40. Hilang Yang Pulang

26 5 0
                                    

~Segala hal tentang menunggu aku tak mampu, sebab karena berisiko besar untuk aku merindu.~

🦋🦋🦋

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🦋🦋🦋

Pagi-pagi buta ia telah terjaga dari tidurnya, matanya melirik ke arah selipan tabir yang terhembus sepoinya angin, tergurat bentangan langit yang masih belum menunjukkan terangnya. Mata gadis itu sebenarnya masih mengantuk, hanya saja pikirannya tak tenang yang terus bersarang akhir-akhir ini.

Memang, tidak seperti biasanya ia terbangun sepagi ini, apalagi di hari Minggu. Ia melirik ke arah jam beker, masih jam setengah lima pagi. Biasanya ia akan bangun paling lama jam tujuh. Aghiella meraih ponsel yang berada di atas nakas. Memeriksa apakah notifikasi pesan yang ia tunggu sudah muncul? Faktanya, tidak ada notifikasi apapun.

Aghiella menghela, kembali merebahkan diri di atas tempat tidur yang empuk dan nyaman. Dalam penerangan temaram ia menatap langit-langit. Semua pikiran-pikiran negatif itu kembali bermunculan, tapi sekuat mungkin ia mengontrol emosi dan insting tersebut. Namun, tetap tidak bisa. Jaffres tidak memberinya kabar selama beberapa hari, anak itu juga tidak masuk sekolah dan sulit untuk bertemu.

Wajar jika Aghiella berprasangka buruk, walaupun ia tau apa yang Jaffres alami, tapi ia berharap, setidaknya anak laki-laki yang berstatus sebagai pacarnya itupun bisa memberi kabar, atau bahkan mengirim pesan padanya mungkin. Aghiella merasa, Jaffres benar-benar menjauh untuk hilang darinya.

'Your Message '

Anda
Jaff, ini sudah hari ke sepuluh, dan
kamu juga belum membaca, atau bahkan
membalas pesanku.
Aku tidak mengerti, atas dasar apa
alasan kamu untuk tidak memberiku kabar
sama sekali?
Ku mohon Jaff, sekali ini saja.
Aku orangnya mudah ragu, maka,
jadilah yang paling meyakinkan.

Jari-jari lentiknya dengan cekatan mengetik beberapa pesan, suara keyboard memecah keheningan kamar. Matanya masih kosong menatap layar ponselnya, seiring dengan helaan napas yang terasa berat, tak ada tanda-tanda sama sekali Jaffres akan membalas pesannya. Menangis? Tidak, Aghiella tidak menangis untuk kali ini, air matanya sudah banyak terbuang sebelumnya. Kembali ia melepaskan ponsel, dan bersandar pada dinding tempat tidurnya. Matanya kembali merapat, dengan napas memburu menahan rindu.

Ting!

Dengan cepat Aghiella merogoh kembali ponselnya, segera ia memeriksa notifikasi tersebut, dan ya, saat itu juga matanya membulat sempurna. Rasa terkejut dan tidak percaya terjadi dalam waktu bersamaan, setelah kornea matanya menangkap satu persatu huruf dari pesan yang ia terima.

"Hah?"

---ooOoo---

Minggu, Jakarta 2021

Bahagia Untuk Jaffress [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang