~Rindu bukan tentang jarak, tapi tentang dia yang sudah ada di hatimu.~
🦋🦋🦋
Dugh!
Hendak menuju pintu, dirinya tidak sengaja menabrak seseorang yang sama sekali tidak ia kenali itu. Gadis itu tersungkur ke lantai, meringis akibat benturan lututnya dengan lantai.
"Aw!" ringis Aghiella.
"Kamu tidak apa-apa?" Laki-laki bertubuh jangkung itu bersigap, membantu Aghiella berdiri.
"Tidak apa-apa." Gadis itu tersenyum ramah. Melepas sopan tangan laki-laki yang memegang pundaknya itu.
Laki-laki itu lantas mengernyitkan dahinya, menatap netra bening gadis berbulu mata lentik itu.
"Kamu, Aghiella, kan?" Pertanyaan yang membuat ledakan di benak Aghiella.Mendengar suara halus laki-laki itu yang menyebut namanya, membuat Aghiella bergeming bingung. Bagaimana laki-laki itu bisa mengetahui namanya? Sedangkan mereka belum pernah bertemu sama sekali.
"Kamu, siapa?"
Laki-laki itu menyunggingkan senyuman tipis, lalu merotasikan tatapannya ke arah Aghiella yang masih menyimpan curiga dan penasaran akan orang itu.
"Nanti kamu tau sendiri, kok." ucapnya sebelum berlalu pergi meninggalkan gadis itu sendirian.
Kepala Aghiella seakan ingin pecah, rematan pusing kian menerjang isi otaknya. Cukup dengan perlakuan Jaffres hari ini yang berubah drastis, ditambah dengan sosok laki-laki bertubuh tinggi dengan hidung mancung itu, berkata seolah sudah mengenali dirinya. Tidak adakah beban pikiran lain yang ingin bersarang dalam benaknya? Sungguh, Aghiella sangat pusing dan lelah.
Untuk ke kelas saja ia rasa begitu malas, karena tanggung sebentar lagi akan memasuki waktu istirahat. Ia lebih memilih untuk pergi ke perpustakaan, dan mencari buku yang akan ia baca.Udara dingin menyeru kala Aghiella memasuki ruangan yang penuh dengan lemari berisi buku itu. Ia akan beristirahat di sini saja untuk sementara, mencari meja paling ujung dan tertutup dari penjaga perpustakaan itu. Tidak peduli dengan dering dari Nazwa dan Sela yang terus meneleponnya untuk mengajak ke kantin.
Jika diutarakan, sungguh Aghiella merasa lapar. Namun, kejadian hari ini menghilangkan segala napsu makannya, bahkan gairah untuk melakukan kegiatan apapun.
Aghiella mengutip tiga buah novel fiksi yang terletak pada barisan tengah lemari itu, memeluk dalam dekapannya untuk dibawa menuju meja baca. Namun, seseorang menghentikan langkahnya, bukan karena dicegat, hanya saja seseorang itu sedang tertidur pulas dengan tangan yang dijadikan sebagai bantal. Sosok laki-laki yang sangat ia kenali setelah menghilang darinya tadi siang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bahagia Untuk Jaffress [Selesai]
Teen Fiction[NA JAEMIN] >Bersamamu adalah sebuah cerita yang tak ingin ku akhiri< Bahagia? Sebuah kata kelabu yang tidak dipahami oleh seorang Jaffressan Aquellino apa itu maknanya? Setelah menemukan cintanya, Jaffres pikir ia akan bisa bahagia secara permanen...