3. Anak Babeh

160 26 0
                                    

~bukan karena apa sebab kamu tertawa, tetapi, lihatlah dengan siapa kamu bisa bahagia?~

~bukan karena apa sebab kamu tertawa, tetapi, lihatlah dengan siapa kamu bisa bahagia?~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


🦋🦋🦋

Langkah ringan kaki jenjang, dari seorang anak laki-laki berjeans hitam, dengan dominasi baju kaos putih bertulisan hitam itu, baru saja keluar dari kamarnya, ia menuruni satu persatu anak tangga menuju lantai bawah rumahnya, tepatnya rumah milik sang ayah. Rumah dengan nuansa warna putih dan furnitur yang hampir seluruhnya abu-abu dan hitam, cukup serasi dengan paduan warna yang menambah kesan estetik. Rumah itu cukup luas untuk ditinggali oleh empat orang laki-laki yang menempatinya.

"Loh, kalian tidak belajar?" Tanya Jaffres pada dua anak laki-laki belia, yang sedang tiarap di atas karpet berbulu lembut, sambil menonton film Transformers di laptop.

"Sudah kok, kak, itu buku-bukunya!" Anak laki-laki bermata sedikit sipit itu, menunjuk ke arah meja kaca bundar yang terdapat serakan buku di atasnya.

"Ayah belum pulang, Jash?" Jaffres ikut bergabung dengan dua anak tersebut, melihat keadaan rumah yang terasa sepi dan kosong. Jashon menggeleng, tanpa mengalihkan pandangannya dari layar laptop.
"Sepertinya belum, kirain Kak Jaff gak ada di rumah, soalnya Kak Mahen juga belum pulang, makanya Jashon ajak Renjana ke rumah."

"Ren, kamu sama Jashon di rumah aja, ya. Kakak mau ke luar sebentar," ucap Jaffres menepuk pundak anak laki-laki bersurai hitam, dengan poni depan yang sedikit pirang alami.

"Siap, kak!" Renjana meletakkan tangannya di depan kening, seperti hormat.

Jaffres beranjak, melangkah mendekati pintu utama, kemudian langkahnya berhenti, kembali menemui Jashon dan Renjana, yang sedang asik menonton film kegemaran mereka.
"Nih, buat jajan." Jaffres menyogohkan dua lembar uang dua puluh ribu.

Jashon beranjak girang, menerima lembaran uang tersebut, dihiasi senyuman manis yang membuat matanya juga ikut tersenyum.
"Terima kasih, kak."

"Sama-sama, belajar yang rajin. Bilang sama ayah Kakak pergi kerja kelompok aja, jangan beri tau kalau Kakak ke luar sama Kak Elgra dan lain-lain, oke!" Jaffres semula mengusap puncak kepala anak berumur lima belas tahun itu, lalu memberikan sedikit persyaratan sambil mengacungkan jempol.

"Itu mah, uang tutup mulut rupanya?" sindir Renjana melirik.

"Hehe, sudah, Kakak pergi dulu." Ia melangkah, hingga punggungnya tak lagi terlihat.

---ooOoo---

"Mulai nih, si Jaffres kalau gak telat, gak afdhol hidupnya," ucap Haikal melirik arlojinya.

Bahagia Untuk Jaffress [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang