~diam yang tak pernah tersampaikan, adalah salah satu tiang dari kata harapan~
🦋🦋🦋
Ruangan yang tidak terlalu luas, berdindingkan dua warna yang berpadu, antara biru muda dan putih itu, masih saja heboh dengan kehadiran sosok baru yang akan menjadi bagian dari mereka.
Aghiella sedikit menunduk, memperhatikan ujung kakinya yang terbalut sepatu putih, senada dengan aturan yang ada di SMA Garuda Jaya, sepatu yang harus digunakan harus berwarna putih polos. Jarinya yang lentik memilin pelan, tak berani menatap ke depan karena rasa gugup yang kian menyeru.
"Baiklah, Aghiella. Silahkan duduk di bangku samping Jhovana," perintah Pak Suyadi, mendapat tatapan bingung dari gadis berbulu mata lentik yang sedang berdiri di sampingnya saat ini.
"Pak, saya belum kenal dengan yang namanya Jhovana." Aghiella tersenyum hambar.
"Oh iya, saya lupa!" Pak Suyadi menampar jidatnya.
"Itu, dia siswi berambut sebahu yang duduk sendirian di sana, kamu temani dia agar tidak terlihat seperti jomblo lagi." Tunjuk Pak Suyadi pada bangku yang dua baris didepan Jaffres dan teman-temannya."Maaf, Pak. Apakah menemani seorang jomblo, termasuk salah satu dedikasi dalam pendidikan?" Jhovana mengangkat tangan, dengan raut wajah yang tetap datar.
"Tidak, anggap saja sebagai amal jariyah," celetuk Pak Suyadi.
Mengetahui dimana bangkunya berada, Aghiella melangkah dengan tersenyum ramah, menuju bangku kosong dengan gadis berambut hitam sebahu, yang terlihat tidak ramah sekali terhadap kedatangan dirinya.
Aghiella melepaskan ransel yang ia gendong, kemudian duduk di samping Jhovana, siswi yang satu-satunya mengenakan seragam lengan pendek dan rok di atas lutut. Tidak, bukan menebak, tapi Aghiella hanya melihat sisi di kelasnya saja. Dari banyaknya siswi di kelas tersebut, memang hanya Jhovana yang Aghiella lihat berpakaian seperti itu.
"Jho, anak orang jangan lo tinju!" seru Elgra dari belakang. Membuat pemilik nama merasa namanya disebut, dan berbalik dengan sorot matanya yang tak kalah sengit dari Jaffres.
"Wajah playboy lo tuh, bakal gue tonjok habis-habisan!" Jhovana mengepalkan tangannya yang sengaja ia tiup, lalu mengayunkan seakan meninju Elgra dari jauh.
"Jadi cewek kalem dikit, dong," ucap Haikal, diikuti anggukan dari ketiga temannya yang sama-sama terkekeh, ketika menggoda Jhovana.
"Kalau gue kalem, yang ada nih murid baru, bisa lolos dari kejahannaman kalian!"
Aghiella tertegun, ia mengerti maksud dari Jhovana, apakah gadis sebangku dengannya itu akan melindunginya? Namun, yang Aghiella bingungkan adalah, sifat Jhovana yang sepertinya dingin terhadap dirinya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bahagia Untuk Jaffress [Selesai]
Teen Fiction[NA JAEMIN] >Bersamamu adalah sebuah cerita yang tak ingin ku akhiri< Bahagia? Sebuah kata kelabu yang tidak dipahami oleh seorang Jaffressan Aquellino apa itu maknanya? Setelah menemukan cintanya, Jaffres pikir ia akan bisa bahagia secara permanen...