24. Fallin

49 9 32
                                    

~Jatuh hati memang tidak bisa memilih. Tuhan memilihkan, kita hanyalah korban. Kecewa itu konsekuensi, bahagia adalah bonus.~

🦋🦋🦋

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🦋🦋🦋

Pagi menyambut semu udara dingin yang masih membaluti, sinar matahari dari ufuk timur menembus tetesan embun yang berlomba untuk mendarat di alas daun. Dengan berani sinar itu menelusup melalui pantulan jendela, membuat mata sembab yang semula menutup perlahan terbuka.

Jaffres mendengus kala silau itu menusuk kelopak matanya yang masih mengantuk, ia menarik selimut tebal yang menutupi setengah badannya itu, hingga menutupi seluruh tubuhnya. Berharap sinar surya itu tidak akan lagi menggangunya.

Sudah beberapa hari ini, ia mengurung diri di kamar, tanpa melakukan aktivitas apapun. Tidak pergi ke sekolah, tidak turun ke bawah menemui keluarganya, bahkan tidak menjawab panggilan dari teman-temannya sama sekali. Ia butuh menenangkan diri hingga benar-benar pulih dan tidak kalut lagi.

Tok ... Tok!

Ia menurunkan selimutnya ketika mendengar ketukan pintu dari luar. Tidak menjawab hingga seseorang di balik pintu itu menyebutkan namanya.

"Ini aku, Kak, Jashon!" seru Si Bungsu. Ia berdiri membawa sebuah nampan berisi nasi goreng dan segelas kopi hangat untuk kakaknya itu. Pandangannya tertunduk, berharap kakaknya akan membukakan pintu kali ini. Karena setiap ia datang membawakan makanan untuk kakaknya itu, ia sama sekali tidak mendapatkan jawaban dan izin untuk masuk. Sehingga berakhir dengan menaruh makanan tersebut di depan pintu saja.

Klek!

Jashon seketika tersenyum merekah, betapa bahagianya melihat Sang Kakak membukakan pintu untuknya kali ini. Namun, yang membuat senyumnya luntur seketika adalah, penampilan kakaknya yang berantakan dan terlihat lebih kurus.

Jaffres melangkah gontai menuju tempat tidurnya kembali, membaringkan dirinya dan menyelimuti tubuh yang merasa dingin karena suhu pagi itu.

"Kak, Jashon bawa nasi goreng buat Kakak. Dimakan, ya," kata Jashon meletakkan nampan di atas nakas.

Jaffres hanya terdiam, memalingkan wajahnya menatap ke luar jendela. Sejujurnya ia tidak mau mengabaikan adik kesayangannya itu seperti ini, hanya saja ia masih merasa tidak mood untuk bicara.

"Kak, Kakak kenapa, sih? Jash rindu Kakak yang dulu, Jash mau ngobrol sama Kak Jaff lagi!"

Laki-laki berambut cokelat pekat itu menoleh, menyiratkan tatapan teduh penuh lelah. Memaksa untuk mengguratkan senyuman, walau hambar.
"Kakak tidak apa-apa, hanya saja___"

Bahagia Untuk Jaffress [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang