Part 10

472 41 4
                                    

Ibunya bilang bahwa nanon segera mendapatkan kemoterapi pertamanya, setelah dia sadar, nanon sudah ditempatkan ruangan steril, new dan sang ibu hanya melihatnya dari jendela luar kamar, kasihan sekali nanon sendirian disana. anak itu pasti akan menangis karena ditinggal sendirian disana, bagaimana ini untuk menemukan pendonor sumsum tulang belakang belum menemukan hasil yang baik, sementara rumah sakit sudah menempatkan nama nanon pasien khusus atau darurat agar dapat donor lebih cepat.


ibunya sudah tau perihal  tay yang sudah diberi tau penyakit dan nanon adalah anaknya, new tidak bisa menyimpannya sendiri dia butuh ibunya, awalnya sang ibu terkejut karena new memberi tau tentang nanon, dan tidak kalah terkejutnya bahwa saran dokter untuk mengambil darah tali pusat adik kandung nanon. ibunya tidak bisa berfikir jernih, bagaimana pun juga ada norma dimasyarakat. apa pantas mereka sudah memiliki keluarga masing-masing tapi memiliki anak kembali. untuk meminta pendapat sang mantu pun ibu new enggan, karena laki-laki mana yang rela pasangannya memiliki bayi dari pasangan lain terlebih lagi mantan pasangannya.



new berfikir bagaimana ini, apa jalan keluar darah tali pusat adalah satu-satunya, new pusing dan new tidak ingin membuat off kecewa,karena off sangat baik terhadap mereka, menerima apa adanya, bisa menerima nanon seperti anaknya sendiri.


"buk, tidak mungkin nanon akan pergikan? aku semalam masih menemaninya tidur, mengucapkan selamat malam dan berharap mimpi  nanon indah, bahkan aku sempat mematikan lampu kamarnya"

"kamu tidak boleh lemah, anakmu akan sedih kalau melihat orang tuanya sedih"

"tapi buk, pengobatan ini sangat kelabu, belum bisa menentukan jalan mana yang akan di lalui"

"nak, coba kamu bicarakan dengan suami kamu, dia juga berhak mengambil keputusan untuk pengobatan nanon, dia papanya nanon"


new pulang ke rumah, mengambil keperluan dirumah sakit. off yang belum tau bahwa nanon masuk rumah sakit, karena off masih ada tugas kantor untuk keluar kota. semua terasa buntu bagaimana cara untuk menyelamatkan putranya, waktunya tidak banyak.


.

.

.

tay mencoba mencari cara bagaimana untuk pengobatan sang anak, tay memilih untuk tidak pulang selama 2 hari karena tidak ingin masalah tambah runyam karena gun tau. meski tay tidak menerima gun sepenuhnya namun dia sadar bahwa gun saat ini pasangannya.


*drttt....drttt..drtttt

"halo"

"nanon masuk rumah sakit, dan akan menjalakan kemo saat dia sadar"

"new halo new"

-sambungan telpon terputus-


tay tanpa pikir panjang menuju rumah sakit, dia ingin melihat kedaan anaknya. sangat tragis mengingat bagaimana untuk pertama kalinya dia bertemu dengan anaknya dalam keadaan seperti ini.


tay melihat new duduk sendirian sambil memijit kening sendiri, entah apa yang dia pikirkan, menjadikan dia teringat bagaimana dia telah menyakiti new bahkan sang anak saat masih di dalam kandungan, rasa bersalah itu semakin besar menghantui,


"new"

"oh kamu"

"gimana keadaan nanon?"

"masih belum siuman" 

"aku minta maaf atas semuanya"

"ngga perlu minta maaf, aku sudah tidak ingin mengingat kemabali"

"oke baik"

saling diam tidak ada percakapan lagi antara mereka, hanya sibuk dengan pikiran masing

"tay-

"new-

"sebaiknya kamu dulu apa yang ingin kamu katakan new"

"tidak kamu saja"

"hmmmmmm sebenarnya aku...ak..

tay bingung harus merangkai kata sepeti apa, tay takut kalau new malah marah dengannya tapi,

"ngga ada pilihan lain, aku ingin kita memiliki anak kembali"

tay belum menemukan kata-kata yang pas tapi new lebih dulu dan gamblang memberikan pernyataan.

"gimana tay? aku sudah tidak bisa melihat nanon semakin lama menunggu donor"

"aku mau saja tapi suami mu bagaimana"

"masalah suami ku itu urusan ku, lebih baik kamu fokus bagaimana dengan istri kamu"

oh iya benar ada gun yang harus tau, tapi bagaimana caranya untuk menyampaikan ini, apa dia akan memberikan ijin kepadanya. biarkan ini menjadi PR seorang tay tawan.

a love for usTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang