1. Pandangan Pertama

614 52 30
                                    

~mungkin benar kata pepatah, dari mata turun ke hati itu benar adanya~

~mungkin benar kata pepatah, dari mata turun ke hati itu benar adanya~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


🦋🦋🦋

Langit pagi masih mengelabu, awan yang sedikit menghitam itu menyembunyikan sinar dari sang surya. Angin juga berhembus sedikit lebih sejuk, bukan hanya pepohonan, bahkan jalanan pun masih mengkilap basah, itu karena akibat rintik gerimis tadi pagi yang menangisi bumi.

Pintu gerbang SMA Garuda Jaya baru saja dibuka, oleh seorang satpam yang sudah paruh baya, dengan perut buncit dan kumis menghias di bawah hidung.
Menyaksikan para murid yang berbondong-bondong memasuki area sekolah adalah rutinitasnya setiap pagi.

Dirasa sudah tidak ada lagi yang akan datang, satpam itu segera menarik kembali gerbangnya untuk ia tutupi. Namun, tarikannya terhenti dikala matanya memicing, melihat terdapat seorang siswa dengan seragam yang sengaja dikeluarkan, tengah berlari, berteriak untuk tidak segera menutup pintu gerbang tersebut.

"Kamu, lagi!? Apa sulit untuk tidak terlambat satu hari saja?" Namanya Pak Okis, nama yang tertera pada atribut seragamnya. Ia menatap garang pada siswa yang baru saja sampai tepat dihadapannya, dengan napas terengah-engah.

"Ma-maaf pak, saya kesiangan." Siswa itu menumpukan tangannya dilutut, berusaha menetralkan napasnya kembali.

"Kamu harus saya hukum, saya akan bawa kamu ke BK, biar jera sekalian!"

"Yah, Pak. Saya minta maaf, saya kesiangan karena semalam saya habis jenguk bapak saya di rumah sakit." Anak itu memohon dengan wajah memelas.

"Bener nih, bapak kamu sakit?" tanya Pak Okis curiga.

"Hmm, tumben kamu sendirian, biasanya berempat, sama teman-teman nakal kamu itu," kata Pak Okis menatap penuh selidik.

"Anu, Pak, mereka kayaknya gak datang deh, saya juga gak tau, kan saya di rumah sakit semalaman," jawab siswa dengan nickname bertulis, Elgra Winata Putra.
Siswa dengan mata eyesmile itu tersenyum miring, karena Pak Okis tidak melihat ke sisi pagar kanannya.

Disela-sela ia memohon pada Pak Okis, terdapat tiga siswa sedang berusaha untuk melompati pagar setinggi dua meter tersebut, dengan langkah hati-hati agar tidak menimbulkan suara berisik. Masing-masing sepatu, mereka lepas dan dikalungkan di leher, itu bertujuan untuk tidak mengotori seragam salah satu dari mereka, ketika menginjak pundak untuk mencapai puncak pagar tersebut secara bergantian, dan saling membantu. Selama Elgra mengalihkan perhatian Pak Okis, maka mereka tidak akan ketahuan.

Dugh!

Bagaikan suara durian jatuh, ketiga anak itu melompat dari atas pagar, ke tanah yang masih lembab itu, hingga celana abu-abu mereka sedikit terciprat dan kotor.
Pak Okis langsung melirik tajam kearah tiga siswa yang melompati pagar berwarna hijau dan krem itu. Mereka sudah berancang-ancang untuk berlari, setelah Pak Okis berteriak garang, mengangkat pentungan sekuritinya ke atas.

Bahagia Untuk Jaffress [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang