20. Tentang Tanya dan Teka-teki

42 8 10
                                    

~Rasa yang sama-sama besar, tapi ego tidak juga kalah~

~Rasa yang sama-sama besar, tapi ego tidak juga kalah~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🦋🦋🦋

Aghiella menenggelamkan kepalanya ke dalam lipatan tangan, memang cukup pagi ia datang ke sekolah hari ini, hanya ada dirinya seorang diri di dalam kelas. Hening, suram, dan kelam yang terasa baginya, setara dengan sesak dan sakit hati yang masih ia pendam atas kejadian tadi malam bersama seorang cinta pertamanya dalam dunia fana, ayahnya.

Bukan hal lain yang membuatnya untuk membenci kejadian tersebut, hanya saja sesuatu yang ayahnya sama sekali tidak mengerti di balik kenangan buku tersebut. Novel yang ayahnya buang begitu saja, tanpa memikirkan perasaan dirinya.

Detak jam dinding semakin menggema, tatkala bersama rombongan siswa dan siswi yang mulai berdatangan satu-persatu memasuki kelas. Namun, hal itu sama sekali tidak mengindahkan perasaan kalut yang melanda hatinya saat ini, Aghiella tetap tekun menenggelamkan kepalanya, dengan bulir bening yang satu-persatu mengalir menggenangi meja.

"Selamat pagi, cantik. Tumben nih, pagi?" Suara itu, Aghiella mendongakkan kepalanya, menatap sedu wajah Sela yang tersenyum cerah, seketika berubah panik kala melihat mata sembab gadis tersebut.

"Astaga anak buna! Lo nangis? Are you okey, sweetie?"

Aghiella tersenyum hambar sembari menggeleng singkat, ia tidak tau kalau temannya akan seheboh itu saat melihat matanya yang masih menyimpan sisa air mata.
"Enggak, gue cuma ngantuk aja, kok."

"Hey! Jangan bohong, mata lo sembab, tuh, suara lo juga serak kayak knalpot racing." Sela menarik kursi kosong di samping Aghiella, walaupun itu bukanlah bangkunya.

"Beneran, Sela. Gue cuma ngantuk," jelas Aghiella.

Tak puas dengan jawaban yang dilontarkan oleh temannya, Sela merungut memanyunkan bibirnya. Ditambah dengan Jhovana yang datang menggebrak meja begitu saja, membuat kekesalannya semakin melunjak.

Brak!

"Ngapain lo di bangku gue?" Jhovana menekan pinggang dengan tatapan garang.

"Terserah gue, lah! Lo kira gue takut walau tampang lo kayak laki?" Sela membusungkan dadanya, seolah terlihat menantang gadis berambut sebahu itu.

Sela kemudian pergi dengan sengaja menyenggol lengan Jhovana. Membuat yang disenggol melayangkan tinju ke udara seakan-akan ingin menghajar gadis berbaju ketat tersebut.
"Gue bogem pipih kepala lo!" dengus Jhovana melepaskan ransel, lalu menyadari kehadiran teman sebangkunya yang sudah memberikan tatapan datar mengerikan.

"Hai, Ghiel! Tumben lo___"

"Ada yang mau gue tanya sama lo." Aghiella memotong ucapan Jhovana. Membuat teman sebangkunya itu mengernyit heran dengan alis bertaut.

"Soal apa?"

Aghiella sama sekali tak berekspresi, tatapan dari netra beningnya menusuk retina hitam gadis di hadapannya saat ini.
"Lo cerita apa aja tentang gue, saat dibelakang gue?"

Bahagia Untuk Jaffress [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang