ILYDK - 42 (Revisi)

2.1K 88 0
                                    

Jika tak sekuat hujan yang menyatukan langit dan bumi , jadilah selembut doa yang menyatukan harapan dan takdir.

🌼🌼🌼🌼

Setelah kurang lebih seminggu bayi kecil Fisya dan Pak Riyan sudah di perbolehkan untuk pulang karena keadaannya yang sudah membaik dan mulai normal seperti pada umumnya bayi-bayi yang baru lahir.

Dokter menyarankan untuk memberikan susu formula untuk menambah nutrisinya agar perkembangannya lebih cepat seperti bayi pada umumnya , dan susu formula yang diberikan pun memiliki harga yang tidak main-main di setiap boxnya. Tapi karena ini demi kesehatan anaknya juga mereka harus membelinya dan Pak Riyan juga sanggup dengan hal itu .

"Hati-hati turunnya."ucap pak Riyan membantu sang istri yang akan turun dari mobil menggendong sang anak.

"Iya." Salah satu tangan Fisya menggenggam erat tangan suaminya.

"Nak di kamar bawah ya , tadi udah mama beresin."ucap mama Salsa yang juga ada di sana untuk membantu anak dan menantunya.

Mereka menuju ke kamar untuk mengistirahatkan bayi kecil yang ada di gendongan sang ibu. Kamar mereka sudah tertata rapi , ada kotak bayi juga yang berwarna putih di pojok ruangan. Itu sangat menggemaskan tak lupa juga ada hiasan-hiasan di sekitarnya yang menambah kesan lucu dan menggemaskan.

Fisya meletakkan bayi kecilnya ke dalam box bayi yang di lengkapi kasur bayi, bantal dan guling di sisinya dengan perlahan-lahan , ini merupakan pengalaman pertama baginya ketika merawat sang anak yang baru lahir itu.

"Udah kamu istirahat dulu mas mau ngambil makanan buat kamu."pak Riyan ia lebih-lebih perhatian kepada sang istri, terkadang Fisya susah sekali makan kalau sudah menyangkut anaknya.

"Nanti aja lah mas , kan baru sampai rumah juga."Fisya menolak , ini juga salah satu sifat buruk yang ia miliki Fisya , ia tidak pernah makan secara teratur.

Karena jam sudah menunjukkan pukul 16.30 ini adalah jam makan malam untuk Fisya.

"Nggak ada nanti-nanti , pokoknya sekarang, kalau kamu makannya nanti pasti kelupaan dan berakhir tidak makan."cecar pak Riyan ia tau kebiasaan istrinya selama hidup bersama-sama.

Fisya hanya pasrah dan Nurut dengan omongan sang suami , toh ini juga demi kebaikannya.

Setelah dari dapur mengambilkan makanan dan minuman untuk sang istri Pak Riyan kembali ke kamarnya dengan nampan ditangannya .

"Ini di makan dulu, mas suapi."pak Riyan duduk di samping sang istri.

"Nggak usah mas , Fisya makan sendiri aja."

"Nggak ada penolakan , tinggal duduk aja terus makan."tangan pak Riyan menyendokkan makanan dan menyuapkannya ke mulut sang istri.

"Kamu juga harus makan mas, kan kamu belum makan juga."ucap Fisya di sela-sela kunyahan makanannya.

"Iya kamu dulu , nanti setelah ini mas makan."pak Riyan menatap lekat-lekat wajah sang istri yang mulutnya sedang di penuhi dengan nasi dan lauknya.

"Tapi jangan lupa ya."ucap Fisya mengingatkan.

"Iya nggak lupa kok sayang."tangan pak Riyan terulur mengusap lembut pipi gembul Fisya. Perlakuan sederhana saja bisa membuat darah Fisya berdesir hebat , jantungnya berpacu sangat cepat , entah itu terjadi karena ia terlalu mencintai suaminya atau emang perlakuan dari suaminya lah yang sangat tulus itu, otomatis dari perlakuan sederhana saja bisa turun ke hati.

>>>>>>>>>

Malam sudah tiba , suasana hari ini begitu dingin , dengan air hujan yang berjatuhan di luar rumah. Sedangkan keluarga kecil bahagia ini Fisya dan Pak Riyan sedang bersantai di ruang keluarga. Tangan  Fisya menggendong tubuh mungil dari anaknya yang sedang terlelap.

"Dingin nggak?"tanya pak Riyan kepada sang istri.

"Enggak kok mas."jawab Fisya singkat , pandangannya ter arah pada wajah lucu anaknya.

"Vino nya di bawa ke kamar aja ya disini dingin."tangan pak Riyan terulur menutup selimut anaknya yang tersingkap, vino ya itu nama panggilan dari bayi kecil yang baru lahir ke dunia. Nama lengkapnya adalah Elvino Keanu Abrisma.

"Iya disini dingin banget mas."Fisya beranjak dari duduknya untuk menuju ke arah kamarnya diikuti oleh suaminya.

Kemudian setelah sampai di kamar ia langsung meletakkan Vino di kotak bayinya dan menyelimutinya agar tidak kedinginan.

"Udah kamu istirahat aja."ucap pak Riyan , ia tau istrinya pasti sangat kelelahan dari tadi mengurus sang anak.

Fisya menghadap ke arah pak Riyan   jaraknya hanya beberapa centimeter deru nafasnya pun terdengar sangat dekat. Kepala Fisya mendongak dan menatap wajah pak Riyan yang terukir indah oleh sang pencipta.

"Kenapa?"tanya pak Riyan , tangannya menyentuh pipi Fisya dengan mengusapnya secara lembut.

"Gapapa."jawab Fisya , matanya masih saja menatap wajah sang suami yang juga menatapnya matanya saling beradu dan terkunci.

"Maaf ya mas harus puasa lama."ucap Fisya , taulah apa yang sebenarnya di bahas Fisya.

Pak Riyan hanya tersenyum , inilah nasibnya sekarang , ia harus puasa menahan hasratnya untuk menyentuh sang istri sampai masa nifasnya selesai.

"Gapapa kok sayang, pemanasan aja ya."pak Riyan mendekatkan wajahnya ke wajah sang istri dengan sedikit menunduk karena tinggi Fisya hanya se dada Pak Riyan.

"Tapi nggak sampai khilaf ya?"Fisya menghentikan pergerakan suaminya dengan menahan dada bidangnya.

"Iya enggak."jawab pak Riyan dan semakin mendekatkan wajahnya , mata mereka sudah saling tertutup, deru nafasnya saling beradu.

Oekk oekk

Gagal sudah acara adu nafasnya. Ini lah takdir yang harus menghentikan aksi mesra-mesraan karena tangisan anak mereka.

"Nanti ya mas."Fisya tersenyum ke arah suaminya. Pak Riyan hanya bisa tersenyum balik ke istrinya. Ini sudah takdir perlu di garis bawahi , anaknya tidak memperbolehkan orangtuanya bermesraan di depannya.

Fisya kembali mengendong sang anak dan memberikan nya susu formula karena ia ternyata sedang lapar dan butuh susu.

"Tidur lagi ya.."suara lirih yang keluar dari bibir Fisya di telinga sang anak.

Sedangkan Pak Riyan hanya duduk termenung meratapi nasibnya yang gagal bermesraan dengan sang istri.

>>>>>>>>

Setelah menidurkan sang anak Fisya merebahkan dirinya di kasur karena sudah sangat larut dan waktunya tidur.

"Udah tidur sini."ucap Fisya mengajak tidur sang suami yang masih duduk di sofa.

Pak Riyan pun hanya menurut dan ikut berbaring di sebelah sang istri.
Tangannya menarik lembut pinggang Fisya ke dalam dekapannya.

"Yang tadi nggak jadi ya?"tanya Pak Riyan , tangannya sesekali mengusap lembut punggung sang istri yang ada di dekapannya.

"Kenapa? Mau ya , yaudah ayo gapapa."Fisya tau apa isi hati sang suami , ini juga haknya.

"Yaudah sini-sini."pak Riyan malah semakin mengeratkan pelukannya.

"Mas.. nggak bisa nafas."dekapan Pak Riyan membuat Fisya tidak bisa bernafas , terlalu kencang dan erat.

"Eh.. maaf , sini kiss banyak-banyak dulu."

Cup..

Satu kecupan mendarat di bibir ranum Fisya.
Dan terjadilah sudah acara selanjutnya , saling adu nafas tentunya .

Bersambung...
Up cepet ya mumpung gabut dan ide lancar.
Seperti biasanya vote dan follow.

Spam comment emot ❤️
Kalau banyak comment minggu ini up doble.

26 Juli 2022
06.49

ɪ ʟᴏᴠᴇ ʏᴏᴜ ᴅᴏꜱᴇɴ ᴋᴜ (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang