"Kalau mau cerai ya udah, kita cerai aja. Kamu suka nya sama laki-laki yang banyak uang kan? Sana pergi sama selingkuhan kamu"
"Gila kamu mas?"
"Kamu yang gila, ini bukan satu kali dua kali aku mergok kamu jalan sama laki-laki lain. Bosen kamu hidup sama aku? Iya"
"Terserah aku capek"
Brakkk
Dibalik pertengkaran kedua manusia berbeda gender itu ada satu anak lelaki yang sedang menangis dalam kegelapan kamarnya
"Gue capek, gue udah ga kuat"
"Gue ga bisa tidur-"
"gue anak kalian satu-satunya tapi gapernah kalian perhatiin gue barang sedikit aja"
"Kalian slalu bertengkar tanpa mikir keadaan gue yang sakit ngelihat kejadian itu"
Sosok lelaki itupun berjalan menuju lemarinya dan mengambil paper bag dengan berbagai obat-obatan ditangannya lalu meminumnya sekaligus
"Biarin gue istirahat sebentar aja, gue cape" tak lama kemudian pandangan lelaki itu menggelap
=====
Deg
Air mata Ira turun begitu saja, apa ini? Apa ini mimpi buruk?
Plak
"Gue mimpi, gue cuma mimpi"Setelah melihat kembali dan hasil nya tetap sama "BANGSATTTT BANGUNNN ANJINGG, GUE GA MAU MIMPI BURUK, BANGUNNN IRAAAA" teriak Ira sambil memukul-mukul kepalanya
Tak lama datanglah sang Abang "Adek, astaghfirullah kamu kenapa?"
Zio menarik tangan Ira agar berhenti memukul kepalanya lalu mendekap erat tubuh adik nya yang lemas ini
"A-abangg, bangunin Ira bang" Ira mendongak menatap Zio dengan wajah yang dipenuhi air mata
"Husttt diem dulu, nanti sesak napasnya" Zio kembali membawa tubuh mungil adiknya lalu mengusap sayang punggung Ira
"ABANGGGGGGGG BRYAN GA NINGGALIN IRA KAN? BRYAN MASIH HIDUP KAN? ABANGGGG PUKUL IRA BANG, BANGUNIN IRA CEPETTT"
Bughh...
Bughh...
Bughh...Ira kembali memukul-mukul kepalanya, menurutnya cara tersebut bisa membangunkannya dari mimpi buruk nya ini
"IRAAA"
Ira langsung kicep, Ira terdiam menunduk dengan segukan tangisnya
"Kenapa adek pukulin kepalanya? Gaboleh dipukulin kepalanya nanti sakit"
"Abang... Bryan bang" Zio langsung berdiri membawa Ira turun
Sesampainya dibawah Ira kaget saat melihat mama dan papa nya yang sibuk kesana kemari tak tentu arah
"Ayo cepat Zio" ucap papa dengan air mata yang mengalir di pipinya
Hah? Ini ga mimpi?
Diam. Yah hanya itu yang sedari tadi Ira lakukan, tidak ada air mata yang keluar dari pelupuk matanya. Entah kemana perginya semua air mata itu, mungkin Ira sudah lelah
Sesampainya di rumah Bryan mereka langsung saja masuk. Ira bisa melihat ada sosok berbaring dibalik kain itu
Tatapan sayu bunda dan ayah nya yang menatap kearahnya membuatnya makin merasa cemas. Bagas dan Nia langsung saja melangkah mendekat kearah Ira lalu memeluk Ira erat
"Maafin bunda sayang, bunda jahat. Bunda bukan orangtua baik buat Bryan. Maafin bunda semua ini karna bunda"
"B-bunda ngomong apa sih?"
"Sayang, Bryan udah ga ada" ucap Bagas pelan disamping telinga Ira
Ira melepas diri dari pelukan Bagas dan Nia "Ga mungkin. T-tadi malam kita masih jalan bareng kok"
Ira mendekat kearah sosok yang berbaring dibalik kain itu tapi tiba-tiba-
"Iraa..." Ira menoleh dan menemukan Niko berdiri tepat dibelakang nya
"Lo... Chat Lo tadi cuma prank kan? Jujur Lo"
"Ira, jangan kayak gini"
"Haha gue lagi ga ulang tahun woi, jangan pada ngerjain gue. Kalo sampe Lo pada ngerjain gue, gue ga akan pernah maafin kalian semua. Kalian pikir ajal bisa dibuat mainan gini? HAHH?" ucap Ira tidak sopan tanpa memikirkan ada sosok orang yang lebih tua darinya
"Adek, gaboleh ngomong kayak gitu" Zio menarik Ira mendekat kearahnya lalu merangkul bahu Ira untuk menenangkan sang adik, tapi sebelum itu Ira sudah berlari menuju sosok yang berbaring dibalik kain itu
"Hikss... Bryan Lo masih hidup kan?" Ira menarik kain yang menutupi sosok itu dan setelah dibuka
Bryan?
Pucat pasi itu yang menggambarkan sosok Bryan saat ini. Saat tangan Ira menyentuh wajah Bryan? Dingin, jantung? Sudah tidak berdetak
"Bryan, Lo bercanda kan? Bangun yan, bangun" lirih Ira
"Kenapa Lo diem aja? Hikss... A-ayo bangun"
Ira memeluk jasad Bryan sambil menangis "G-ue janji ga akan nyusahin Lo lagi, gue janji ga akan habisin uang Lo lagi, gue janji ga bakal jahil lagi. Tapi tolong bangun, g-gue ga suka kayak gini"
"Ira, sudah dek. Jangan gini. Bryan bakal ikut sedih kalo kamu kayak gini"
Niu...niu...niu...
Suara sirine yang masuk kedalam pendengaran Ira begitu terasa menyesakkan dadanyaTak lama setelah mendengar suara sirine ambulance, Ira pingsan tepat disamping jasad Bryan
Huhu nyesek to the bone 😭🤌
JANGAN LUPA VOTENYA TEMAN ❤️
FOLLOW AKUN IG AUTHOR NYA JUGA 'mhysr17_'
Terima Aya 🌻
KAMU SEDANG MEMBACA
DZAKIRA
Teen Fiction(FOLLOW SEBELUM MEMBACA) Biar afdol bacanya . . . ⚠️ Mengandung kata-kata kasar ⚠️ Ambil sisi positif, buang yang negatif ⚠️ Banyak typo ⚠️ Konflik betebaran . . . "Ramaaaaa..... Tungguin ihh" "Ssttt, jangan teriak-teriak" "Ihh bodo suka-suka gue...