"Gue minta maaf, gue tau gue salah" ucap seorang lelaki tepat dihadapan Ira
"Lo-" ucapan Ira terhenti kala cairan bening meluncur begitu saja, membasahi pipinya
"Ssttt..." Rama memeluk tubuh Ira guna menenangkan gadisnya
"Gue udah salah paham, sekarang gue udah tau semuanya. Gue minta maaf yang sebesar-besarnya. Lo boleh bales gue, Lo boleh pukul gue atau Lo mau bunuh gue juga gapapa. Yang penting maafin gue"
Pukul? Pukul yang bagaimana? Ira melihat lelaki didepannya ini sudah babak belur, wajahnya sudah dipenuhi lembam dimana-mana, dan badan yang luka-luka biru
"Lo mau mati?" Tanya Ira disela Isak tangisnya
"Kalo Lo mau bunuh gue, gue gapapa"
"Mau pake cara apa Lo?" Ivan menggeleng, tak tau mau menjawab apa
Ivan digiring banyak anggota Laskar, yah ia berjanji akan minta maaf langsung kepada Ira dihadapan anggota Laskar
Ira melihat sorot mata Rama yang tajam seolah mengajak Ivan beradu otot
"Gue mau bunuh dia" ucap Ira setelah membuang selimut rumah sakit begitu saja
Ira turun lalu berdiri disamping brankar rumah sakit. Yah tadi pagi kaki Ira sudah bisa digerakkan tapi belum bisa diajak jalan
Anggota laskar lainnya hanya menatap bingung Ira. Membunuh? Yang benar saja di rumah sakit ini?
"Sini Lo" panggil Ira, tangannya melambai meminta Ivan mendekat
Ivan mendekat tanpa diduga, Ira mencekik leher Ivan. Sedangkan Ivan hanya terdiam sambil menutup matanya, menikmati sesaknya nafas
"Sayang udah, astaghfirullah" ucap Rama menarik tangan Ira
Anggota laskar hanya menyimak, itu perintah dari Fa'i dan Niko yang meminta mereka untuk diam saja
"DIEM LO" Teriak Ira menghempaskan tangan Rama
"APA? LO GA TAU? GUE HAMPIR MATI GEGARA DIGINIIN. TENAGA GUE GA SEBERAPA, TAPI DIA... Dia-" kaki Ira kembali lemas, tiba-tiba tanpa diduga Ira terduduk dilantai lalu menangis diantara lekukan lututnya
Nafas Ivan tersengal-sengal kala Ira melepaskan cekikan dilehernya
"Ga, ga gini caranya Ira. Aku tau kamu kesel, kamu jengkel, aku tau. Tapi cara balas nya ga gini"
Omong kosong! Itu hanya omong kosong Rama, buktinya siapa yang membuat Ivan babak belur kalau bukan dirinya dan teman-temannya?
Ia hanya ingin Ira tidak mendapat masalah. Ia ingin hidup Ira yang tentram bukan dendam yang Ira pendam
Ira kembali berdiri setelah melepaskan tangisan yang tertahan sejak tadi
"Lo!" Ira menunjuk Ivan dengan jari telunjuknya
"Gue ga akan maafin Lo sebelum-"
Bughh...
Ira membogem wajah Ivan dengan tangan mungil nya, belum sampai situ Ira kembali melayangkan tangannya menuju pipi yang penuh lebam itu
Plak
"Awshh..." Keluh Ivan kala tamparan pedis mengenai pipi kirinya
"Gimana? Baru segitu doang loh"
"..."
"Lemah"
Ira menarik kerah baju Ivan dengan susah payah lalu membenturkan punggung Ivan ke dinding dengan keras
"Maafin gue, Ra"
"Oke, gue khilaf. Gue bakal maafin Lo setelah sekali tamparan lagi"
"Tampar gue sepuas Lo" ucap Ivan pasrah
KAMU SEDANG MEMBACA
DZAKIRA
Teen Fiction(FOLLOW SEBELUM MEMBACA) Biar afdol bacanya . . . ⚠️ Mengandung kata-kata kasar ⚠️ Ambil sisi positif, buang yang negatif ⚠️ Banyak typo ⚠️ Konflik betebaran . . . "Ramaaaaa..... Tungguin ihh" "Ssttt, jangan teriak-teriak" "Ihh bodo suka-suka gue...