung pipi yang bertengger manis di kedua pipinya. Ah, meneguk cinta dengan menatap wajah Zahra saja sudah membuat jiwa pria itu kenyang. Entah bagaimana kelak jika pria itu bisa meneguk cinta dari setiap bagian raga gadis itu, mungkin pria itu akan tenggelam karena kekenyangan. Oke, mungkin ini lebay.

"Udah cuci matanya!" Bilal menarik lengan Ali. Keduanya pun berjalan menyusul anggota tim marawis lainnya yang telah lebih dulu tiba di dalam gedung.

Pandangan Zahra tertuju pada punggung Ali. Gadis itu selalu peka ketika pria itu memandangnya.

AzzahraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang