27. Fatal

41 7 14
                                    

~Setelah aku bertahan, dari situlah aku tersadar, tugasku hanya untuk menghiburmu bukan memilikimu~

~Setelah aku bertahan, dari situlah aku tersadar, tugasku hanya untuk menghiburmu bukan memilikimu~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🦋🦋🦋

Revina masih terisak, mengusap air mata di pipinya yang berlomba untuk mengalir.
"Aku sudah fatal, Elgra!"

Alis Elgra menekuk heran, tidak mengerti maksud dari Revina. Ia memang sudah tau soal perselingkuhan gadis itu dengan Tristan. Namun, apakah ada sesuatu yang lebih fatal yang tidak ia ketahui?

Gadis itu masih berusaha mengontrol emosi, isak tangisnya berpadu dengan suara kendaraan yang berlalu lalang melewati sekitaran taman di Jakarta sore itu.

"A-aku, h-hamil."

Bagai petir disiang bolong, tidak ada hujan tidak angin, tiba-tiba Revina berkata seperti itu di hadapannya. Dada Elgra bagai diterjang oleh tinju secara bertubi-tubi, terkejut sekaligus sesak mendengar umpama yang masih berusaha ia terka.

"M-maksud kamu?" Bahkan untuk bicara pun Elgra sampai gemetar. Merautkan ekspresi serius, penuh ketidakngertian atas sepenggal kata yang mampu merobek asmotfer tenang semulanya.

"Aku hamil, El, dan aku, aku sangat yakin ini anak dari kamu," tutur gadis berambut sepunggung dengan terurai itu, terisak dalam tangis, hati yang penuh luka mengelus perutnya yang masih datar.

"Apa maksud kamu, Rev? Aku bahkan belum pernah menyentuhmu, jadi, jangan bertindak seolah-olah aku yang salah dalam situasi ini!" Mata tajam Elgra membulat sempurna.

"Elgra aku mohon Elgra, tanggung jawab atas segala sesuatu yang terjadi ini!" Gadis itu memohon.

"Kau gila! Aku bahkan tidak pernah sedikitpun melakukan hal diluar batas bersamamu!"

"TAPI INI ANAKMU!" Suara Revina melantang, langit kelabu mulai menyelimuti taman, meredupkan cahaya surya yang akan tenggelam nanti.

Telinga Elgra menuli, sayup-sayup angin berhembus tak lagi terdengar, pandangannya menatap nanar wajah Revina yang sedang menangis pilu, pikiran kacau memikirkan hal fatal apa yang telah ia perbuat.

Lelaki itu masih membisu bagai patung, meskipun Revina sudah bersimpuh memohon, bersujud di kaki jenjang laki-laki itu yang berpijak pada rerumputan hijau taman.

"Elgra kumohon, tanggung jawabkan semua ini!"

Elgra membuang napas, membantu gadis itu berdiri dari simpuhannya. Memberikan tatapan mata yang sedikit menghangat.

"Kau tau? Aku sangat mencintaimu sebelum kau berpaling pada Tristan, dan bermain di belakangku," kata Elgra melemah, memegang kedua bahu Revina.

Bahagia Untuk Jaffress [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang