10. Akankah Pergi

53 11 10
                                    

~Kamu merindu bukan karena ia jauh atau pergi, tapi karena dia ada di hatimu.~


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


🦋🦋🦋

"Maaf Pak, saya telat!"

Suara berat dengan napas terengah itu membuyarkan lamunan Aghiella, begitu juga penghuni kelas lainnya. Mereka sontak menoleh ke arah pintu, melihat siapa yang baru saja datang di saat jam pelajaran sudah hampir setengah berlanjut?

Woiy!" seru Zicho membuat Haikal dan Elgra yang sedang tertawa mendadak hening, ikut melihat ke depan.

Begitu juga Aghiella, matanya membola melihat laki-laki yang sedang mengatur napasnya itu. Siswa itu menoleh ke arahnya, ia tersenyum lebar menampakkan deretan giginya yang putih, dengan alis hitam yang sengaja ia naik turunkan.

"J-Jaff___"

"Saya bisa masuk, Pak?" Jaffres menaikkan keningnya, memohon pada Pak Suyadi yang masih menganga tak percaya.

"Ah iya, b-boleh boleh kok!" Pak Suyadi gelagapan.

"Kok Bapak yang salah tingkah, sih?" tanya Sela.

"Siapa yang salah tingkah?" Pak Suyadi memanyunkan bibirnya.

"Jaffres, kemana saja kamu? Kenapa baru masuk?" Pak Suyadi menatap curiga pada Jaffres.

Jaffres baru saja melepaskan tasnya ke bangku, terlihat biasa saja seolah tak terjadi apa-apa. Meremehkan pertanyaan dari teman-temannya yang mati penasaran.
"Saya ada masalah pribadi, Pak. Cinta," jawab Jaffres terkekeh.

"Kamu ini, masih untung saya belum DO kamu, Kepala Sekolah juga mempertanyakan kamu!" oceh Pak Suyadi menekan pinggang.

Aghiella bergeming, sedikit melirik dari ekor matanya, menelisik sosok laki-laki berambut cokelat pekat yang sedang asik bergurau bersama ketiga temannya. Aghiella, ia sedikit tersenyum melihat tawa riang dari Jaffres.

"Lo kenapa?" Jhovana membuyarkan lamunannya.
Aghiella hanya menggeleng singkat, kembali menghadap ke depan mendengarkan penjelasan dari Pak Suyadi.

"Bro, gue kira lo sudah wafat, tau gak?" celetuk Haikal berbisik, membalikkan badannya ke belakang agar bisa leluasa mengobrol dengan Jaffres dan Elgra.

"Lagian lo kemana, sih? Dihubungi juga tidak bisa," sungut Elgra menatap kesal pada wajah tanpa dosa Jaffres.

"Gue di rumah aja, ada hal yang kalian tidak perlu tau dan ikut campur soal gue, dan itu tidak bisa ditentang oleh siapapun." Jaffres melipat kedua tangannya didada, menelisik tajam pada wajah ketiga temannya itu.

Bahagia Untuk Jaffress [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang