ILYDK - 27 (Revisi)

2.4K 82 0
                                    

Kesalahan terbesar ku adalah
Terlalu berharap kepada manusia.

🌼🌼🌼🌼🌼

Setelah pulang dari rumah sakit untuk memeriksakan kandungan Fisya, ia sudah duduk di atas sofa kamarnya dengan handphone ditangannya.

Tak lupa disampingnya ada suami tercintanya Pak Riyan yang juga sibuk dengan kegiatannya didepan laptop.

Beberapa menit sibuk dengan kegiatannya masing-masing Fisya sudah melepaskan handphonenya dari tangannya dengan mengalihkan pandangannya ke arah suaminya.

Karena merasa seperti ada yang menatapnya pak Riyan membuka suara dengan mata yang masih fokus ke arah laptopnya.
"Kenapa?" Ucap pak Riyan.

Fisya yang mendengar itupun langsung salah tingkah dan mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Kalau ada sesuatu bilang aja sama mas ngak usah takut."ucap pak Riyan yang masih setia dengan laptopnya.

"Kalau ngomong tuh ngadep sini dilihat matanya jangan selingkuh sama laptop."omel Fisya pada sang suami dengan tangan yang menyilang di dada.

Mendengar pernyataan dari istrinya itu pak Riyan menghela nafas dan langsung menutup laptopnya , dengan mengubah arah pandangnya ke arah suaminya.

"Kenapa hemm."ucap pak Riyan sambil mengusap pipi halus Fisya.

Fisya masih setia dengan tangan menyilang dia atas dada tak lupa dengan wajah yang cemberut.(biasalah perempuan)

Pak Riyan yang melihat raut wajah istrinya itu sudah mengerti dengan situasi dan kondisi dari istrinya.

"Mau apa.."ucap pak Riyan dan langsung mendekap tubuh sang istri dengan lembut.

Fisya masih saja diam dengan dagu yang berada di pundak suaminya.

Setelah beberapa menit Fisya terdiam dengan pikirannya kini ia membuka suara.

"Mas.."ucap Fisya dengan melepaskan pelukannya dan menatap mata suaminya dengan intens.

"Iya apa sayang ." Ucap pak Riyan diselingi dengan senyum tipisnya ke arah Fisya .

"Fisya udah ngak cantik lagi ya, mas udah ngak tertarik lagi sama Fisya , Fisya gemuk ya jadi ngak cantik lagi."ucap Fisya tanpa jeda.

Pak Riyan yang mendengar itu menatap manik mata Fisya yang mulai membendung air matanya.

"Fisya dengerin mas."ucap pak Riyan sambil memegang pundak Fisya.

Fisya kepalanya masih setia tertunduk agar tidak diketahui suaminya bahwa dia akan menangis.

"Fisya.. lihat mata mas."ucap pak Riyan dengan nada lembut dan suara baritonnya.

Fisya mendongakkan kepalanya dan menatap mata suaminya.

"Dengerin mas , kenapa Fisya tanya gitu.. mas nggak akan pernah bosan sama Fisya walaupun Fisya gemuk atau nggak cantik lagi, mas disini buat kamu , jadi jangan pernah bilang kayak gitu lagi , lihat mata mas , apa mata mas terlihat seperti pembohong."ucap pak Riyan berbicara apa adanya menurut isi hatinya.

Mendengar ucapan dari suaminya Fisya meneteskan air matanya.

Tes...

"Mas tapi jangan selingkuh sama laptop terus Fisya juga mau diperhatiin kayak yang lain."ucap Fisya dengan pipi yang sudah basah dengan air mata. Akhir-akhir ini moodnya sering sekali berubah-ubah karena hal sepele saja , ini mungkin juga salah satu faktor dari kehamilannya.

"Iya sayang iya."ucap pak Riyan dengan nada lembutnya.

"Sabar istri lagi hamil jadi sensitif."Batin Pak Riyan dengan mata yang masih menatap ke arah Fisya.

"Udah nangisnya, nanti kalau dedeknya ikut nangis gimana karena mamahnya nangis."ucap pak Riyan dengan tangan yang aktif mengelus perut buncitnya Fisya.

Fisya yang mendengar tuturan dari suaminya itu langsung menghapus air matanya dan menghambur ke pelukan suaminya.

"Hehe udah sayang pake banget deh sama mamah dari anak aku."ucap pak Riyan sambil mengelus punggung Fisya.

Fisya yang mendengar perkataan suaminya itu mengeluarkan suara.

"Anak kamu gimana sih mas anak aku juga yang ngandung kan aku."ucap Fisya tidak terima.

Pak Riyan menghela nafasnya dan melepaskan pelukannya.

"Hufft iya sayang itu anak kita , kita buat sama-sama , boleh nambah lagi nggak?"ucap pak Riyan menggoda dengan kedua alis di naik turunkan.

Fisya yang mendengar itu akhirnya protes"enak aja ini aja belum lahir udah mau nambah lagi."ucap Fisya.

Pak Riyan Hanya bisa cengengesan dengan gigi ratanya yang terlihat.
"Hehe iya becanda sayang becanda nunggu dedeknya besar aja ya."

"Hemm , udah siang mas makan dulu ya.." ucap Fisya beranjak dari sofa untuk menuju dapur.

"Bentar dulu dong sayang duduk sini dulu sama mas."ucap pak Riyan dengan memegang pergelangan tangan kiri Fisya.

"Anaknya udah laper nih ini mas , kamu ngak kasian."ucap Fisya sambil mengelus perutnya.

Pak Riyan yang mendengar itu langsung mengelus perut Fisya dan menciumnya berulang kali tak lupa dengan celotehan di hadapan perutnya.

"Yaampun nak laper ya .. maaf in papah ya ngak tau kalau kamu laper , yaudah sana makan dulu ya yang banyak biar cepet lahir."

Fisya yang mendengar celotehan dari suaminya hanya tersenyum dan menepuk dada dengan tingkah laku suaminya.

"Udah mas makan yuk ke bawah Fisya mau masak nasi goreng ayam penyet."ucap Fisya.

"Yaudah yuk yuk keburu kelaparan dedeknya."ucap pak Riyan antusias.

>>>>>>>>

Selesai dengan kegiatan makan siangnya Fisya sudah kembali ke kamarnya dan merebahkan tubuhnya di atas kasur.

Sedangkan dengan suaminya ia masih sibuk cuci piring di lantai bawah , masih terdengar suara gemericik air.(enak ya di ratukan sama laki-laki yang tepat)

Selesai dengan kegiatan mencuci piring kotor yang tadi digunakan untuk makan, kini pak Riyan berada di ruang laundry ya ia mencuci pakaian dengan mesin cuci dan meninggalkannya untuk pergi ke kamar menemani istrinya.

Pak Riyan mulai berjalan menuju ke arah lantai dua menuju ke kamar.

Cklek...(suara pintu kamar terbuka)

Menampilkan sosok Fisya yang masih belum terlelap dalam tidurnya , ia masih menatap ke arah suaminya dengan senyuman.

"Kenapa kok belum tidur."ucap pak Riyan sambil berjalan menuju ke arah istrinya itu.

"Nungguin mas, lagi cuci baju ya mas ?"

"Iya udah numpuk bajunya."ucap pak Riyan sambil duduk di samping istrinya.

"Kenapa dicuci biar Fisya aja nanti mas kecapek an , Fisya juga di rumah ngak ngapa-ngapain."

"Enggak , udah waktunya tidur siang tadi habis kondangan pasti capek kan."

"Iya , maaf ya Fisya ngerepotin gini ."

"Huss... ngrepotin apa sih , ini udah kewajiban mas buat bantuin kamu , lagian kamu juga lagi ngandung , kata dokter nggak boleh capek-capek harus istirahat yang cukup."ucap pak Riyan panjang lebar dengan menatap kedua manik mata Fisya.

"Hemm."jawab Fisya singkat dan langsung menenggelamkan kepalanya di dada suaminya dan menghirup dalam-dalam aromanya.

Dengan sikap yang diberikan istrinya Pak Riyan hanya bisa senyum-senyum memandang wajah cantik dari seseorang yang sudah datang dalam hidupnya selama ini.

Ia hanya bersyukur sudah diberi jodoh dan takdir dari tuhan dengan sempurna.
Tuhan benar-benar adil pada setiap umatnya bagaimana dengan kita yang menyikapinya , terkadang selalu mengeluh "kenapa hidup ku seperti ini."tapi sebenarnya tuhan sudah memberi banyak kebahagiaan dari pada satu kesedihan.

Bersambung..
Jangan lupa vote, Comment, follow.
Happy reading 🥰
Sudah direvisi.

18 Maret 2022
13.47

ɪ ʟᴏᴠᴇ ʏᴏᴜ ᴅᴏꜱᴇɴ ᴋᴜ (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang