17. Penuh Tanya

44 9 15
                                    

~Sama sekali bukan penenang, sekedar kumpulan waktu yang tak pantas dikenang~

~Sama sekali bukan penenang, sekedar kumpulan waktu yang tak pantas dikenang~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🦋🦋🦋

Dalam ruangan berpenerangan redup dia bersenandung, dengan piawai jari-jarinya memetik tiap senar yang tersambung pada badan gitar coklat itu. Irama yang selaras dengan lagu yang ia nyanyikan dengan suara beratnya yang merdu.

Ia sudah memastikan terlebih dahulu untuk mengunci pintu kamarnya, agar tidak ada siapapun yang menggangu waktunya untuk sendiri dan memainkan gitar itu tanpa sepengetahuan siapapun.

"Bunga terakhir
Ku persembahkan kepada yang terindah
Sebagai suatu tanda cinta untuknya
Bunga terakhir
Menjadi satu kenangan yang tersimpan
Takkan pernah hilang 'tuk selamanya."

Jaffres mengakhiri lagunya, tersenyum menatap sendu bingkai foto yang terpajang di atas nakas, kemudian meletakkan gitarnya pada bibir tempat tidur. Ia mendekatkan diri ke arah bingkai, membiarkan rasa rindu yang teramat dalam hatinya. Terpaksa melukiskan senyuman saat dirinya sedang merindukan sang Bunda yang telah lama pergi.

"Bunda, suka lagunya?" ucapnya bicara sendiri, menatap hangat foto sang Ibunda yang sedang tersenyum cantik menggunakan baju putih.

"Jaff ingat, dulu Bunda begitu suka lagu ini, bernyanyi sama-sama. Bunda, Jaff, Ayah, Mahen, Jashon juga." Ia tertunduk sejenak, tersenyum dalam pahitnya realita yang ia alami sekarang, sangat berbanding dengan kehidupannya dulu sewaktu Bunda masih ada.

"Itu semua sebelum Bunda pergi, kepergian Bunda memberi pengaruh besar pada kehidupan Jaffres. Sungguh. Jaff kira hanya akan kehilangan Bunda, ternyata Jaff kehilangan semuanya, kecuali Jashon." Ia begitu larut dalam suasana malam yang ia ciptakan menjadi mellow. Namun, ratapannya terjeda saat HP-nya bergetar. Segera ia beranjak, meraih handphone yang berada diujung kasur, melihat sebuah pesan grup yang tertera pada layar benda pipih elektroniknya itu.

Tapi, yang mengalihkan perhatiannya adalah, nama Elgra yang beberapa kali mencoba untuk menghubunginya.
15 panggilan tak terjawab dari anak itu, membuat raut Jaffres menjadi bingung. Oleh sebab itu ia segera memanggil kembali nomor Elgra, tidak membuka isi grup tersebut.

Dering pertama belum terjawab, begitu juga kedua, hingga akhirnya panggilan dari seberang telepon terjawab.

"Ada apa, El?" ucapnya saat panggilan itu terjawab.

"Lo susah banget, sih, dihubungi?" Terdengar Elgra mengoceh dari seberang panggilan. Juga terdengar suara keras yang ramai dari keberadaan Elgra, membuat suara anak itu sulit didengar oleh Jaffres.

"Ramai banget, di rumah lo ada siapa?"

"Enggak ada siapa-siapa sih___"

Bahagia Untuk Jaffress [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang