33. Perkara

31 8 46
                                    

~Bersamamu adalah cerita yang tak pernah ingin ku akhiri~


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


🦋🦋🦋

Pagi bermula dengan mentari dan udara sejuk. Langit kian membiru dengan burung-burung beterbangan memenuhi keindahannya yang meluas seluruh semesta.

Aroma harum begitu menyerbak, uap-uap itu mengepul dari panci yang sedang terisi oleh makanan yang Aghiella masak di pagi itu. Sup wortel dan kentang kesukaannya, dengan segelas susu stroberi di atas meja. Dituangkannya seujung sendok kuah kaldu ke telapak tangannya, kemudian menyesap kuah tersebut, untuk memastikan kalau rasanya tidak terlalu hambar.

"Hm! Sepertinya sudah?" gumamnya menerka.

Dimatikannya kompor sesudah memindahkan sup tersebut ke tempat hidangan. Namun, tatapan itu seketika memudar, kala ia melihat ke arah kamar sang ayah yang masih tertutup. Ayahnya belum keluar sama sekali, padahal ia sudah bertekad untuk bangun pagi, menyiapkan lauk untuk makan bersama.

"Selalu begini," ucapnya, tertunduk kecewa.

Memang, dia bahkan sudah hapal. Sebesar apapun ia berharap dapat makan bersama-sama dengan ayahnya, ia sudah tau untuk ke depannya itu tidak akan pernah terjadi. Hanya satu yang ia harapkan untuk saat ini, ayahnya mengerti terhadap dirinya saja, itupun sudah cukup.

Seenak apapun ia masak, kalau hanya makan sendirian setiap hari seperti ini, maka, masakannya pasti akan terasa hambar, dan meninggalkan sisa untuk ayahnya makan, walaupun akhirnya tetap sama, berakhir di pembuangan.

Duduk sendirian, menengadahkan kedua tangan dengan saksama, dengan tatapan kosong penuh luka, meratapi kesunyian dan hambar setiap hari suasana di ruang makan. Setelah kepergian ibunya beberapa tahun ini, keharmonisan dan kehangatan yang dulunya terjadi di rumah ini, mendadak hancur, meleleh berkeping-keping tanpa sebab.

"Tuhan, kapan ayah akan berubah?"

---ooOoo---

"Kok, dia belum balas, ya? Apa jangan-jangan yang dikatakan Zicho dan Elgra itu benar, kalau gue terlalu dekil?" Haikal bermonolog dengan dirinya sendiri. Sudah beberapa kali ia menyalakan dan mematikan HP-nya. Tetap saja, tidak ada notifikasi dari kekasihnya itu, yang menimbulkan segala kecemasan dan pikiran negatif di benaknya.

Ting...

Bak hujan emas, Haikal dengan agresif meraih HP dan langsung membuka pesan WhatsApp dari Nazwa tersebut.

Senyuman lebar menukik dari bibir anak laki-laki berkulit hitam manis itu, jari-jarinya dengan cekatan mengetik beberapa pesan yang baru terbalas setelah sepuluh menit berlalu.

Bahagia Untuk Jaffress [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang