17. Tentangnya

2.2K 198 83
                                    

Wanita, kalau bukan ilmu dan agama yang jadi pegangan, maka ia akan dibuat gila oleh perasaannya.
.
.
.

"Aletta! Lo buka HP gue?!"

Aletta memalingkan wajah ke samping, terkejut saat menatap raut garang Rasya di sebrang sana.

"A-gue cuma penasaran aja kok, hehe."

Rasya mengambil sapu di belakang lemari kaca, lalu menepuk-nepuk berulang kali ke telapak tangan. Pertanda Aletta akan babak belur.

"Letta! Berani-beraninya lo!" teriak Rasya kemudian melangkah lebar untuk menghajar Aletta.

Aletta yang jelas tidak mau di habisi sosok singa itu langsung berlari gesit dan tertawa lepas melihat wujud Rasya sudah seperti mak lampir.

"Hahaha Rasya lucuk!" tangga demi tangga ia lalui sampai berada di lantai paling atas di rumah ini.

"Habis lo Letta!"

Cetar!

Pukulan sapu dari Rasya justru mengenai vas bunga yang tadi berada di samping Aletta.

"Nggak kena, nggak kena wlekkk!" Aletta menjulurkan lidah sembari bergoyang pinggul untuk memancing emosi Rasya.

"Sialan!"

Bugh
Bugh

Pukulan ke sekian kalinya justru menimpa tembok tak berdosa. Jarak antara Aletta dan Rasya sudah cukup jauh karena Rasya lebih dulu kelelahan.

"Ayo Rasya! Aku tidak suka kata damai, haha!"

Rasya semakin mempercepat gerak kakinya, hingga harapannya tercapai. Aletta buntu akan berlari kemana lagi. Aletta menoleh ke belakang, mendapati Rasya tersenyum mematikan, meremehkan nyali Aletta yang hanya berani menghindar.

"Rasya kok jahat si sama gue!"

"Kalau lagi putus cinta mending nonton drakor deh," katanya berniat memberi saran.

Rasya mendelik kaget, matanya semakin jelas menyorot Aletta yang sudah begitu lancang. "Lo baca chattan gue?!"

Aletta mengangguk kecil sembari menyengir lebar, menampilkan sederet gigi putih dan cekungan lesung pipit semakin dalam. Satu tangannya mengangkat dua jari, piis. Namun semua itu tak ada pengaruhnya bagi Rasya. Gadis duplikat mak lampir kembali meneruskan aksinya. Kali ini ia memasang jarak untuk melempar sapu ke arah Aletta.

"Lo harus terima hukumannya Let!"

Napas Rasya kembang kempis tak karuan, bersiap-siap untuk melayangkan sapunya ke arah Aletta.

"Satu.."

Aletta berjongkok, menutup kepalanya penuh, dengan kedua lengan.

"Dua.."

Kali ini diikuti dzikiran-dzikiran, siapa tahu ada mukjizat merubah gagang sapu itu menjadi pisang.

"Tiga!"

Layangan sapu berhasil meluncur, namun segera di tangkap Raihan yang baru saja keluar dari kamar mandi lantai tiga itu.

Melihat ada Raihan, Aletta langsung menarik nafas lega.

"Rasya, udah. Kamu mending siap-siap buat ikut ke kantor Papa sama mama kamu." Raihan sekarang seperti sedang meleraikan dua anak kecil yang sedang bermain perang-perangan. Ia selalu bertutur lembut kepada perempuan, termasuk Rasya.

"Males." satu kata terlontar dari mulut Rasya yang membuat Raihan juga Aletta sedikit kaget.

Tidak seperti biasa Rasya berkata singkat, cuek pada Raihan. Bisa di bilang ini pertama kalinya Raihan melihat perubahan total yang ada pada diri Rasya. Mulai dari raut wajahnya yang tiba-tiba datar, irit bicara dengan semua anggota rumah ini, dan cenderung menghabiskan waktu di kamar. Padahal dulu dia suka pergi pagi pulang malam entah kemana.

My Love Teacher [LENGKAP]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang