32. Amukan Ayah

35 9 24
                                    

~Kamu adalah kesungguhan yang menempati tempat singgah ternyaman.~

🦋🦋🦋

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🦋🦋🦋

Kalut, suasana hati Aghiella sedang resah. Ia membuka tutup tiap lembaran halaman novel yang tak kunjung dibaca. Bahkan, keadaan seprei tempat tidur yang sempat rapi, berubah menjadi berantakan karena tubuhnya yang gelisah, berpindah-pindah posisi untuk merebahkan diri.

Di luar sana, langit sedang merebakkan gelapnya, dengan taburan bintang yang samar terhalang mendungnya semesta.

Sesekali ia mengambil HP, memeriksa apakah ada notifikasi dari kekasihnya. Karena semenjak insiden tadi siang, Jaffres belum juga menghubunginya. Bahkan pulang sekolah saja, Jaffres tak memberi kabar, dan tak biasanya meninggalkan Aghiella tanpa memberitahu apapun.

"Ck! Jaffres, kamu kemana sih? Semoga baik-baik saja," harapnya dengan cemas.

Niat awalnya untuk membaca novel terbatalkan. Pikirannya tak terkendali, kecemasannya terhadap Jaffres terus bersarang di kepalanya. Ia meraih earphone yang terletak di atas nakas, mungkin dengan mendengar musik akan sedikit membuatnya tenang.

Lagu mengalun, memberi sedikit ketenangan akan gadis berpiyama merah muda itu. Aghiella merubah posisi, bersandar pada dinding tempat tidurnya, menutupi mata sembari meresapi alunan lagu yang memasuki telinganya.

Cklek!

Aghiella terperanjat, dengan cepat melempar asal earphone ditelinganya. Ia terkejut dengan batuk singkat seorang pria, yang ternyata itu adalah kehadiran ayahnya yang tiba-tiba saja masuk ke kamar, dengan tatapan sulit diartikan. Namun, Aghiella tau pasti, ayahnya sedang serius saat ini.

"Ada apa, Pa?" tanya Aghiella sembari menyelimuti setengah tubuhnya. Tentu saja ia mencari aman, menyembunyikan novel yang ia baca, agar ayahnya tidak membuang kembali buku tersebut.

Tirto mendekat perlahan, menempatkan dirinya di bibir tempat tidur sang putri. "Kamu kenapa tidak membaca buku pelajaran, bukannya kamu akan melaksanakan ujian sekolah?" ucap Tirto dengan tatapan penuh selidik.

"Eeeem... Aghiella sudah selesai belajar, Pa. Jadi, Aghiella istirahat sebentar," ujarnya beralasan. Disertai senyuman hambar berselimut takut, kalau ayahnya akan curiga.

"Sudahi saja main-mainmu, belajar dengan fokus. Kamu tau, kan? Kalau nilai ujian kamu kecil, Papa akan kirim kamu ke luar negeri!" terdengar mengancam, tapi itulah kenyataannya. Aghiella tau, ayahnya tidak pernah main-main atas keputusannya itu.

"Karena Papa mau kamu menjadi penerus perusahaan Papa, lupakan tentang cita-cita kamu menjadi penulis! Itu tidak ada gunanya."

Gadis itu mengangguk singkat, menyiratkan raut kesedihan terhadap ucapan ayahnya demikian. "Baik, Pa," jawabnya singkat.

Bahagia Untuk Jaffress [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang