~Yang datang memang akan pergi, tapi apakah kepergiannya menjamin untuk kembali?~
🦋🦋🦋
Aghiella menangis di pelukan laki-laki tersebut, menumpahkan segala curahannya. Rindu itu masih belum terbayar, ia memeluk erat tubuh Jaffres yang lebih tinggi dibandingkan dirinya itu. Sempat berpikir Jaffres akan hilang, dan sekarang kekasihnya itu telah pulang.
Ada banyak sekali rindu dan kenangan yang ingin ia sampaikan. Merengkuh erat tubuh laki-laki itu seiring tenggelamnya matahari. Langit yang semula berwarna jingga kian memudar. Senada dengan perasaan campur aduk Aghiella saat ini.
Hal aneh ia rasakan, Jaffres tak membalas pelukannya. Merasa tidak adil, tidak seperti biasanya laki-laki itu seperti ini. Padahal ia sedang tidak bermimpi kan? Memang, ini sungguh nyata, bahkan deru napas dan detak jantung Jaffres dapat ia rasakan.
Pada akhirnya ia pun melonggarkan pelukan tersebut, menatap nanar wajah Jaffres yang pucat. Laki-laki itu hanya menatap datar ke depan, kemudian menundukkan kepalanya, menatap nanar wajah Aghiella.
"Jaff?" kata Aghiella dengan suara gemetar.
"Mari akhiri semua ini, Aghiella!"
Aghiella mematung, hatinya bagai kertas yang robek, kemudian larut dalam air. Matanya tak lagi sanggup membendung tiap kesedihan yang ada. Sial! Jaffres membuat rindu yang selama ini ia rajut, terasa sia-sia begitu saja.
"A-apa maksud kamu, Jaff?" Gadis itu mendongak, bahkan bibirnya pun tak lagi sanggup untuk berucap.
Terkejut? Tentu sangat terkejut setelah mendengar kalimat yang terlontar dari mulut laki-laki di hadapannya saat ini.
Jaffres menarik napas singkat, kemudian menghela. "Aku ingin mengakhiri semua jarak kesenggangan di antara kita," ucapnya.
"A-aku tidak mengerti," kata Aghiella terbata-bata.
"Aku masih mencintaimu."
Tangis Aghiella terjeda sesaat, ia merunduk. Ah... Jaffres terlanjur membuatnya untuk berpikir negatif. Ia kembali menatap wajah sendu Jaffres, mengguratkan senyuman hangat.
"Kamu adalah versi terbaik, dari semua cinta yang datang," ujar Aghiella, kembali menenggelamkan diri ke dalam dekapan Jaffres. Kali ini Jaffres membalas pelukannya, bahkan lebih erat. Membiarkan kepala gadis tersebut menyender pada dada bidang miliknya.
Bahkan, gemericik hujan kembali turun dan membasahi dua insan yang bernaung di bawahnya.
"Maaf, aku sudah senaif itu.""Aku tidak mau kau pergi lagi."
"Tentu, aku akan selalu ada mulai detik ini," kata Jaffres, menangkup kedua pipi Aghiella dengan lembut.
"Bagi dunia kamu hanya satu orang, tapi bagi satu orang, kamu adalah dunianya, dan orang itu adalah aku." Jaffres tersenyum tipis, hingga akhirnya ia mendaratkan kecupan manis pada kening Aghiella.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bahagia Untuk Jaffress [Selesai]
Teen Fiction[NA JAEMIN] >Bersamamu adalah sebuah cerita yang tak ingin ku akhiri< Bahagia? Sebuah kata kelabu yang tidak dipahami oleh seorang Jaffressan Aquellino apa itu maknanya? Setelah menemukan cintanya, Jaffres pikir ia akan bisa bahagia secara permanen...