ILYDK - 39 (Revisi)

2.1K 79 1
                                    

Kalau kamu pernah merasakan hujan saat langit tidak mendung , berarti kamu tau rasanya air mata turun saat bibir tersenyum.

🌼🌼🌼🌼

Hari sudah semakin sore dan matahari sudah mulai terbenam menampakkan senja yang indah di pandang.

Kini Pak Riyan dan Juga Fisya duduk-duduk santai di ruang keluarga dengan ditemani beberapa cemilan pengganjal perut.

"Mas katanya temen kamu ada yang datang?" tanya Fisya pada suaminya mengenai temannya yang akan datang ke rumahnya.

"Katanya bentar lagi datang masih perjalanan."jawab pak Riyan.

"Oh gitu ya."ucap Fisya sesekali mengusap perutnya yang buncit itu.

"Gimana anak kita nggak rewel kan?"tanya pak Riyan mengenai keadaan anaknya yang masih di dalam kandungan , sambil mengusap lembut perut istrinya.

"Alhamdulillah nggak rewel papa."jawab Fisya.

Pak Riyan terkekeh kecil mendengar jawaban sang istri yang gemesin.

"Sya mas boleh tanya sesuatu."ucap pak Riyan .

"Boleh tanya aja mas."ucap Fisya.

"Emm apa kamu dulu pernah ada trauma?"tanya pak Riyan langsung to the point , dengan tatapan yang tajam ke arah sang istri.

Fisya terdiam beberapa detik setelah mendengar pertanyaan dari sang suami.

"Iya."jawab Fisya singkat.

"Kenapa nggak bilang sama mas."ucap pak Riyan yang masih dengan nada lembut dan tenangnya.

Fisya menundukkan kepalanya, jari-jari tangannya saling menautkan satu sama lain, ada gejolak rasa sakit , penyesalan, dan khawatir di hatinya yang paling dalam.

Ia takut jika suaminya tau tentang masa lalunya yang kelam , penuh dengan masalah , ia takut suaminya tidak bisa menerima kekurangannya tentang mental health nya yang sudah rusak karena sering overtingking, selalu memikirkan hal-hal yang tidak harus dipikirkan , di tambah lagi trauma tentang kepergian bundanya yang secara tiba-tiba.

Fisya menghela nafasnya panjang "Maaf mas , Fisya takut kalau mas nggak mau nerima Fisya, Fisya takut nanti mas tinggalin Fisya."ucap Fisya mengeluarkan unek-uneknya yang sudah lama ia pendam.

Setetes air mata turun membasahi pipi Fisya. Masa lalunya terlintas begitu saja di otaknya.

"Nggak mas nggak ninggalin kamu! paling nggak kamu harus cerita ke mas , mas juga pengen tau keadaan kamu kayak gimana. Ini sudah menyangkut mental kamu , mas khawatir sya!! khawatir! "ucap pak Riyan dengan nada bicara yang agak meninggi.

Fisya semakin meneteskan air matanya , air matanya semakin deras setelah mendengar ucapan sang suami dengan nada yang tidak seperti biasanya.

"Hiks.. maaf."ucap Fisya di sela-sela tangisannya.

Pak Riyan tersadar dengan ucapannya yang meninggi.
"Astaghfirullah , maaf mas bentak kamu."ucap pak Riyan menyesal, langsung saja ia merengkuh tubuh istrinya yang bergetar karena menangis , tangisannya semakin menjadi.

"Mas.. maaf."ucap Fisya dengan bibir bergetar , ia tidak bisa lagi menahan tangisannya.

Pak Riyan mengurai pelukannya , tangannya memegang kedua pundak sang istri yang masih bergetar dengan kepala menunduk.

"Sya maafin mas ya udah bentak kamu , udah ya jangan nangis lagi , seharusnya mas yang minta maaf."ucap pak Riyan menenangkan sang istri yang masih saja menangis.

"Mas , Fisya salah hiks.. maafin Fisya."ucap Fisya , ia merasa bersalah , karena tidak jujur dengan keadaannya apalagi tentang masa lalunya yang bisa saja terulang kembali .

"Enggak Fisya nggak salah , mas yang salah ."ucap pak Riyan kembali memeluk tubuh istrinya.

Fisya tenggelam dalam tangisannya , ia menyesal tidak membicarakan langsung tentang masa lalunya yang membuat dirinya terkena masalah mental. Pikirannya terlintas tentang bagaimana masa lalunya dulu , ia benar-benar sakit hingga harus bolak-balik menuju ke psikiater agar tidak khawatir, cemas dan sebagainya.

Tangisan Fisya mulai mereda Ia terdiam dadanya sedikit naik turun karena habis nangis tangannya memegang perutnya yang buncit, ia merasakan rasa sakit di sana.

"Mas... Perut Fisya mas ya Allah."ucap Fisya merasakan rasa sakit di perutnya yang lama-lama semakin sakit.

Pak Riyan langsung melepaskan pelukannya , khawatir dengan keadaan Istrinya.

"Ya Allah kita ke rumah sakit sekarang."ucap pak Riyan langsung menggendong sang istri ala bridal style menuju ke mobilnya, ia suami yang siap siaga jika istrinya butuh bantuan apalagi saat ini istrinya sedang hamil tua.

Pak Riyan berjalan menuju mobilnya dengan tergesa-gesa.

"Bi siti siapin keperluan Fisya."teriak pak Riyan setelah memasuki mobilnya.

Bi siti yang mengerti itu pun langsung berlari menuju kamarnya untuk mengambil tas berisi baju-baju dan beberapa perlengkapan bayi. Setelah mengambil tas itu bi siti ikut masuk ke dalam mobil menemani Fisya yang merasa kesakitan.

"Bi sakit ... Ya Allah."ucap Fisya di sela-sela rasa sakitnya.

"Sabar ya non , bentar lagi sampai."ucap bi siti ia juga merasa khawatir dengan bu bosnya yang dianggap seperti anaknya sendiri.

Pak Riyan menjalankan mobilnya dengan kecepatan yang lumayan tinggi menuju ke rumah sakit terdekat.

>>>>>>

Setelah beberapa menit perjalanan akhirnya Mereka sampai. Pak Riyan langsung menurunkan Fisya dan mendudukkannya di kursi roda yang ada di luar rumah sakit.

"Dok tolongin istri saya dok."ucap pak Riyan dengan rasa khawatirnya , ia takut terjadi apa-apa dengan istrinya dan juga anaknya karena belum waktunya Fisya melahirkan, usia kandungannya baru menginjak usia 8 bulan tetapi belum genap.

Suster yang mendengar ada pasien darurat yang harus di tangani langsung menghampiri Fisya dan Pak Riyan.

"Pak ,bu langsung menuju ke brankar."ucap suster itu dan langsung saja pak Riyan mendorong sang istri menuju ruangan darurat. Disana sudah berjejer rapi brankar yang juga ada pasien lain.

"Sus tolong panggilkan dokter secepatnya."ucap pak Riyan kembali ia khawatir , istrinya semakin menjadi, rasa sakit akibat kontraksi itu di rasakan istrinya.

"Sus cepet ya Allah perut saya sakit banget sus cepet panggilin dokter sus ya Allah mas... Sakit banget mas."ucap Fisya air matanya menetes di pelipisnya menahan rasa sakit di perutnya yang semakin menjadi.

"Ditahan dulu ya bu."ucap suster dan pergi untuk memanggil Dokter.

Pak Riyan ia merasa sangat-sangat khawatir , tangannya bertautan dengan Tangan istrinya yang dingin dan berkeringat. Ia terus mengucapkan doa di sela rasa khawatirnya yang menggebu-gebu.

"Sabar ya sayang bentar lagi dokter datang , tunggu sebentar di tahan, mas ada disini."ucap pak Riyan yang masih setia memegang tangan istrinya.

"Mas... Nggak kuat lagi mas ya Allah mas Fisya nggak kuatt...."ucap Fisya ia sangat  kesakitan sekarang , hidupnya di pertaruhkan. Inilah kenapa surga di telapak kaki ibu , karena ia sudah berkorban sejauh itu melawan dan melewati dimana nyawanya di pertaruhkan , antara hidup dan mati.

Dokter datang dengan suster dan memeriksa Fisya.

Bersambung...
Jangan lupa untuk vote, comment, follow.
Happy reading 🥰

8 Juli 2022
19.28

ɪ ʟᴏᴠᴇ ʏᴏᴜ ᴅᴏꜱᴇɴ ᴋᴜ (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang