Berlari koridor rumah sakit, menjadi pusat perhatian sebagian pengunjung rumah sakit dan pegawai, tay menuju ruang rawat anaknya, semoga new dan off belum memulangkan nanon, melihat new dan off yang sedang berbicara dengan ekspresi wajah keduanya sangat tidak bisa di artikan, mendekat perlahan sambil menetralisir nafasnya berusaha untuk berbicara dengan mereka secara baik-baik, tay takut jika new menolak kehadiran dirinya
"MAU APA KAMU DI SINI"
benar saja pertanyaan itu terlontar dari new saat melihat dirinya mendekat, off juga ikut menoleh ke arahnya, entah perasaan ini semakin sesak ketika melihat jelas ekspresi keduanya, hampir menyerah yang tay rasakan
"aku sudah mendengar kabar buruknya"
"untuk apa kamu kemari? untuk apa?" new masih menolak kehadirannya
off memeluk new dan mengusap lengan pasangannya
"sabar sayang, kita bisa cari cara bersama-sama bagaimana pun tay ayahnya"
"ngga, ngga bisa dia ngga punya hak apa-apa tentang anak kita"
tay hanya berdiam diri tidak melanjutkan langkahnya mendekati mereka, mendengar ucapan keduanya memang benar semua, tay pun bingung harus bersikap bagaimana sekarang.
.
.
.
off mengajak tay untuk berbicara berdua saja, off tidak melibatkan new karena dia tau emosi new sedang tidak stabil
"aku hanya ingin nanon segera pulih" off membuka obrolan mereka
"aku pun sama off, bagaimana caranya agar nanon segera pulih, sedangkan pendonornya saja membatalkan"
"kau lupa?"
"maksud mu?"
"opsi ke-2 kita ambil saja itu"
"kamu sudah gila?"
"lantas kalau kita menunggu pendonor lagi dan mereka membatalkan lagi bagaimana?"
"kau sudah tidak waras kurasa" tay berdiri dan meninggalkan off begitu saja, dirinya memang awalnya memikirkan opsi itu tapi untuk sekarang rasanya tidak etis, meski off sendiri yang meminta itu
off pergi menemui new kembali, melihat new tetap duduk di luar ruang rawat memikirkan kembali bagaimana memberi tahukan new untuk mengambil opsi ke-2 pengobatan nanon, sedangkan melihat kembali tay di dekatnya new sudah emosi.
.
.
.
memilih untuk pulang dan mengurungkan niat untuk bertemu dengan anaknya dan dokter, pikirannya juga ikut kacau setelah perkataan off barusan, disaat dia ingin merelakan perasaanya dan menata hidup bersama gun, namun nyawa anaknya berada keputusannya juga, lantas jika memang opsi ke-2 tay menyetujuinya lantas kedepannya bagaimana, rasanya memusingkan mengapa sum-sum tulang belakangnya tidak cocok, masalahnya tidak akan serumit ini.
"tay" gun membawa sebuah koper besar berdiri dihadapannya
"kamu mau kemana?"
"aku mau kita bercerai saja"
"maksud kamu?"
"iya aku mau pisah sama kamu, aku udah ngga bisa bertahan lebih lama lagi dengan mu, jika kau masih mencintai new maka lanjutkan saja ngga usah perdulikan aku"
"tunggu..tunggu kamu ngomong apa sih, ha?" "cerai?" "kamu kenapa jelasin ke aku?"
"aku tau kalau kamu tidak akan mencintaiku dengan tulus, dan aku tau kamu hanya mengasihani ku karena aku sudah tidak bisa memiliki anak, aku ngga butuh itu"
gun pergi begitu saja, meninggalkan tay di ruang tamu dan seorang saksi di sudut ruangan, entah takdir macam apa untuk tay, masalah anaknya belum selesai namun ada masalah baru, padahal baru saja tay ingin memperbaiki hubungannya dengan gun, namun gun lebih memilih menyerah dan pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
a love for us
Romanceorang tua adalah sosok yang akan hadir bersama kelahiran seorang anak, penuh cinta dan perjuangan untuk bisa bertemu buah hati. akan aku perjungankan kamu apapun itu meski didunia ini punya norma namun ibu akan melupakan norma demi kamu. SUDAH DI P...