34. Ujian

31 8 25
                                    

~Tetap semangat untuk rapuh yang terkemas rapih~

~Tetap semangat untuk rapuh yang terkemas rapih~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


🦋🦋🦋

Denting bel SMA Garuda Jaya sebentar lagi akan mengaum. Hari ini, hari persiapan penuh perjuangan semua murid di SMA tersebut. Dimana ada ujian diadakan oleh seluruh sekolah yang ada di Jakarta, atau bahkan seluruh Indonesia sekalipun.

Tidak sedikit, siswa-siswi yang belajar, menyiapkan untuk bekal jawaban nanti. Duduk di depan kelas dengan membawa buku, sembari menghafal tiap baris penjelasan dalam lembaran buku tersebut. Bahkan ada yang santai-santai saja menunggu bel masuk, sembari berghibah ria tak ingat dosa.

Seperti halnya keempat siswa dengan seragam yang sengaja dikeluarkan itu. Berjalan menelusuri tiap kelas, di saat yang lain sibuk belajar dan menghafal, mereka malah sibuk mencari ruang ujian yang terdapat nama mereka. Menelisik dengan teliti tiap lembar nama peserta ujian yang tertempel di tiap jendela kelas.

"Gue capek keliling-keliling, serasa dakwah dari Mekkah ke Madinah," keluh Haikal. Bertumpu pada kedua lututnya dengan napas terengah-engah.

"Buset! Gue di ruang ini, dan enggak ada nama kalian?!" Zicho memekik terkejut. Membaca namanya yang tertera di lembaran tersebut. Ia menoleh, melihat papan kelas yang tergantung di depan pintu.

"Sebelas IPA 3," bacanya.

"Berarti kita pisah dong?" Elgra menekuk dahinya.

"Kayaknya sih, ayo nyari ruang kita! Zicho sudah ketemu ruangannya," ajak Jaffres.

Seketika mata Zicho membulat tidak terima. "Enggak, gue ikut kalian nyari ruangan, ogah gue di sini sendirian enggak ada teman."

"Ikut aja lo!" sembur Haikal.

"Bacot!"

Telusur demi telusur, ketiganya telah menemukan ruangan yang dicari. Nahasnya, mereka berempat harus berbeda ruangan, tidak ada yang sama.

"Ini ruangan terakhir, dan ada nama Haikal di sini," ucap Jaffres.

Haikal merungut lesu, sembari mengoceh dengan celoteh yang tanpa jeda, dan disaat itu juga Elgra ingin menyumpal mulut Haikal dengan sepatu yang ia pakai saat ini. Alangkah harumnya aroma.

"Masa kita harus misah, sih? Mana gue enggak belajar lagi, gue enggak bisa nyontek," rengek Haikal.

"Lo bisa diam sedetik aja, bisa?"

"Bisa," jawab Haikal. Benar-benar dalam sedetik, habis itu ia kembali mengoceh.

"Mending gue ke ruangan deh, nyari bangku. Kira-kira teman sebangku gue cakep enggak, ya?" ujar Zicho. Membenarkan posisi tas yang ia gendong hanya dengan sebelah pundak.

Bahagia Untuk Jaffress [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang